Kisah Tambun Bungai, Pahlawan Legendaris dari Kalimantan

Kisah Tambun Bungai, Pahlawan Legendaris dari Kalimantan

Bayu Ardi Isnanto - detikKalimantan
Selasa, 12 Agu 2025 09:01 WIB
Situs Tambun Bungai di Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Situs Tambun Bungai di Gunung Mas, Kalimantan Tengah.Foto: dok Pemkab Gunung Mas
Balikpapan -

Nama Tambun Bungai pasti sudah tidak asing di telinga orang suku Dayak. Nama ini banyak dipakai sebagai nama tempat, jalan, sekolah bahkan menjadi julukan bagi daerah Kalimantan Tengah, yaitu Bumi Tambun Bungai.

Tambun Bungai merupakan dua nama tokoh pahlawan legendaris dari Dayak, Kalimantan. Ada juga yang menyebut Tambun dan Bungai sebagai tokoh supranatural dan nenek moyang orang Dayak.

Ada sejumlah kisah mengenai Tambun Bungai, di antaranya adalah cerita kepahlawanan Tambun dan Bungai dalam melawan kejahatan. Dalam artikel ini akan kita bahas kisah Tambun Bungai hingga keberadaan monumennya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Legenda Tambun Bungai

Dikutip dari situs Pemkab Gunung Mas, sosok Tambun dan Bungai adalah legenda dari suku Dayak Ot Danum. Konon mereka tinggal di kawasan Gunung Mas.

Sebagai sosok legenda dalam cerita rakyat, terdapat perbedaan waktu mengenai di masa kapan Tambun Bungai ini hidup. Ada yang mengatakan Tambun Bungai merupakan sosok supranatural sekaligus nenek moyang orang Dayak.

Dalam novel Reinkarnasi Setelah 5000 Tahun Edisi Tohucak Kodiring, Tambun Bungai merupakan sosok di zaman ketiga atau Tahtum, yaitu era kepahlawanan Dayak Ot Danum.

Namun banyak pula kisah-kisah yang menggunakan nama Tambun dan Bungai sebagai tokoh cerita, seperti cerita asal-usul ikan wadi, tampuyak, atau dodol yang merupakan makanan khas Kalimantan Tengah.

Nah, berikut ini adalah cerita rakyat Tambun Bungai, Putra Dayak dari Barito dalam buku Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara 2 oleh Ade Soekirno Ssp. Ini menceritakan asal-usul Tambun dan Bungai yang lahir di masa penjajahan Belanda.

Tambun Bungai, Putra Dayak dari Barito

Pada zaman dahulu terdapat Pematang Sawang di tepi Sungai Barito. Kerajaan ini dipimpin Ratu Nyai Udang, yang memiliki seorang putri bernama mirip seperti ibundanya, yaitu Putri Udang Kecil.

Kerajaan tersebut memiliki dua orang tumenggung yang gagah berani, yaitu Tumenggung Sampung dan Tumenggung Seropoi. Istri dari kedua tumenggung ini kemudian hamil dalam waktu hampir bersamaan. Merekalah yang nantinya melahirkan Tambun dan Bungai.

Dipersatukan oleh Ratu

Dalam mimpi, sang Ratu diberi petunjuk harus menyatukan kedua keluarga itu agar kerajaan tetap selamat. Apalagi nantinya penerus kerajaan adalah sang Putri yang juga wanita, sehingga membutuhkan pelindung.

"Ikatlah tali persaudaraan secara hubungan darah ini sebaik mungkin demi kejayaan dan kelestarian Kerajaan Pematang Sawang. Kalau salah satu dari kalian nanti melahirkan anak perempuan, kawinkanlah kelak setelah besar nanti satu sama lainnya. Demikian juga jika kedua bayi sama-sama lelaki. Aku mohon dengan sangat, kalian menjaga serta melindungi sang Putri Udang Kecil-ku yang cantik."

Kedua tumenggung pun memenuhi permintaan Ratu. Namun sebelum Tambun dan Bungai Lahir, Belanda datang untuk menyerang kerajaan. Tumenggung Sampung dan Tumenggung Seropoi gugur dalam pertempuran.

Sementara Tambun dan Bungai lahir dan dibawa ke tempat persembunyian. Nama Tambun dan Bungai merupakan pemberian Ratu. Mereka kelak diberi gelar Tumenggung Andin Sindai dan Tumenggung Ringkin Duhung.

Tumbuh Menjadi Kesatria Sejati

Setelah Belanda pergi, Ratu dan rakyat yang selamat kembali membangun kerajaan. Dibesarkan dalam lingkungan kerajaan, Tambun dan Bungai menerima pendidikan luhur dari sang Ratu dan ibu mereka.

Mereka tumbuh menjadi remaja berparas elok, tangguh, dan ahli dalam ilmu perang serta penggunaan mandau. Kedekatan mereka mencerminkan ikatan spiritual yang telah diramalkan oleh Dewata, yaitu dua jiwa yang sejiwa, dua kesatria yang satu semangat.

Menjadi Pelindung Putri

Setelah dewasa, Tambun dan Bungai menjadi pelindung setia Putri Nyai Udang Kecil dan penjaga Kerajaan Pematang Sawang. Nama mereka harum di seluruh Kalimantan, dan mereka menikahi wanita Dayak dari Kalimantan Timur.

Di mata rakyat, mereka bukan hanya kesatria, tetapi juga pewaris semangat juang para leluhur Dayak yang tak pernah tunduk pada penjajahan. Selama ada Tambun dan Bungai, wilayah tersebut aman dari kejahatan.

Tambun dan Bungai dipercaya sebagai leluhur para kesatria Dayak yang hidup di masa-masa berikutnya. Gelar-gelar seperti "Tumenggung" dan "Panglima" yang disandang oleh para pejuang Kalimantan juga diyakini sebagai jejak keturunan mereka.

Salah satu tokoh yang disebut sebagai penerus Tambun Bungai adalah Panglima Batur atau Tumenggung Surapati, yang berhasil menghancurkan kapal Belanda "Onrust" di Muara Teweh. Warisan Tambun-Bungai terus hidup sebagai lambang keberanian, kehormatan, dan kebanggaan suku Dayak.

Lokasi Monumen Tambun Bungai

Sosok legenda Dayak ini diabadikan dalam situs Tambun Bungai yang terletak di Desa Tumbang Pajangei, Kecamatan Tewah, Kabupaten Gunung Mas. Kalimantan Tengah. Jaraknya sekitar 9,2 km dari Kota Kuala Kurun.

Lokasinya masih dianggap sakral bagi sebagian orang. Tempat ini juga sudah menjadi situs cagar budaya.

Selain menyimpan patung Tambun Bungai, ada berabagai peninggalan sejarah, seperti kumpulan Penyang Pusaka, Pasah Patahu Tambun Bungai, situs Batu Bulan, dan Sandung Tamanggung Sempung.




(bai/bai)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads