Kisah Ipda Gia dari Ujung Kalimantan Kini Bertugas di Jantung Afrika

Kisah Ipda Gia dari Ujung Kalimantan Kini Bertugas di Jantung Afrika

Oktavian Balang - detikKalimantan
Rabu, 12 Nov 2025 15:00 WIB
Ipda Gia Iftita Saviera saat berada di Garuda Camp, Bangui, Republik Afrika Tengah.
Ipda Gia Iftita Saviera saat berada di Garuda Camp, Bangui, Republik Afrika Tengah. Foto: Dok. Istimewa
Tarakan -

Ipda Gia Iftita Saviera yang biasa berkecimpung di dunia reserse kriminal di Kalimantan Utara kini mengemban tugas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 2022 itu ditugaskan di Bangui, Republik Afrika Tengah sejak 11 Oktober 2025.

Gia kini menjabat sebagai Duty Officer Satgas Garuda Bhayangkara Formed Police Unit (FPU) 7 Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensi PBB di Republik Afrika Tengah atau MINUSCA. Gia mengaku memang sengaja mendaftar sebagai pasukan perdamaian PBB karena ingin mencoba hal baru.

"Tertarik karena pengen coba hal baru, dulunya kan berkecimpung didunia reserse kriminal," tutur Gia kepada detikKalimantan, Rabu (12/10/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penugasan pertamanya yakni di lingkungan Polda Kalimantan Utara. Gia tercatat pernah menjabat sebagai Kanit Harta Benda (Harda) dan Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Bulungan. Kemudian ia juga pernah menjadi Regident Satlantas Polres Nunukan.

"Sempat juga di lalu lintas sebentar dan mau coba jadi pasukan perdamaian. Ketemu lingkungan kerja baru, membuka wawasan baru, bertemu orang-orang baru, yang tentunya bukan hanya orang Indonesia aja tapi orang-orang asing yang tergabung dalam United Nations," ujarnya.

Gia juga menceritakan tugasnya selama misi MINUSCA. Kegiatannya beragam, mulai dari patroli hingga aksi kemanusiaan.

"Di antaranya melindungi warga sipil, melindungi personil UN dan aset-aset UN, dan juga mendukung kinerja dari polisi lokal. Melaksanakan patroli, memberikan bantuan sosial, membantu pendistribusian air bersih kepada warga sipil," katanya.

Sebelum terjun langsung ke Afrika, Gia dan kontingen Indonesia digembleng selama 7 bulan dan melakukan simulasi konflik. Mereka juga dibekali pelatihan bahasa yang akan membantu selama bertugas.

"Insyaallah kontingen Indonesia siap menghadapi karena sudah mendapatkan bekal dan pelatihan selama tujuh Bulan. Di sana kami dilatih bahasa Prancis, kemampuan taktis, alarm stelling, defense plan, kemampuan memasak, mekanik, teknik informasi dan lain-lain," tuturnya.

Namun, tantangan terberatnya justru datang dari hal-hal non teknis seperti gegar budaya atau culture shock. Ia juga mengaku harus menahan rasa bosan karena lingkungan yang serbaterbatas di tempatnya bertugas.

"Kalo tantangan terbesar menurut akusih, melawan rasa bosan, karena perbedaan suasana dan keadaan di sini dengan di Indonesia, keterbatasan internet dan waktu dengan sanak keluarga di Indonesia yang menjadi tantangan tersendiri," ceritanya.

Soal cuaca dan iklim, Gia merasa tidak terlalu sulit beradaptasi. Menurutnya, justru cuaca di Indonesia lebih menantang, khususnya di Kaltara.

"Teriknya sama, tapi suhunya lebih panas di Kalimantan. Gak takut lah, kan panasan Kalimantan," kelakarnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Aturan di Balik Matinya Mic Prabowo saat Pidato di Sidang PBB"
[Gambas:Video 20detik]
(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads