Minat Baca Orang Indonesia Sebetulnya Tak Rendah, Tapi...

Minat Baca Orang Indonesia Sebetulnya Tak Rendah, Tapi...

Ayuningtias Puji Lestari - detikKalimantan
Kamis, 04 Des 2025 07:01 WIB
Duta Baca Nasional periode 2021-2026, Gol A Gong. (Ayuningtias)
Foto: Duta Baca Nasional periode 2021-2026, Gol A Gong. (Foto: Ayuningtias Puji Lestari/detikKalimantan)
Palangka Raya -

Duta Baca Nasional periode 2021-2026, Gol A Gong mengungkap minat baca Indonesia sempat dinilai rendah oleh peniliti luar negeri. Ia menepis anggapan tersebut. Menurutnya, secara geografis tak adil ketika Indonesia dibandingkan dengan luar negeri.

Hal itu ia sampaikan usai mengisi materi Sastra pada Festival Literasi 2025 Kalimantan Tengah (Kalteng). Acara diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi melalui Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispursip) Kalteng, Rabu (3/12) di Kantor Gubernur Kalteng.

Gol A Gong mengatakan penelitian luar negeri yang mengatakan minat baca orang Indonesia 1 banding 1000 merupakan hal yang tidak benar. Ia juga mengklarifikasi bahwa penelitian itu bukan dari UNESCO.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bahwa tidak benar Indonesia itu literasinya rendah. Penghakiman dari luar negeri itu kata UNESCO itu 1000 orang berbanding 1 orang minat bacanya, itu tidak benar. Lalu nomor 2 dari bawah (peringkat) itu juga tidak benar. UNESCO sudah klarifikasi tidak pernah, nah itu peneliti dari program international student assasesment," ujarnya kepada detikKalimantan, Rabu (3/12/2025).

Menurutnya tidak adil ketika parameter yang digunakan berdasarkan luas geografis pulau di luar negeri. Ia mencontohkan luas negara Belanda.

"Ada 270 Juta rakyat Indonesia, bayangkan dengan geografinya, kepulauannya, nah itu tidak adil, tidak head to head dengan Amsterdam yang mungkin hanya seukuran Bali mungkin ya," kata Gol A Gong.

Ia melihat ada permasalahan yang kompleks mengenai literasi di Indonesia. Diantaranya soal pendistribusian buku dan fasilitas perpustakaan. Hal itu membuat akses masyarakat terhadap buku bacaan menjadi terhambat.

"Lalu distribusi buku yang tidak merata karena geografis tadi juga jadi kendala. Palangka Raya sendiri juga agak sulit kan distribusi bukunya, karena tidak punya laut sehingga agak mahal lah ongkos kirimnya. Orang-orangnya mah minat bacanya luar biasa," ucap dia.

"Juga akses ke perpustakaan itu mengalami kesulitan. Mungkin jelek, mungkin jauh. Tapi sekarang Perpustakaan Nasional itu sedang melakukan upaya-upaya preventif dengan memberikan alokasi dana khusus ke Perpustakaan 10 Miliar untuk membangun gedung-gedung perpustakaan di daerah-daerah," imbuhnya.

Gol A Gong juga sempat menyinggung adanya pelabelan negatif tentang pegawai perpustakaan merupakan pegawai buangan dari dinas lain. Namun ia melihat stigma itu mulai pudar, kini pejabat mulai banyak yang aktif berpartisipasi dalam meningkatkan literasi.

"Ada stigma kepala daerah jika ada kepala dinas yang jelek kinerjanya, yang tidak mendukung secara politis di buang ke Dinas Perpustakaan. Sehingga tidak melakukan motivasi kepada pustakawannya untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang inovatif. Tapi kalau sekarang saya lihat ada pergerakan yang lebih baik, mereka mulai beradaptasi dan ikut terlibat dalam gerakan literasi nasional," kata Gol A Gong.

Gol A Gong menekankan agar tidak ada lagi stigma negatif tentang literasi di Indonesia. Ia melarang pejabat merendahkan minat baca masyarakat.

"Pemerintah harus diingatkan gak boleh lagi bilang minat baca Indonesia rendah. Nanti kita rendah diri. Kasihan juga dibilang rendah-rendah. Saya puluhan tahun di lapangan dari tahun 89, itu tidak benar," tuturnya.

Ia juga menyampaikan akan bersafari ke negara Indo-Cina, Asia Tengah dan Eropa Timur untuk mengenalkan literasi Indonesia. Terutama bagi pemuda diaspora Indonesia di luar negeri.

"Tanggal 22 Desember saya berangkat, saya bertugas untuk mengenalkan literasi dan pelatihan menulis bagi diaspora, pelajar maupun mahasiswa," harap dia.




(aau/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads