Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) sedang tidak baik-baik saja. Baru-baru ini jagat maya kembali dibuat terkejut dengan kondisi yang terjadi di Taman Nasional Tesso Nilo, Kabupaten Pelalawan, Riau.
Kampanye berisi dukungan untuk melindungi TNTN dan munculnya tagar-tagar seperti #SaveTNTN, #SaveTessoNilo, hingga #SavegajahSumatera kini ramai di media sosial.
Isu ini pertama kali mencuat melalui unggahan akun Instagram Balai Taman Nasional Tesso Nilo pada Jumat, 21 November 2025 mengenai massa yang menjarah kawasan TNTN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah aksi demo di Pekanbaru pada 20 November 2025, gelombang tekanan itu akhirnya masuk jauh ke dalam Taman Nasional Tesso Nilo. Petugas yang menjaga kawasan dipaksa mundur. Rumah gajah Sumatra akan dihancurkan kembali, kami sangat berharap negara kuat untuk mempertahankan keluarga dan masa depan Hutan Tesso Nilo," isi keterangan unggahan tersebut.
"Semoga nurani kita kembali terbuka untuk menjaga, bukan merusak. Semoga kesadaran mengalahkan ego sesaat. Karena kelestarian alam adalah warisan paling berharga bagi generasi berikutnya," tulis BTN Tesso Nilo.
Gerakan ini bermula dari adanya aksi perusakan Poskotis di Taman Nasional Tesso Nilo yang dilakukan oleh sekelompok massa pada Jumat, 21 November 2025 lalu. Sekelompok massa mendatangi lokasi dan mengusir petugas di Poskotis.
Massa memberikan tempo satu jam bagi petugas untuk meninggalkan lokasi. Namun, permintaan massa tersebut tidak digubris oleh petugas.
Tidak lama kemudian, massa kembali datang dengan jumlah yang semakin bertambah. Situasi di lokasi pun memanas hingga berujung pada aksi pembongkaran plang hingga perusakan posko.
Massa merusak sejumlah fasilitas di Tesso Nilo, antara lain 5 baliho, portal, plang, tenda pleton TNI AD, dokumen dan perlengkapan pos hingga ribuan bibit tanaman.
Padahal, TNTN menjadi habitat asli dan rumah bagi flora dan fauna endemik di Indonesia. Dikutip detikTravel dari situs resmi Kemenpar, terdapat 60-90 ekor gajah Sumatra yang hidup di kawasan TNTN.
Insiden perusakan yang terjadi di Tesso Nilo ini mengundang reaksi publik. Sejumlah selebritas, influencer, tokoh publik hingga pemerhati lingkungan bersuara untuk menyelamatkan Tesso Nilo sebagai salah satru rumah Gajah Sumatera.
Salah satunya adalah artis Melanie Subono, Luna Maya, aktor Chicco Jerikho, hingga mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI juga menyuarakan penyelamatan Tesso Nilo.
Organisasi konservasi alam independen (World Wife Fund for Nature/WWF Indonesia) juga menyuarakan penyelamatan Tesso Nilo sebagai rumah Gajah Sumatera. WWF Indonesia menyoroti gajah-gajah di Tesso Nilo yang semakin terimpit dan terancam kehilangan rumahnya.
"Ketika sebuah kantong gajah berada di titik tengah koridor Gajah di Sumatra seperti @btn_tessonilo Taman Nasional Tesso Nilo, perannya menjadi sangat krusial. Jika kawasan hilang maka gajah kehilangan pilihan untuk bergerak, kawin, mencari makan, dan menemukan jalur yang sudah mereka kenali selama turun-temurun. Risiko interaksi negatif dengan manusia pun meningkat karena bagi gajah itu adalah rumah lama, sementara bagi masyarakat itu adalah ruang hidup hari ini. Kita harus mempertahankan "rumah lama" gajah tetap ada, demi kita, manusia," demikian postingan WWF melalui Instagram @wwf_id.
TNTN memiliki luas mencapai 81.793. Namun, hingga saat ini, hanya tersisa seluas 12.561 hektare atau sekitar 15% kawasan hutan yang masih bisa difungsikan sebagai hutan alami.
Hal ini didasari oleh banyaknya kawasan hutan yang digerus, direbut, dan dirusak oleh masyarakat sekitar untuk membangun pemukiman dan kebun sawit ilegal. Fenomena ini menjadi tantangan besar yang mengancam kehidupan fauna yang hidup di dalamnya.
Di dalamnya hidup harimau Sumatra yang kian terdesak, rusa dan kijang yang membutuhkan kawasan aman untuk berkembang biak, hingga tapir yang sensitif dengan perubahan habitat. Kawasan ini juga menjadi tempat tinggal ratusan jenis burung yang kini kehilangan pohon-pohon besar untuk bersarang, hingga ribuan makhluk kecil seperti serangga, reptil, dan organisme endemik lain yang tak pernah terlihat.
LIPI dan WWF Indonesia (2003) mencatat terdapat 216 jenis fauna yang hidup di TNTN. Terdiri dari 3 jenis primate, 15 jenis reptilian, 18 jenis amfibi, 50 jenis ikan, 23 jenis mamalia, dan 114 jenis burung.
Semakin ke sini populasi fauna-fauna tersebut semakin menurun imbas kerusakan habitat yang diperbuat oleh manusia.
LIPI dan WWF Indonesia (2003) juga mencatat terdapat sebanyak 360 jenis flora yang tergolong falam 165 marga dan 57 suku di setiap hektare, Center Biodiversity Management dari Australia (2001) menyebut Tesso Nilo sebagai hutan yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya di dunia dengan ditemukannya 218 jenis tumbuhan vaskular di petak seluas 200 m2.
Beberapa jenis tumbuhan di Tesso Nilo merupakan jenis tumbuhan endemik seperti kayu batu, kempas, jelutung, kulim, tembesu, ramin, keranji, meranti-merantian, keruing, sindora leiocarpa, sindora velutina, sindora brugemanii, dan jenis-jenis durian.
Kawasan TNTN ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 255/Menhut-II/2004. Kemudian ditegaskan dalam Surat Keputusan Penetapan No. 6588/Menhut-VII/KUH/2014 dengan pelebaran kawasan seluas 81.793 hektare.
TNTN merupakan warisan alam Sumatra dan rumah bagi gajah Sumatra, perlu kesadaran dan kerja sama antar elemen masyarakat untuk melindungi dan menjaga kawasan hutan lindung ini.
Oleh karena itu, diperlukan kerja sama dan tanggung jawab untuk melestarikan Tesso Nilo. Upaya ini perlu dilakukan oleh pemerintah, pengelola TNTN, dan masyarakat. Pengawasan di kawasan hutan perlu diperketat dan penegakan hukum dipertegas untuk mencegah perambahan lahan dan pembangunan ilegal lainnya.
Terkini, Kepala Balai TNTN Heru Sutmantoro menjelaskan bahwa petugas lapangan TNTN terus berupaya memutus jalur aktivitas ilegal, warga yang bertanam sawit di dalam TNTN, dengan melakukan blokade. Dari empat pos pengamanan yang ada, dua pos sudah berhasil direbut kembali, sedangkan dua pos lain masih dalam proses penertiban.
Untuk memperkuat upaya itu, sebanyak 331 personel gabungan telah diterjunkan ke lapangan. Untuk memastikan penertiban berjalan efektif, pemerintah membentuk Tim Percepatan Penanganan Tesso Nilo yang berada di bawah koordinasi gubernur.
"Tim ini melibatkan Pangdam, Kapolda, Kejati, unsur pemerintah daerah, serta para bupati. Tujuannya jelas: memastikan penegakan hukum dan penertiban di TNTN berjalan konsisten dan terkoordinasi," ujar Heru kepada detikTravel, Kamis (27/11/2025).
Heru menegaskan bahwa penertiban itu sangat penting untuk mengembalikan fungsi ekologis TNTN sebagai habitat gajah sumatera. Kerusakan hutan selama bertahun-tahun membuat ruang jelajah gajah semakin menyempit, memicu konflik satwa-manusia, serta mengganggu aliran Sungai Nilo yang kemudian menyebabkan banjir.
Heru mengatakan di saat bersamaan bakal merelokasi warga ke tempat yang lebih aman. Menurutnya, cara itu menjadi solusi tepat untuk menyelamatkan warga maupun bagi kelangsungan hidup gajah.
Selain relokasi warga, pemulihan ekosistem juga menjadi prioritas. Penanaman kembali, penertiban lahan, dan pemulihan fungsi hidrologi terus dilakukan untuk memulihkan ruang hidup gajah dan satwa lainnya. Harapannya, TNTN kembali menjadi kawasan konservasi yang aman, baik bagi satwa liar maupun bagi masyarakat di sekitarnya.
"Kami berharap TN Tesso Nilo dapat dipulihkan, untuk melindungi gajah sumatera, juga kekayaan hayati. Di saat bersamaan penting untuk memastikan keselamatan dan keberlanjutan hidup masyarakat melalui relokasi," Heru menegaskan.
(aau/aau)
