Sederet Penjelasan soal Meninggalnya Natal yang Viral

Round-up

Sederet Penjelasan soal Meninggalnya Natal yang Viral

Oktavian Balang - detikKalimantan
Minggu, 21 Des 2025 07:00 WIB
Tangkapan layar diduga suasana di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Puskesmas Lumbis. (Instagram @kaltara_raya)
Foto: Tangkapan layar diduga suasana di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Puskesmas Lumbis/(Instagram @kaltara_raya)
Nunukan -

Meninggalnya pasien bernama Natal (44) viral diduga akibat kekosongan petugas di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Puskesmas Lumbis Mansalong. Kepala Puskesmas hingga Kepala Dinkes Nunukan memberikan penjelasan.

Natal meninggal setelah diduga tidak mendapatkan penanganan medis segera. Dalam video berdurasi 2 menit 44 detik itu, terlihat ketegangan dan tangis para pengantar pasien.

"Seorang warga Desa Tulin Onsoi, Natal, dilaporkan meninggal dunia di Puskesmas Lumbis Mansalong, Nunukan pada Jumat (19/12/2025), setelah diduga mengalami keterlambatan penanganan medis," berikut narasi dalam caption video tersebut, dilihat detikKalimantan pada Jumat (19/12/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penjelasan Kepala Puskesmas

"Posisinya tadi karena jam salat, petugas pulang dulu istirahat, salat, dan makan," ujar Kepala Puskesmas Lumbis, Sulfidayati saat dikonfirmasi detikKalimantan, Sabtu (20/12/2025).

Soal kosongnya pos pelayanan vital tersebut, Sulfidayati tidak menampik adanya celah dalam pelayanan hari itu. Ia membenarkan dalam Standar Operasional Prosedur (SOP), layanan gawat darurat menuntut kesiagaan penuh petugas di lokasi.

"Ya, kalau gawat darurat itu seharusnya siaga. Artinya tidak boleh ditinggal," terangnya saat ditanya mengenai SOP IGD.

Namun, ia menjelaskan petugas jaga saat itu terpaksa meninggalkan pos karena kebutuhan pribadi (ishoma) dan tidak ada petugas pengganti yang berjaga (standby) di jam transisi tersebut.

Sulfidayati berdalih, pelanggaran SOP tersebut terpaksa terjadi karena keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) yang akut di fasilitas kesehatan tersebut. Menurutnya, petugas jaga pagi itu bekerja seorang diri dan harus merangkap berbagai tugas sekaligus.

"Petugas piket cuma satu. Dia yang hendel poli, UGD, sekalian rawat inap," jelasnya.

Meski mengakui adanya kekosongan saat pasien pertama kali datang, Sulfidayati membantah tudingan penelantaran total. Ia mengklaim saat pasien datang kembali dalam kondisi kritis (kunjungan kedua) sekitar pukul 14.00 Wita, tindakan medis langsung dilakukan.

"Pas datang kedua, saya sudah di tempat. Kami langsung tindaki, langsung resusitasi jantung paru (RJP), pasang oksigen dan infus. Jadi bukan kami tidak ada tindakan atau telat," tegasnya.

Penjelasan Kepala Dinkes Nunukan

Kepala Dinkes P2KB Nunukan, Miskia, mengakui adanya kendala akibat keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), sehingga ada celah dalam penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) saat kejadian berlangsung.

Terlepas dari itu, Miskia menuturkan ada kesalahpahaman komunikasi antara keluarga pasien dan petugas apotek yang berjaga. Saat keluarga menanyakan pelayanan, petugas apotek mengira mereka menanyakan pelayanan Poliklinik (Poli), bukan Unit Gawat Darurat (UGD).

"Petugas apotek mengira yang ditanya terkait Poli, jadi dibilang jam 13.30 atau jam 14.00 pelayanan lagi. Dia pikir Poli, bukan UGD, karena keluarga pasien tidak bilang ada pasien gawat," jelasnya.

Akibat informasi tersebut, keluarga sempat membawa pasien keluar diduga hendak ke Rumah Sakit Pratama (RSP) namun kembali lagi ke Puskesmas saat kondisi pasien memburuk. Miskia mengakui adanya celah pelayanan saat jam istirahat yang seharusnya tidak boleh terjadi di layanan gawat darurat.

"Ke depannya tetap kami evaluasi, kami tekankan SOP supaya tidak ada kejadian seperti ini lagi. Kalau bisa tetap ada petugas, mau itu perawat atau bidan, dimaksimalkan yang ada. Termasuk dokternya," tegas Miskia.

Selain masalah SOP saat jam istirahat, Miskia secara terbuka mengakui kekurangan tenaga kesehatan, khususnya perawat di wilayah pedalaman (hulu) seperti Lumbis, menjadi akar masalah yang sulit dihindari.

"Kami juga akui itu karena keterbatasan SDM kami yang memang masih kurang. Kita sudah sering membuka lowongan apalagi perawat, tapi jarang ada yang masuk, apalagi daerah kita yang di hulu begini kurang peminat," tutupnya.

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Video: Heboh Pernikahan Anak di Lombok Berujung Ortu Pengantin Dipolisikan"
[Gambas:Video 20detik]
(sun/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads