Umat Buddha di Tarakan Peringati Waisak dengan Puja Bakti dan Lepas Burung

Umat Buddha di Tarakan Peringati Waisak dengan Puja Bakti dan Lepas Burung

Oktavian Balang - detikKalimantan
Senin, 12 Mei 2025 22:30 WIB
Pelepasan burung sambut Waisak di Tarakan.
Pelepasan burung sambut Waisak di Tarakan. Foto: Dok. Istimewa
Tarakan -

Umat Buddha di Tarakan menggelar rangkaian peringatan Hari Raya Waisak di Vihara Parama Sinar Borobudur, Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat pada Senin (12/5). Tema Waisak tahun ini dari Sangha Theravada Indonesia adalah "Kebijaksanaan Dasar Keluhuran Bangsa".

Kegiatan dimulai dengan acara fang sen atau paya dana pada pukul 17.43 Wita, yaitu pelepasan burung sebagai simbol kebebasan dan kebaikan. Bhikkhu Adhikusalo Mathera, yang memimpin acara, mengibaratkan pelepasan burung sebagai kebebasan dari penderitaan.

"Seperti burung yang dilepas dari kandang, semoga dengan kebaikan ini burung itu bahagia. Demikian pula umat, dengan berbuat baik, dapat mengurangi penderitaan," ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bhikkhu Adhikusalo berharap umat Buddha dapat mengembangkan kebijaksanaan yang berdampak positif bagi bangsa. Ia juga mengingatkan pentingnya ketelitian dalam menyikapi informasi di media massa.

"Kita harus jeli, tidak mudah terpengaruh, dan memverifikasi kebenaran berita sebelum mempercayainya," tegasnya.

Pukul 19.00 hingga 22.00 Wita, vihara menggelar puja bakti peringatan Waisak. Kemudian diikuti dengan detik-detik Waisak pada Selasa (13/5) pukul 00.00 Wita.

Puja bakti ini memperingati tiga peristiwa suci dalam kehidupan Sang Buddha, kelahiran Pangeran Siddharta, pencapaian penerangan sempurna, dan Parinibbana (wafatnya Sang Buddha).

"Peristiwa ini sangat suci. Dengan merenungkan dan mempraktikkan Dharma, umat Buddha diharapkan dapat mencapai kebahagiaan," ungkap Bhikkhu Adhikusalo.

Ia juga menyinggung kondisi alam yang semakin memburuk akibat keserakahan manusia. Bhikkhu Adhikusalo mengajak umat Buddha untuk terus mempraktikkan ajaran Dharma secara konsisten.

"Keserakahan adalah sumber penderitaan. Jika kita merusak alam, kita merusak diri sendiri. Oleh karena itu, kita harus berbuat baik pada alam dan lingkungan," pesannya.

Ia menekankan bahwa ajaran Sang Buddha sangat berharga dan harus diterapkan untuk kebaikan diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa Indonesia.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads