Kalimantan Bebas Gempa? Tunggu Dulu, Masih Ada Sesar Tarakan

Kalimantan Bebas Gempa? Tunggu Dulu, Masih Ada Sesar Tarakan

Nadhifa Aurellia Wirawan - detikKalimantan
Rabu, 03 Des 2025 14:00 WIB
Peta gempa 5 November 2025 yang mengguncang Tarakan.
Peta gempa 5 November 2025 yang mengguncang Tarakan. Foto: Dok. BMKG
Samarinda -

Pulau Kalimantan selama ini dikenal relatif aman dari gempa bila dibandingkan dengan pulau-pulau di zona aktif seperti Sumatra, Jawa, atau Sulawesi. Banyak orang beranggapan bahwa Kalimantan adalah wilayah yang aman dari bencana seismik besar karena jaraknya jauh dari zona subduksi dan karena tidak memiliki banyak gunung berapi.

Anggapan ini memang benar dan tidak lepas dari karakter geologi dan posisi tektonik Kalimantan yang sebagian besar berada di atas lempeng Sunda (Sunda Plate), jauh dari batas lempeng aktif yang biasanya memicu gempa besar dan tsunami.

Struktur batuan di Kalimantan pun berbeda. Beberapa studi geologi seperti yang dilakukan Yan Adi Segoro dan Relly Margiono (2025) berjudul "Identification Sub-Surface Structure and Sediment Depth Estimation at the Proposed Indonesia New Capital City" menunjukkan bahwa central Borneo dibentuk oleh batuan sedimen dan metamorfik yang tenggelam di daratan kontinen, bukan kerak tipis lempeng laut atau zona subduksi, sehingga aktivitas tektoniknya relatif rendah. Dengan demikian, peluang terjadinya gempa besar akibat gesekan antar lempeng besar memang lebih kecil dibanding pulau lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun kenyataan bahwa Kalimantan relatif aman tidak berarti bebas risiko. Di beberapa titik terdapat sesar aktif dan patahan lokal tetap memiliki potensi gempa. Itulah sebabnya beberapa wilayah, terutama di utara dan timur pulau ini, sempat diguncang gempa kuat.

Salah satu wilayah yang paling sering disebut ketika membahas gempa besar di Kalimantan adalah Tarakan, Kalimantan Utara yang berdiri di atas patahan yang disebut Sesar Tarakan. Dari sinilah sebagian besar rekam jejak gempa besar di pulau ini berasal.

Tarakan dan Sesar Tarakan

Menurut catatan resmi BMKG, Tarakan adalah wilayah dengan aktivitas gempa paling tinggi di Pulau Kalimantan sejak awal abad ke-20. Meskipun secara umum tingkat kegempaan di Kalimantan jauh lebih rendah daripada di Sumatra atau Jawa, sejarah menunjukkan bahwa Tarakan telah berulang kali diguncang gempa dengan kekuatan yang cukup signifikan.

Sesar Tarakan bersama dengan sesar aktif lain di Kalimantan seperti Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat, dan Sesar Meratus, menjadi objek pantauan BMKG dalam upaya mitigasi gempa dan perencanaan infrastruktur, termasuk dalam rangka pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Gempa Besar di Tarakan dan Sekitarnya

Berikut detikKalimantan rangkum beberapa jejak yang sering disebut sebagai gempa terbesar atau paling signifikan yang pernah dialami di Kalimantan terutama di Tarakan.

14 Mei 1921: Gempa Sangkulirang (Intensitas VIII MMI)

Gempa kuat mengguncang Sangkulirang dengan intensitas hingga VIII MMI dan memicu gelombang tsunami yang menyebabkan kerusakan di wilayah pesisir. Peristiwa ini menjadi salah satu bukti awal bahwa kawasan timur Kalimantan memiliki potensi kegempaan serius.

19 April 1923: Tarakan (M 7,0; kedalaman 40 km; intensitas VIII MMI)

Peristiwa ini termasuk satu gempa paling merusak dalam sejarah Kalimantan. Guncangannya sangat kuat hingga merusak rumah, membentuk retakan tanah, dan mengganggu aktivitas masyarakat. Magnitudo besar ini menunjukkan aktivitas patahan dalam Cekungan Tarakan yang secara tektonik memang kompleks.

14 Februari 1925: Tarakan (Intensitas VII MMI)

Dua tahun setelah gempa besar sebelumnya, Tarakan kembali diguncang gempa kuat. Intensitas VII MMI menyebabkan kerusakan bangunan dan menunjukkan bahwa periode awal 1920-an adalah fase aktif bagi sesar-sesar di kawasan tersebut.

28 Februari 1936: Tarakan (M 6,5)

Gempa bermagnitudo sekitar 6,5 kembali mengguncang Tarakan. Guncangannya dilaporkan sangat kuat meski tanpa korban jiwa. Peristiwa ini semakin menguatkan bahwa zona Tarakan-Bunyu dipengaruhi struktur sesar turun, sesar mendatar, dan subduksi mikro dari arah timur.

22 November 2009: Paser & Long Ikis (M 4,7)

Meski magnitudo tergolong kecil, guncangan terasa kuat dan cukup untuk menimbulkan kerusakan pada rumah, sekolah, dan tempat ibadah. Dampaknya besar karena pusat gempa berada dekat permukiman, menunjukkan faktor kedalaman dan lokasi bisa memperparah kerusakan.

21 Desweber 2015: Tarakan (M 6,1)

Gempa bermagnitudo 6,1 kembali terjadi di Kalimantan setelah jeda panjang dari rangkaian gempa di tahun-tahun sebelumnya. Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa sesar-sesar tua di Kalimantan, termasuk Mangkalihat dan Maratua, masih berpotensi aktif dan dapat menghasilkan gempa signifikan.

5 November 2025: Tarakan (M 4,8; gempa dangkal)

Guncangan magnitudo 4,8 mengguncang Tarakan dan menyebabkan kerusakan pada sejumlah bangunan karena pusat gempa berada dekat permukiman dan berkedalaman dangkal. Meski tidak besar secara magnitudo, dampaknya terasa karena faktor jarak dan kedalaman sumber gempa.

Mengapa Gempa Besar Masih Mungkin Terjadi di Kalimantan?

Ada berbagai alasan untuk menjawabnya. Pertama, struktur geologi Kalimantan didominasi oleh batuan kontinen, lapisan sedimen tebal, dan batuan metamorfik, bukan kerak tipis lempeng samudra. Kondisi ini menjadikan wilayah Kalimantan relatif stabil terhadap gempa besar yang biasanya dipicu oleh aktivitas subduksi.

Namun stabilitas tersebut bukan berarti bebas dari ancaman gempa. Sejumlah penelitian dan laporan dari BMKG juga menunjukkan adanya patahan lokal serta sesar aktif di beberapa kawasan, termasuk Sesar Tarakan, Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat, dan Sesar Meratus yang dapat memicu guncangan signifikan ketika mengalami pergeseran.

Selain itu, beberapa bagian Kalimantan memiliki sedimen tebal dan dataran lunak yang dapat memperkuat guncangan melalui amplifikasi tanah, sehingga efek gempa bisa terasa lebih parah meskipun pusatnya berada jauh. Dengan faktor-faktor tersebut, maka meskipun frekuensi gempa relatif rendah, potensi gempa besar di Kalimantan tidak bisa diabaikan.

Posisi lempeng dan kondisi geologis Kalimantan memang membuat wilayah ini relatif jarang diguncang gempa besar. Namun, sejarah menunjukkan bahwa pulau ini tidak bebas risiko. Rekam jejak gempa besar di Tarakan, dari awal abad ke-20 sampai 2025 menunjukkan bahwa sesar aktif seperti Sesar Tarakan tetap bisa memicu gempa merusak.

Dengan demikian, anggapan bahwa "Kalimantan aman dari gempa besar" adalah keliru. Kewaspadaan, mitigasi, dan perencanaan yang matang juga perlu dilakukan.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Kepala Daerah Kerap Salahkan Hujan saat Bencana, Padahal Tata Ruang"
[Gambas:Video 20detik]
(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads