Lowongan di RI Terbatas, Pengangguran Disarankan Kerja ke Luar Negeri

Nasional

Lowongan di RI Terbatas, Pengangguran Disarankan Kerja ke Luar Negeri

Ignacio Geordi Oswaldo - detikKalimantan
Selasa, 24 Jun 2025 23:00 WIB
Sejumlah pencari kerja terlihat menaruh lamaran saat mengikuti Job Fair di kawasan Koja, Jakarta Utara, Selasa (17/6/2025). Kegiatan ini merupakan bagian dari Job Fair Jakarta 2025 yang digelar selama dua hari, yakni Selasa (17/6) dan Rabu (18/6).
Pencari kerja antusias serbu job fair di Koja/Foto: Pradita Utama
Balikpapan -

Lowongan kerja di RI terbatas, atau belum bisa menampung banyaknya tenaga kerja setiap tahunnya. Pengamat Ketenagakerjaan UGM, Tadjudin Noor Effendi menyarankan kelebihan tenaga kerja dikirim ke luar negeri.

Tadjudin mengatakan ada banyak sarjana yang banting setir menjadi pekerja informal seperti sopir hingga ART, lantaran jumlah lapangan kerja formal yang dibuka setiap tahunnya tidak sanggup menampung pertumbuhan tenaga kerja di Indonesia.

"Angkatan kerja yang berusaha masuk pasar kerja itu cukup tinggi. Menurut data BPS kira-kira bergerak 3 juta sampai 3,5 juta orang. Nah secara teoritis itu setiap ada pertumbuhan ekonomi 1% dapat menciptakan peluang kerja 200 sampai 300 ribu," jelas Tadjudin kepada detikcom, Selasa (24/5/2026).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kira-kira kalau pertumbuhan 5%, katakan saja lah kita memiliki 300 ribu setiap satu persen, hanya 1,5 juta lapangan kerja yang dibuka. Yang masuk ke pasar kerja kira-kira bergerak 3 juta sampai 3,5 juta, berarti kan ada orang yang tidak bisa masuk pasar kerja bergerak sampai 1 juta sampai 1,5 juta," sambungnya.

Belum lagi diperparah dengan mereka yang sempat terkena PHK dan perlu mendapat lapangan pekerjaan baru. Pada akhirnya pencari kerja yang kalah bersaing dan tidak bisa mendapatkan pekerjaan formal tadi mau tak mau beralih ke sektor informal untuk menyambung hidup.

"Kemudian itu yang sekarang banyak mereka mendaftar ke luar negeri. Diekspor lah tenaga kerja kita keluar negeri yang tagar-nya sangat terkenal itu 'kabur saja dulu' ya kan?" ucapnya.

Saran dari Pengamat Ketenagakerjaan UGM

Menurut Tadjudin, salah satu cara untuk memecahkan masalah ini adalah dengan memperbanyak pekerja migran alias mengirim kelebihan pasokan tenaga kerja Indonesia tadi ke luar negeri. Sebab dengan mengirim banyak pekerja migran, pemerintah tidak hanya mengurangi angka pengangguran dalam negeri, tapi juga bisa mendapatkan devisa negara.

"Saya baca kemarin Australia, kemudian Polandia, Inggris memanggil tenaga kerja kita. Walaupun pekerjaannya paling banyak itu sebetulnya di sektor pertanian. Tapi itu tawarannya cukup menjanjikan bagi tenaga kerja Indonesia, itu mereka bisa dapat jutaan karena hitungannya kerja di sana kan bukan per bulan, per jam kan?" katanya.

"Jamnya sekian dolar. Makanya mereka dapat bekerja kadang-kadang ada yang dapat Rp 27 juta per bulan, ada yang Rp 30 juta dan seterusnya. Itu lumayan juga kalau kita memang konsisten terhadap itu. Kan seolah-olah kita kan ekspor tenaga kerja. Pekerja itu devisa loh itu, karena pada umumnya mengirim dana ke keluarga mereka. Kiriman dana itu devisa, masukkan bagi Indonesia," sambungnya.

Kemudahan Bekerja di Luar Negeri

Setali tiga uang dengan itu, Ketua Ikatan SDM Profesional Indonesia (ISPI) Ivan Taufiza menyarankan kepada mereka yang sulit mendapat pekerjaan di Indonesia, bisa menjadi pekerja migran. Sebab di banyak negara yang supply tenaga kerjanya jauh di bawah demand atau kebutuhan pasar kerja, sangat membutuhkan pasokan pekerja.

Belum lagi di negara-negara ini biasanya tidak melihat latar belakang pendidikan para calon pekerjanya. Selama mereka mau dan bisa bekerja, kemungkinan besar mereka akan diterima.

"Sebulan yang lalu lah saya balik dari China, Nah itu di pesawat saya ketemu orang Indonesia dia dari Jepang. Itu dia D3 jadi Chef di restoran Jepang, padahal D3 nya itu ngelas. Ada itu 7-8 orang," kata Ivan.

"Jadi yang tadi saya bilang, karena supply demandnya itu nggak seimbang. Kalau di negara itu mereka malah kurang tenaga kerja. Saya kan sempat handle HR region, sempat handle Asia Pasifik, jadi kelebihan tenaga kerja Indonesia itu modelnya kerja doang. Orang Indonesia itu kan nggak banyak ngeyel, nggak banyak permintaan, jadi mereka suka," sambungnya.

Maka dari itu, ia menyarankan calon pekerja yang sudah kesulitan mencari kerja di Indonesia untuk mengambil sertifikasi keahlian tertentu yang juga diakui negara lain, agar berpeluang lebih besar untuk bisa bekerja di luar negeri. Tentu termasuk dengan kemampuan berbahasa asing di negara tempatnya bekerja nanti.

"Jadi ambil ilustrasi yang tadi teman-teman D3 ngelas dari Solo, itu dia cuma ambil sertifikasi masak. Kalau bahasa ya harus," tutupnya.

Artikel ini sebelumnya telah tayang di detikFinance dengan judul RI Seret Lowongan Kerja, Pengangguran Disarankan Pindah ke Luar Negeri.




(sun/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads