Ambil Raskin Tak Boleh Diwakilkan, Nenek Sakit Terpaksa Digotong ke Kelurahan

Regional

Ambil Raskin Tak Boleh Diwakilkan, Nenek Sakit Terpaksa Digotong ke Kelurahan

Sahrul Alim - detikKalimantan
Rabu, 17 Des 2025 13:32 WIB
Nenek di Makassar digotong untuk mengambil bantuan sembako di kantor kelurahan.
Foto: Nenek di Makassar digotong untuk mengambil bantuan sembako di kantor kelurahan. (dok. Istimewa)
Makassar -

Seorang nenek yang sedang sakit bernama Wahbah (85) viral setelah dirinya digotong kerabat dan tetangga untuk mengambil beras miskin (raskin). Ia terpaksa digotong ke becak kemudian dibawa ke kantor kelurahan karena pengambilan raskin tak boleh diwakilkan meski penerima sedang sakit.

Dilansir detikSulsel, kejadian di Makassar, Sulawesi Selatan ini direkam oleh salah satu kerabat. Tampak Wahbah dalam kondisi sakit di rumah dibantu oleh kerabat dan tetangganya untuk berpakaian, karena dia harus pergi ke kantor kelurahan. Karena kesulitan berjalan, Wahbah digotong oleh tetangga ke becak yang sudah menunggu di depan gang rumah.

Peristiwa ini terjadi pada Selasa (16/12). Selama proses tersebut, terdengar beberapa kerabat dan tetangga menyayangkan kebijakan pengambilan raksin yang tak dapat diwakilkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bilang tidak bisa ambil beras, tidak bisa. Saya bilang kenapa? Ditolak. Harus katanya yang bersangkutan," ucap Emmi (65), menantu Wahbah, Rabu (17/12/2025).

Sebelum ini, keluarga sempat mengutus adik dari Emmi untuk mengambilkan bantuan beras. Awalnya adik Emmi hanya diminta membawa KTP milik Wahbah. Namun ternyata KTP itu saja tidak bisa digunakan untuk mengambil bantuan. Adik Emmi pulang dengan tangan kosong.

Emmi kemudian mendatangi kantor kelurahan. Lagi-lagi terjadi penolakan. Padahal ia sudah menyampaikan bahwa Wahbah dalam kondisi sakit dan baru keluar dari rumah sakit sehingga tidak dapat datang langsung.

"Yang bersangkutan (Wahbah) ini baru keluar rumah sakit. Sudah tidak bisa jalan. Tetap dia (staf kelurahan) bilang tidak bisa. Saya bilang kenapa dulu-dulu dapat (bisa pakai KTP) sekarang tidak dapat," ujar Emmi.

Sebagai jalan terakhir, akhirnya terpaksa Wahbah dibawa ke tempat pengambilan bantuan beras. Namun sesampai di kantor kelurahan, pihak kelurahan meminta Wahbah tidak turun dari becak dan mengatakan bantuan beras akan diantarkan ke rumah penerima.

"Masyarakat yang gotong ini mama ke kantor lurah, dibawa pakai bentor. Pak lurah keluar bilang 'tidak usah bu nanti saya kunjungan'. Saya bilang nanti heboh begini pak lurah baru mau kunjungan. Sudah ada ini orang sakit, karena pak lurah tidak percaya ini orang sakit, makanya masyarakat bawa langsung," beber Emmi.

Wahbah akhirnya mendapatkan bantuan raskin berupa 20 kg beras dan 4 liter minyak goreng. Dikonfirmasi terpisah, Lurah Mariccaya Baru Budianto mengaku akan memberi penjelasan mengenai kejadian ini setelah mengadakan rapat.

"Iya, sebentar lagi rapat di Hotel Novotel," kata Budianto.

Artikel ini telah tayang di detikSulsel.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads