Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.4 Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional (Satker PJN) Wilayah I Kalimantan Utara, Ahmad Zais memberikan tanggapan terkait kondisi jalan longsor di Desa Sebulu, Nunukan, yang sempat dikeluhkan mangkrak hampir 100 hari.
Ahmad membenarkan bahwa longsor terjadi pada ruas jalan Sp.3 Apas Simanggaris STA 53+850 daerah Batu Mayau, Desa Sebulu, Kecamatan Tulin Onsoi, akibat curah hujan tinggi pada Senin (13/8/2025) lalu. Ia pun mengatakan bahwa penanganan sementara telah dilakukan.
"Untuk penanganan sementara di tahun 2025 ini kami hanya melakukan pembersihan material, pemasangan rambu, barrier, dan pemasangan bronjong untuk mengantisipasi longsor susulan," ujar Ahmad Zais, Minggu (23/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahmad menyebut timnya berkonsentrasi memonitor lokasi tersebut, mengingat kondisi tanah tebing yang labil saat hujan deras. Alat berat pun disiagakan di lokasi. Namun untuk pembangunan fisik permanen, pihaknya mengaku terkendala efisiensi dana.
"Aktivitas pekerjaan fisik permanen belum dapat dilakukan tahun ini karena keterbatasan dan efisiensi anggaran," kata Ahmad kepada detikKalimantan.
Saat ini, fokus anggaran hanya dialokasikan untuk preservasi pemeliharaan rutin jalan reguler dan persiapan jalur jelang Natal dan Tahun Baru. Ahmad menyebut, perbaikan permanen membutuhkan kajian teknis menyeluruh.
"Kajian dan desain tersebut baru dapat dilaksanakan di Tahun Anggaran 2026. Semoga setelah desain selesai dapat diikuti dengan penanganan longsoran yang permanen di tahun anggaran yang sama," tambahnya.
Menanggapi keluhan minimnya pembatas jalan di lokasi longsor yang membahayakan pengendara, Ahmad memberikan klarifikasi. Ia mengaku pihaknya sudah beberapa kali memasang rambu, namun kondisi alam membuat rambu tersebut hilang.
"Untuk pemasangan rambu kami sudah maksimal, beberapa kali kami pasang rambu tersebut hilang diterpa angin pada saat hujan," ungkap Ahmad.
Ahmad menuturkan sebagai tindak lanjut, pada Minggu (23/11) telah dilakukan pengerjaan dan pemasangan tanda batas baru berupa 4 buah plat seng agar terlihat jelas oleh pengendara.
"Untuk pembatas jalan sudah kami maksimalkan rambunya," kata Ahmad.
Mewakili BPJN Kalimantan Utara, Ahmad menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat pengguna Jalan Trans Kaltara atas ketidaknyamanan yang terjadi. Ia menyadari jalur tersebut adalah akses strategis yang menghubungkan Nunukan, Malinau, hingga Tanjung Selor.
"Mohon maaf atas ketidaknyamanan masyarakat pengguna jalan pada saat melintas di lokasi tersebut. Di tengah keterbatasan anggaran tahun ini kami tetap berupaya agar jalan tersebut tetap bisa fungsional," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, kondisi Jalan Trans Kaltara di kawasan Batu Mayau dinilai semakin memprihatinkan setelah tiga bulan pasca longsor tanpa perbaikan permanen. Warga khawatir karena jalur tersebut merupakan urat nadi transportasi lintas kabupaten/kota di Kaltara.
(aau/aau)
