Thrifting Disebut Berburu Style, Bukan Orang yang Butuh Baju

Thrifting Disebut Berburu Style, Bukan Orang yang Butuh Baju

Retno Ayuningrum - detikKalimantan
Selasa, 18 Nov 2025 21:00 WIB
Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian UMKM Temmy Satya Permana
Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian UMKM Temmy Satya Permana/Foto: detikcom/Retno Ayuningrum
Balikpapan -

Menurut Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian UMKM, Temmy Satya Permana, membeli barang bekas atau yang biasa disebut thrifting didorong gaya hidup (lifestyle) masyarakat.

Ia menilai tren thrifting digemari bukan karena kebutuhan dasar membeli pakaian. Masyarakat mencari barang yang unik serta terjangkau.

"Cuma karena saat ini tren masyarakatnya masih mencari yang unik-unik gitu lewat thrifting pakaian bekas impor ini, ya mau nggak mau mereka tuh omzet di sana (Pasar Senen)," ujar Temmy saat dijumpai di kantornya, Jakarta Selatan, Selasa (18/11/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itu mengapa pakaian bekas impor masih mendominasi komposisi dagang di Pasar Senen. Temmy menyebut 60% pedagang menjual pakaian bekas, dan 40% menjual produk lokal.

Gaya hidup dan keinginan berburu merek branded dengan harga murah juga menjadi pendorong thrifting. Hal ini berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh Kementerian UMKM.

Temmy mencontohkan masyarakat di pinggiran Jakarta cenderung belanja di pasar tradisional terdekat untuk membeli kebutuhan, bukan ke Pasar Senen. Menurut Temmy, pembeli yang datang di Pasar Senen adalah mereka yang mencari merek ternama dengan harga murah.

"Memang thrifting ini kan sebetulnya kan kalau kita lihat, bahwa sebetulnya banyak yang datang ke thrifting itu ada lebih kepada teman-teman yang memang berburu style ya, lifestyle. Bukan orang yang memang butuh baju, dia datang ke sana," jelas Temmy.

Ia menyebut pembeli thrifting sebetulnya belum mengetahui produk lokal yang berkualitas lantaran aksesnya masih terbatas. Kondisi ini disebabkan brand-brand lokal belum berani membuka gerai karena biaya investasi yang tinggi.

"Nah sekarang masalahnya, cuma memang mereka belum menemukan produk lokal yang bagus, belum tahu. Kenapa? Kita susah sekarang cari produk lokal, karena kan terbatas," tambah Temmy.

Soal harga pakaian bekas impor yang lebih murah, Temmy menilai isu ini akan terselesaikan seiring pasar domestik dikuasai produk lokal. "Sebetulnya nanti akan bersaing. Pada saat semua pasar ini dikuasai produk lokal, harga pasti akan bersaing dengan sendiri. Pasti akan terbentuk pareto optimu, pasti akan terbentuk, persaingan harganya pasti bagus," terang Temmy.

Artikel ini sebelumnya tayang di detikFinance dengan judul Thrifting Laris Disebut Bukan karena Butuh Baju, tapi Gaya Hidup.




(sun/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads