Pasar di Sampit yang biasa disebut Pasar PPM ini menjadi salah satu pusat perbelanjaan warga Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah. Namun, pasar yang berdiri sejak tahun 2004 itu kini sedang mengalami beberapa tantangan.
Mila (41), seorang penjual sepatu di PPM mengaku beberapa tahun belakangan ini minat pembeli kian menurun. Salah satu faktornya adalah perubahan cara belanja konsumen yang mulai beralih ke belanja online. Mila sendiri sudah berdagang sejak 15 tahun yang lalu.
"Kalau beberapa tahun ini mulai sepi pembeli. Mereka pada lari ke online," terangnya pada detikKalimantan pada Sabtu, (6/9/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain karena faktor belanja online, datangnya toko-toko yang menawarkan harga serba Rp 35.000 juga turut menyurutkan minat pembeli ke pasar konvensional. Perbedaan harga menjadi pertimbangan pembeli ketika akan belanja ke pasar PPM Sampit.
"Terus sekarang ada 35 (pasar serba 35.000), nah itu juga bikin makin sepi. Mereka lihat barangnya kayak bagus kan, tapi harganya cuma 35 jadi ya mereka banyak pilih ke 35," tegasnya.
Bobby (42) seorang petugas keamanan di pasar PPM menambahkan bahwa lonjakan penurunan pembeli terjadi saat terjadi virus COVID-19, yakni sekitar tahun 2020 lalu. Meskipun wabah Covid-19 telah mereda, jumlah pembeli tak juga tampak mengalami kenaikan.
"Dulu itu awal-awal PPM buka paling ramai ya di sini. Orang-orang ramai belanja di sini. Nah begitu datang COVID, itu kalau digambarkan pakai diagram kelihatan menurun drastis. Semakin ke sini kayaknya stagnan, kalau nggak ya kadang ada penurunan lagi, tergantung dompet pembeli lagi," terangnya.
Adapun dari sisi keamanan, Bobby menerangkan sistem penjagaan dijaga selama 24 jam melalui tiga shift. Yakni, pagi hingga sore, sore hingga malam, dan malam hingga pagi kembali.
"Di sini kami jaga tiga shift. Saling bergantian. Kalau sejauh ini masih relatif aman lah," pungkasnya.
(bai/bai)