Daftar 7 Bahasa di Kalimantan yang Jarang Diketahui, Kenali Yuk!

Daftar 7 Bahasa di Kalimantan yang Jarang Diketahui, Kenali Yuk!

Nadhifa Aurellia Wirawan - detikKalimantan
Rabu, 06 Agu 2025 13:01 WIB
Warga Suku Dayak Kenyah Lepoq Bakung, Pui Gelam Ajang menyelesaikan pembuatan Seraung atau Caping di Desa Budaya Pampang, Tanah Merah, Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu (21/6/2025). Pada Desa Budaya Pampang itu dihuni oleh 50 persen Dayak Kenyah Lepoq Bakung sisanya beragam Suku Dayak Kenyah antara lain Kenyah Lepoq Kulit, Dayak Kenyah Lepoq Tukung, Dayak Bem, hingga Dayak Kenyah Lepoq Jalan yang memiliki mata pencaharian sebagai petani, berkebun hingga seniman dalam melestarikan budaya adat Dayak Kenyah. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Suku di Kalimantan. Foto: ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT
Samarinda -

Kalimantan dikenal dengan keanekaragaman hayati yang melimpah, serta dikenal sebagai pulau yang kaya akan keberagaman bahasa daerah. Tapi, banyak di antaranya berstatus minor dan hanya digunakan oleh sejumlah komunitas kecil.

Tahukah detikers kalau Kalimantan menyimpan ratusan bahasa daerah yang jarang terdengar? Sebagian besar orang mungkin mengenal Bahasa Banjar, Kutai, atau Dayak Ngaju. Namun selain itu, masih ada banyak bahasa yang menjadi identitas komunitas lokal dan kini terancam punah.

Mulai dari Bahasa Mendawai di tepian Sungai Arut, Punan Tubu yang hanya diucapkan oleh segelintir orang di pedalaman, hingga Embaloh yang punya kaitan unik dengan bahasa Sulawesi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayangnya, bahasa-bahasa ini perlahan hilang karena jarang digunakan oleh generasi muda. Padahal, setiap bahasa menyimpan kekayaan pengetahuan dan nilai budaya yang tidak ternilai.

Lalu, apa saja bahasa Kalimantan yang jarang diketahui dan bagaimana ciri khasnya? Berikut detikKalimantan rangkum dari berbagai sumber.

1. Mendawai (Kalimantan Tengah)

Dikutip dari Kamus Sederhana Bahasa Indonesia-Bahasa Daerah Mendawai, Bahasa Mendawai adalah salah satu bahasa daerah di Kalimantan Tengah yang dituturkan oleh masyarakat suku Mendawai, khususnya di sekitar Sungai Arut, Kotawaringin Barat. Bahasa ini berasal dari rumpun Austronesia, subkelompok West Barito Selatan dan memiliki kesamaan kosakata sekitar 70% dengan Bahasa Ngaju.

Jumlah penuturnya diperkirakan sekitar 20.000 orang, dan penggunaannya tersebar di beberapa desa di Arut Selatan. Mendawai memiliki kosakata unik, seperti:

  • mate: mata
  • kasinge: gigi
  • balau: rambut
  • pinding: telinga
  • ting kanin: di sana
  • ting hetun: di sini
  • je isen: ke mana
  • guang isen=mau ke mana

2. Bakumpai (Kalimantan Tengah)

Bahasa ini adalah salah satu bahasa daerah di Kalimantan yang dituturkan oleh suku Bakumpai, terutama di wilayah Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Selatan, khususnya di sepanjang aliran Sungai Barito.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia-Bahasa Bakumpai 1 dijelaskan bahwa Bahasa Bakumpai termasuk dalam rumpun Austronesia dan memiliki kedekatan erat dengan bahasa Ngaju dan Ma'anyan. Dari sisi sejarah, Bakumpai lahir dari komunitas tepi sungai yang banyak berinteraksi dengan penduduk Banjar, sehingga pengaruh bahasa Banjar juga cukup kuat dalam kosakatanya.

Jumlah penutur bahasa Bakumpai diperkirakan mencapai sekitar 100.000 orang, dan mereka umumnya tinggal di daerah Barito Kuala, Barito Utara, serta beberapa wilayah di Kalimantan Tengah. Meskipun jumlah penuturnya lebih banyak dibandingkan Mendawai, penggunaan bahasa ini mulai berkurang karena generasi muda lebih sering menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa kosakata unik dalam bahasa Bakumpai antara lain:

  • hindai: belum
  • apui: api
  • jeu: besok
  • atei: hati

3. Paku (Kalimantan Tengah)

Dari buku Struktur Bahasa Paku karya Iper dkk. (2002), bahasa Paku adalah bahasa daerah yang sangat langka di Kalimantan Tengah dan termasuk dalam rumpun Austronesia, subkelompok East Barito. Bahasa ini memiliki keterkaitan dengan bahasa Ma'anyan dan bahkan memiliki hubungan historis dengan bahasa yang dituturkan di Madagaskar karena berasal dari nenek moyang yang sama. Penuturnya hanya ditemukan di beberapa desa kecil di Kabupaten Barito Timur, seperti Desa Tangkan dan Desa Dorong.

Jumlah penutur bahasa Paku diperkirakan hanya sekitar 15-50 orang, sehingga menjadi salah satu bahasa yang paling terancam punah di Kalimantan. Sebagian besar penuturnya adalah lansia, sementara generasi muda lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia atau Ma'anyan.

Beberapa kosakata dalam bahasa Paku antara lain:

  • aku: saya
  • ikam: kamu
  • marisak: dingin
  • sanayong: panas

4. Embaloh (Kalimantan Barat)

Bahasa Embaloh digunakan oleh masyarakat suku Maloh yang tinggal di daerah Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Berbeda dengan sebagian besar bahasa Dayak lainnya, Embaloh termasuk dalam kelompok Tamanic dan memiliki kemiripan dengan bahasa Bugis di Sulawesi. Hal ini menunjukkan adanya hubungan sejarah migrasi Austronesia ke daerah Kalimantan Barat.

Jumlah penuturnya sekitar 10.000 orang, namun penggunaannya semakin menurun karena jarang diajarkan di sekolah dan kalah oleh bahasa Indonesia. Bahasa ini juga banyak dipengaruhi oleh bahasa Iban karena kedekatan wilayah dan hubungan perdagangan.

5. Aoheng (Kayan-Murik, Kalimantan Timur)

Bahasa Aoheng, yang juga dikenal sebagai Penihing, dituturkan oleh masyarakat Aoheng yang bermukim di Kabupaten Mahakam Ulu dan Kutai Barat, Kalimantan Timur. Bahasa ini termasuk dalam rumpun Austronesia dan memiliki kaitan erat dengan bahasa-bahasa Dayak lainnya di hulu Mahakam.

Penutur bahasa Aoheng diperkirakan hanya beberapa ribu orang, dan sebagian besar berada di pedalaman. Sama seperti bahasa lainnya, Aoheng semakin jarang digunakan karena pengaruh bahasa Indonesia. Bahasa ini juga menyimpan kekayaan istilah adat dan tradisi lokal yang penting untuk dilestarikan.

6. Sekujam (Kalimantan Barat)

Bahasa yang satu ini sangat langka bisa ditemukan. Bahkan tidak banyak buku maupun penelitian yang meneliti asal-usul maupun kosa kata keseharian masyarakat penuturnya.

Dalam artikel yang ditulis James T. Collins dalamJournal of the Humanities of Indonesia, Bahasa Sekujam digunakan oleh komunitas kecil di perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak, Malaysia. Bahasa ini termasuk kelompok Dayak Ibanic yang berkerabat dengan bahasa Iban, tetapi memiliki dialek yang berbeda sehingga sukar dipahami oleh penutur Iban asli.

Jumlah penutur bahasa Sekujam sangat sedikit dan tersebar di beberapa desa terpencil. Bahasa ini juga memiliki pengaruh dari bahasa Melayu karena hubungan dagang dan migrasi. Saat ini, bahasa Sekujam termasuk dalam kategori terancam punah menurut pengamatan para peneliti bahasa.

Contoh kosakata dalam bahasa Sekujam:

bila: kapan
koto: kotor
majoh: makan
maulah: membuat
na: mau

7. Punan Tubu (Kalimantan Timur)

Bahasa Punan Tubu adalah salah satu bahasa paling langka yang dituturkan oleh kelompok Punan di pedalaman Kalimantan Timur, khususnya di daerah aliran Sungai Tubu. Bahasa ini menarik perhatian peneliti karena memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan bahasa Punan lainnya.

Penutur Punan Tubu diperkirakan hanya puluhan orang saja dan hampir semuanya sudah berusia lanjut. Bahasa ini tidak memiliki sistem tulisan dan hanya diwariskan secara lisan, sehingga sangat rentan punah. Upaya dokumentasi sedang dilakukan oleh sejumlah peneliti bahasa untuk menyelamatkan kosakata dan cerita rakyatnya.

Dikutip dari Kamus Bahasa Punan, berikut contoh kosakata bahasa Punan Tubu:

  • aku: saya
  • engko: kamu
  • tida: tidak
  • aya: air

Mengapa Bahasa-Bahasa Ini Jarang Diketahui?

Bahasa-bahasa daerah di Kalimantan jarang diketahui karena penggunaannya terbatas pada komunitas kecil, terutama di wilayah pedalaman. Sebagian besar bahasa ini juga tidak diajarkan di sekolah dan tidak digunakan dalam keseharian, sehingga generasi muda lebih memilih berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia yang dianggap lebih praktis.

Selain itu, minimnya dokumentasi membuat bahasa-bahasa ini semakin sulit dikenal, karena banyak di antaranya hanya diwariskan secara lisan.

Meskipun banyak bahasa daerah di Kalimantan hanya digunakan oleh komunitas kecil, keberadaan bahasa ini menunjukkan kekayaan budaya yang patut dilestarikan. Bahasa seperti Mendawai, Bakumpai, Paku, Embaloh, Aoheng, Sekujam, dan Punan Tubu menjadi bagian dari sejarah dan identitas Pulau Borneo yang tak ternilai.

Itu dia sekilas tentang berbagai bahasa daerah du Kalimantan yang jarang diketahui. Semoga menginspirasi detikers untuk melestarikannya!

Halaman 2 dari 4


Simak Video "Video: Tak Ada Pelangi di Jalan Andrea Hirata Selamatkan Bahasa Belitung"
[Gambas:Video 20detik]
(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads