Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkap keanehan data harga beras di lapangan dengan stok beras yang diproduksi berdasarkan data Food Station Tjipinang. Andi mencurigai adanya mafia beras yang sengaja menaikkan harga meskipun stok beras di atas kertas melimpah.
Dilansir detikFinance, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rata-rata harga beras di tingkat penggilingan pada Mei 2025. Angka ini turun tipis 0,01% secara bulanan, tapi naik 2,37% secara tahunan. Harga beras di penggilingan pada Mei 2025 menyentuh angka Rp 12.733/kg, sementara bulan lalu tercatat Rp 12.734/kg.
Sedangkan beras di tingkat grosir dan eceran pada Mei 2025 tercatat naik. Menurut dataBPS, harga beras di tingkat grosir sebesar Rp 13.735/kg pada Mei 2025, naik dibandingkan bulan lalu yakni Rp 13.728/kg. Kemudian, harga beras di tingkat konsumen pada Mei 2025 tercatat Rp 14.784/kg, naik dibandingkan bulan lalu Rp 14.754/kg.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amran menyebut data ini sebagai anomali. Rata-rata beras yang keluar dari Food Station Tjipinang Jaya di kisaran 1.400 hingga 2.500 ton, tetapi tidak membuat harga beras stabil.
"Ini (beras yang dikeluarkan dari Cipinang) 3 ribu ton, 3 ribu ton, 4 ribu ton, 2 ribu ton,1 ribu ton, ini masuk akal nggak ini 11.000 (beras) keluar satu hari? Aneh kan? Ya selesai ini jawabannya (harga beras naik)," kata Amran di kantornya, Jakarta Selatan, Selasa (3/6/2025).
Amran pun menduga ada pihak yang sengaja memainkan harga beras meski stok sedang melimpah.
"BPS mengatakan (harga rata-rata beras di tingkat penggilingan turun Mei 2025), artinya apa? Ada middle man yang mempermainkan. Inilah terkadang kita sebut mafia," tambah Amran.
Menurut Amran, stok beras berdasarkan data resmi Food Station Tjipinang terpantau stabil di atas angka 30 ribu ton selama 5 tahun terakhir. Bahkan pada 2025, stok beras mencapai 50 ribu ton. Namun, stok beras di Pasar Induk Cipinang justru disebut kurang sehingga memicu kenaikan harga di pasar.
"Ini Januari (stok awal beras di Cipinang) 50 ribu ton banyak kan? Ini Januari benar nggak 50 ribu ton lebih tinggi dari 3 tahun sebelumnya atau 4 tahun sebelumnya. Ini kan 50 (ribu ton beras), 50 (ribu ton beras), terus 46 (ribu ton) naik lagi, 48 (ribu ton beras)," terang Amran.
Amran menilai keluarnya 11 ribu ton beras dalam sehari juga janggal. Namun, dia belum mengetahui ke mana larinya 11 ribu ton beras itu. Amran baru menduga adanya tujuan permintaan impor beras.
"Ini dimainkan. Kalau stok kita tidak banyak apa yang terjadi? Pasti minta impor kan, benar nggak? Apa mau minta impor dengan kondisi kita stok 4 juta ton? (Mereka minta) dikeluarkan SPHP apa jawabannya? Untuk di-blending untuk dicampur dengan beras lokal, baru dijual mahal. Ini kan nggak benar yang seperti ini," jelas Amran.
Sementara itu, Kepala Satgas Pangan Polri Helfi Assegaf mengatakan pihaknya masih mendalami terkait motif serta fakta yang terjadi di lapangan dengan kesesuaian data.
"Kita lakukan pendalaman, tapi awal mereka belum bisa menyampaikan barang itu ada di mana sekarang, barang itu keluar. Mereka ditanya oleh penyidik kita, tidak bisa menyampaikan. Barang itu ke arah mana perginya, keluarnya dari mana, belum bisa disampaikan kepada kita," kata Helfi.
(des/des)