Proyek Revamping Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, di Kalimantan Timur, bakal beroperasi pada November 2025. Kilang minyak Balikpapan yang disebut terbesar di Indonesia itu, digadang-gadang mampu membuat Indonesia setop impor solar.
Hal ini disampaikan oleh Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. Dikutip dari detikFinance, Bahlil melaporkan langsung ke Presiden Prabowo Subianto dalam pertemuan yang dilakukan di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, siang ini, Senin (3/11/2025).
"Tadi kami melaporkan kepada Bapak Presiden, 2026, insyaallah kita nggak akan impor solar lagi. Kenapa? Karena RDMP kilang kita yang di Balikpapan insyaAllah 10 November ini akan kita resmikan," ujar Bahlil usai pertemuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam catatan detikcom, proyek RDMP Balikpapan akan meningkatan kompleksitas kilang dengan tambahan penerapan teknologi modern. Produksi BBM di kilang ini akan berstandar Euro V, yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Proyek senilai US$ 7,4 miliar ini ditargetkan mulai dinyalakan mesinnya pada 10 November dan bisa beroperasi dan memproduksi BBM mulai 17 November 2025. Proyek ini akan menjadikan Kilang Balikpapan sebagai kilang terbesar di Indonesia.
Dengan beroperasinya proyek RDMP Balikpapan, kapasitas pengolahan minyak mentah nasional akan meningkat signifikan dari 260 ribu barel per hari (kbpd) menjadi 360 ribu barel per hari (kbpd). Peningkatan kapasitas ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan bakar minyak sekaligus memperkuat posisi Pertamina sebagai tulang punggung energi nasional.
Kilang Balikpapan memiliki dua Crude Distillation Unit (CDU). Pertama adalah CDU IV yang ditingkatkan kapasitas pengolahannya dari semula 200 kilo barel per day (kpbd) menjadi 300 kpbd. Kemudian CDU V sebesar 60 kpbd.
Proyek ini mengusung aspek keberlanjutan dan lingkungan dengan menghasilkan produk berkualitas tinggi berstandar Euro 5 yang memiliki kandungan sulfur lebih rendah sehingga lebih ramah lingkungan.
Bahlil mengungkap besarnya harapan pada proyek kilang minyak tersebut. Meski perhitungannya masih belum pasti, namun menurutnya jika Indonesia berhasil mengembangkan biosolar dengan campuran minyak kelapa sawit 50% (B50) tahun depan, maka stok solar mungkin melimpah hingga bisa diekspor ke luar negeri.
"Kalau kita dorong B50 lagi untuk ke depan, berpotensi untuk kita bisa suplai kita bisa terjadi lebih terhadap solar dan bisa kita ekspor," jelas Bahlil.
"Kita lagi hitung, tapi yang jelas kita targetkan RDMP jadi, B50 jadi, kita akan over supply untuk solar," tambah Bahlil.
(aau/aau)
