Duta Baca Nasional, Heri Hendrayana Harris atau akrab disapa Gol A Gong, menyampaikan pesan penting mengenai disabilitas. Seperti diketahui, Gol A Gong merupakan penyandang disabilitas yang kini diangkat menjadi Duta Baca Nasional periode 2021 hingga 2026.
Bertepatan dalam momen Hari Disabilitas Internasional 3 Desember 2025, ia bicara soal kebutuhan disabilitas tidak bisa dibebankan pada satu pihak. Gol A Gong menekankan sikap kooperatif baik bagi penyandang disabilitas maupun pihak lainnya.
Pesan itu ia sampaikan usai mengisi acara 'Festival Literasi 2025' yang diselenggarakan bersama Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispursip) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) di Aula Jaya Tingang, Kantor Gubernur Kalteng, Rabu (3/12/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gol A Gong mulanya bercerita tentang perjalanan masa kecilnya yang harus menjalani amputasi pada tangannya sebelah kiri. Ia bercerita bagaimana kondisi fasilitas umum yang masih belum ramah disabilitas kala itu.
"Saya diamputasi kelas 4 SD, jadi waktu itu Gus Dur belum sempat jadi presiden. Jadi diskriminasi di infrastruktur itu masih terjadi, dulu belum ada garis kuning (Guiding Block) sampai saya lulus kuliah," ceritanya kepada detikKalimantan, Rabu sore (3/12/2025).
"Saya selain pelaku juga aktivis untuk persoalan itu. Saya sering mengingatkan pemerintah misalnya kalau naik bus berikanlah selain ke orang tua juga ke orang yang berkebutuhan khusus gitu, misal orang buta, atau orang yang kakinya diamputasi, karena mereka perlu dibantu. Dulu belum bisa kursi roda naik mall atau ke bandara. Sekarang udah bisa," kenang Gol A Gong.
Gol A Gong merasakan perubahan sistem pemerintahan yang lebih inklusif bagi disabilitas saat ini. Namun, peran pemerintah saja tidak cukup apabila pandangan masyarakat belum berubah.
"Nah pemerintah sekarang sudah sangat baik dengan program-programnya. Tapi kalau masyarakatnya tidak berpartisipasi maka ini tidak akan jadi inklusif," ujarnya.
Gol A Gong berpesan betapa pentingnya sikap kooperatif dan saling terbuka baik antara penyandang disabilitas maupun yang tidak.
"Yang berkebutuhan khusus misalnya saya, saya itu mau pakai sepatu susah. Jadi ya saya minta tolong, ada waktu gak pak? Minta tolong dong gitu. Juga orang yang tidak berkebutuhan khusus harus aktif menawarkan. Tanya baik-baik misal 'boleh gak saya bantu?' Memang harus ada kemauan dalam dua belah pihak, harus saling membuka diri," terangnya.
"Jadi pesan saya itu untuk orang yang berkebutuhan khusus itu harus dibantu, kita orang yang tidak disabilitas harus menawarkan diri ke mereka," sambung Gol A Gong.
Gol A Gong juga berpesan agar tidak membeda-bedakan dalam hal pelabelan. Baginya, kemampuan intelektual dan mental seorang penyandang disabilitas setara dengan orang yang tak perlu kebutuhan khusus.
"Saya gak pernah bikin organisasi untuk orang cacat, siapa aja boleh ikut mau yang cacat mau yang normal boleh, jangan terpolarisasi. Yang penting cara berpikirnya, maksud saya gap knowledge maupun gap psikologis itu harus dihilangkan," tutur Gol A Gong.
Ia menyontohkan dirinya yang kini menjadi Duta Baca Nasional. Menurutnya, teman-teman disabilitas harus optimis dan bersemangat serta berani bersaing positif dengan orang lain.
"Saya kompeten di bidang saya, ya maka saya harus bersaing. Karena pekerjaan saya gak perlu pakai fisik. Harusnya teman-teman disabilitas melihat ketika Gol A Gong menjadi duta baca berarti pemerintah sudah sangat terbuka," bebernya.
Diakhir wawancara, Gol A Gong berpesan agar masyarakat meningkatkan minat baca, termasuk penyandang disabilitas yang masih memungkinkan untuk membaca tulisan. Menurutnya, dengan membaca orang-orang disabilitas akan terhindar dari rasa inferior.
"Banyak membaca! Kalau kamu membaca, maka kamu tidak akan merasa kecil," pesannya.
(aau/aau)
