Beras Adan Krayan: Unggulan di Malaysia-Brunei, Sulit Tembus Pasar Domestik

Beras Adan Krayan: Unggulan di Malaysia-Brunei, Sulit Tembus Pasar Domestik

Oktavian Balang - detikKalimantan
Jumat, 13 Jun 2025 09:00 WIB
Wabup Nunukan Hermanus di acara HPO Ke-8 promosikan beras adan Krayan.
Wabup Nunukan Hermanus di acara HPO Ke-8 promosikan beras adan Krayan. Foto: Dok. Istimewa
Nunukan -

Beras adan, komoditas unggulan dari Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, disorot dalam Hari Pertanian Organik (HPO) ke-8. Beras ini laris manis di pasar Malaysia dan Brunei, tapi justru kesulitan menembus pasar domestik.

HPO Ke-8 digelar di Tanjung Karya, Krayan Barat, Nunukan pada 11-14 Juni 2025. Pada kesempatan ini, Camat Krayan Barat Dawat Udan mengungkapkan bahwa 80% produksi beras adan dari 89 desa di wilayah Krayan diekspor ke Malaysia dan Brunei.

"Harga di Krayan Rp25.000 per kilogram, tapi di Malaysia bisa Rp 35.000 per kilogram atau Rp 350.000 per kaleng," ujarnya kepada detikKalimantan, Kamis (12/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keunggulan beras adan terletak pada metode pertanian organik warisan nenek moyang, tanpa pupuk kimia dan menggunakan pupuk alami dari kerbau. Permintaan tinggi dari pembeli asing didukung oleh kemudahan akses distribusi.

"Orang Malaysia dan Brunei datang langsung ke desa-desa untuk mengangkut beras. Transportasinya mudah," tambah Dawat.

Sementara di pasar dalam negeri, beras adan kalah saing karena biaya distribusi yang mahal. Pengangkutan melalui pesawat dari Krayan ke Tarakan, misalnya, hanya mampu membawa 700-800 kilogram per kali penerbangan dengan biaya tinggi.

"Ongkosnya terlalu mahal, jadi harga di dalam negeri sulit bersaing. Jalan di Krayan, baik nasional, provinsi, maupun kabupaten, kondisinya sangat memprihatinkan. Kalau musim hujan, banyak desa terisolasi," ungkap Dawat.

Kondisi ini mempersulit distribusi beras adan ke pasar domestik, seperti Tarakan atau provinsi lain. Pemerintah daerah, baik kabupaten maupun provinsi, disebut telah berupaya membuka pasar domestik untuk beras adan. Namun, tanpa solusi konkret untuk menekan biaya transportasi, upaya ini belum membuahkan hasil signifikan.

"Kalau ongkos bisa diturunkan, mungkin beras adan bisa lebih diminati di Indonesia," harap Dawat.

Selain infrastruktur, penurunan populasi kerbau menjadi ancaman bagi keberlanjutan pertanian beras adan. Kerbau yang menjadi sumber pupuk organik sering dijual ke Malaysia untuk keperluan adat, seperti lamaran pernikahan.

"Populasi kerbau semakin sedikit. Kami minta pemerintah membantu pembentukan kelompok tani kerbau," pintanya.

Dengan dimunculkannya beras adan di HPO Ke-8, pemda berharap beras ini serta pertanian organik Krayan semakin dikenal. Acara yang dihadiri sekitar 2.400 peserta termasuk 900 tamu undangan dari 89 desa ini menghadirkan perwakilan Asosiasi Organik Indonesia dari Jakarta dan Wakil Bupati Nunukan.

Dawat berharap pemerintah pusat dan daerah memberikan dukungan lebih serius, baik melalui subsidi transportasi, perbaikan infrastruktur jalan, maupun kebijakan pemasaran.

"Kami ingin beras adan tidak hanya jadi primadona ekspor, tapi juga dicintai masyarakat Indonesia," tutupnya.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads