Fenomena Pengangguran di China Sewa Kantor Supaya Kelihatan Kerja

Internasional

Fenomena Pengangguran di China Sewa Kantor Supaya Kelihatan Kerja

Ignacio Geordi Oswaldo - detikKalimantan
Senin, 11 Agu 2025 21:00 WIB
Di balik angka pertumbuhan, tekanan nyata dirasakan pekerja China. Gaji dipangkas hingga para warga sibuk cari kerja sampingan.
Generasi dewasa muda di China kesulitan mencari kerja. Foto: Getty Images/NurPhoto/Ying Tang
Balikpapan -

Pengangguran di China harus memutar otak dan justru merogoh kocek lebih supaya bisa kelihatan bekerja formal. Mereka rela mengeluarkan uang untuk menyewa ruangan di perkantoran agar terhindar dari sentimen negatif pengangguran.

Dikutip dari detikFinance, semakin ketatnya persaingan mendapat pekerjaan di China membuat jumlah pengangguran ikut meningkat. Demi kelihatan tetap bekerja, banyak anak muda pengangguran di China menyewa kantor dan dijadikan perusahaan jadi-jadian.

Fenomena ini banyak dijumpai di kota-kota besar seperti Shanghai, Shenzhen, Wuhan, Chengdu, Nanjing, hingga Kunming. Generasi dewasa muda berbondong-bondong menyewa kantor demi membangun komunitas. Ada juga pekerja lepas yang memanfaatkan kantor-kantor ini untuk mengerjakan proyek pribadi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kantor jadi-jadian ini menjadi primadona karena dilengkapi berbagai fasilitas. Ada komputer dan ruang rapat seperti kantor sungguhan, bahkan fasilitas makan siang dan camilan. Biaya sewa hariannya bervariasi, antara 30-50 yuan atau sekitar Rp 67.959 hingga Rp 113.250 (kurs Rp 2.260/yuan).

Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang ini adalah Pretend To Work. Perusahaan ini didirikan oleh Dongguan Feiyu (30) setelah dirinya dipecat ketika pandemi Covid-19. ondisinya yang menganggur membuatnya tergerak untuk membentuk wadah bagi mereka yang bernasib sama dengannya.

"Yang saya jual bukanlah tempat kerja, melainkan martabat karena tidak menjadi orang yang tidak berguna," jelas Feiyu.

Dia belum memastikan apakah model bisnis sewa kantor untuk pura-pura kerja ini akan bertahan dalam jangka waktu panjang dan tetap menguntungkan. Feiyu sendiri menganggap perusahaannya sebagai bentuk eksperimen sosial ketimbang bisnis yang sustainable.

"Tren ini menyoroti tantangan yang dihadapi kaum muda dewasa dalam menemukan peluang kerja nyata di tengah perubahan ekonomi. Tren ini juga menunjukkan bagaimana mereka memanfaatkan kreativitas dan komunitas untuk mengatasi tantangan tersebut," ujarnya.

Baca selengkapnya di detikFinance.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads