Dosen Sosiologi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Universitas Palangka Raya (UPR) Yuliana tanggapi tokoh aktivis perempuan Marsinah yang diangkat jadi Pahlawan Nasional. Ia menilai ada perluasan makna kepahlawanan.
"Pengangkatan Marsinah sebagai Pahlawan Nasional menyimbolkan perluasan makna kepahlawanan di Indonesia," ujarnya pada detikKalimantan, Selasa (11/11/2025).
Yuliana menjelaskan pengangkatan pahlawan kali ini juga diisi oleh para pejuang HAM, seperti Marsinah dan Gusdur. Tokoh pahlawan tidak lagi hanya identik dengan perang atau dari golongan bersenjata. Namun juga tokoh-tokoh sipil yang berperan dalam memperjuangkan hak asasi manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak lagi diidentikkan dengan tokoh perang atau militer, tetapi juga diisi pejuang HAM," imbuhnya.
Dosen yang juga fokus pada isu-isu perempuan itu menerangkan perjuangan Marsinah telah membangkitkan kesadaran masyarakat luas tentang hak-hak buruh. Selain itu, Marsinah dinilai telah berhasil menunjukkan kekuatan dan posisi perempuan.
"Dari sudut pandang Sosiologi, kisah Marsinah telah membangkitkan kesadaran kolektif tentang hak-hak buruh dan posisi perempuan dalam gerakan sosial. Sejak itu, banyak organisasi buruh dan kelompok advokasi yang tumbuh dan saling berjejaring," imbuhnya.
Akan tetapi, Yuliana juga menekankan agar pengangkatan Marsinah sebagai Pahlawan Nasional tidak boleh menghentikan pengusutan kasus yang terjadi pada Marsinah dan korban lainnya di era Orde Baru.
"Kita juga harus berhati-hati, narasi Marsinah sebagai pahlawan justru mengaburkan Marsinah sebagai korban kejahatan HAM, dan yang paling mendesak adalah mengusut tuntas pelaku kejahatan HAM itu sendiri yang membuat Marsinah, dkk menjadi korban," tegasnya.
Yuliana juga melihat dari sudut pandang akademis terkait kontroversi Soeharto yang diangkat jadi pahlawan bersamaan dengan Marsinah. Ia menilai terdapat potensi menghapus pengalaman korban di era Orde Baru.
"Secara akademis sosiologis pemberian gelar tersebut, berpotensi menghapus pengalaman korban dan melemahkan proses pemulihan ingatan Sejarah. Negara sedang membentuk pandangan sejarah dan identitas bangsa," jelasnya.
"Kepahlawanan bukan hanya tentang keberhasilan pembangunan, tetapi tentang apakah kekuasaan dijalankan dengan menghormati kemanusiaan," imbuhnya.
Yuliana berpesan pada para perempuan di Kalteng agar mewarisi keberanian dan kegigihan sosok Marsinah. Ada tiga poin yang ia tekankan yaitu keberanian, kesadaran hak, serta solidaritas antarperempuan.
"Ada tiga hal yang penting dari Marsinah, yakni keberanian untuk menyuarakan ketidakadilan, kesadaran akan hak sebagai warga dan pekerja, serta pentingnya solidaritas antarperempuan. Marsinah bukan hanya nama sejarah, tapi inspirasi yang terus menggerakkan ruang demokrasi akar rumput," pungkasnya.
Simak Video "Video Kakak Kandung Kenang Marsinah yang Jadi Pahlawan Nasional"
[Gambas:Video 20detik]
(des/des)
