Ada Fosil Badak Purba di Kutub Utara, Bukti Arktik Pernah Hijau?

Ada Fosil Badak Purba di Kutub Utara, Bukti Arktik Pernah Hijau?

Siti Nur Salsabilah Silambona - detikKalimantan
Kamis, 06 Nov 2025 06:01 WIB
Ilustrasi perkiraan wujud badak purba yang hidup di Kutub Utara pada 23 juta tahun yang lalu.
Ilustrasi badak di Kutub Utara jutaan tahun lalu. Foto: Julius Csotonyi
Balikpapan -

Peneliti menemukan fosil badak berusia sekitar 23 juta tahun di Kutub Utara. Penemuan ini cukup menggegerkan mengingat Kutub Utara merupakan wilayah dengan lingkungan dingin yang ekstrem. Bagaimana mungkin badak hidup di sana?

Dilansir detikEdu, temuan ini mengarah pada hipotesis bahwa dulunya Kutub Utara merupakan dataran yang hijau. Bukan hamparan es seperti saat ini.

Penemuan fosil badak ini pun diterbitkan dalam makalah di Jurnal Nature Ecology and Evolution pada 28 Oktober 2025, dengan judul Mid-Cenozoic rhinocerotid dispersal via the North Atlantic. Dijabarkan bahwa fosil badak itu berada dalam lapisan sedimen danau purba di Kawah Haughton, Pulau Devon, Nunavut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut ahli paleobiologi Marisa Gilbert, kondisi fosil badak tersebut 75% utuh, khususnya di bagian tengkorak, rahang, dan gigi. Gilbert merupakan salah satu peneliti yang berpartisipasi dalam perjalanan ke Kawah Haughton pada akhir tahun 2000-an. Selain fosil ini, sebelumnya kelompok peneliti tersebut juga menemukan anjing laut transisi yang tergolong spesies baru.

Adapun fosil badak Kutub Utara ini diberi nama Epiaceratherium itjilik. Dalam bahasa Inuktitut (masyarakat asli Inuit di Kutub Utara), itjilik berarti dingin atau beku. Nama tersebut dipilih lewat konsultasi langsung dengan pemuka adat setempat.

"Penemuan ini menjadi bukti bahwa kehidupan purba di Arktik jauh lebih beragam daripada yang kita kira," ujar Dr. Natalia Rybczynski, ahli paleontologi dari Canadian Museum of Nature yang memimpin penelitian tersebut.

Badak purba Kutub Utara ini agak berbeda dengan badak modern karena tidak memiliki tanduk dan ukurannya juga lebih kecil daripada badak masa kini. Badak Epiaceratherium itjilik diperkirakan hidup pada masa Miosen awal. Saat itu Arktik memiliki iklim yang jauh lebih hangat dan lembap, dengan sumber makanan yang melimpah bagi mamalia seperti badak.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Epiaceratherium itjilik memiliki kemiripan evolusi dengan spesies badak purba yang ditemukan di tanah Eropa. Kemungkinan mamalia besar seperti badak ini bermigrasi dari Eropa ke Amerika Utara melalui jembatan darat di Atlantik Utara. Kini jembatan tersebut sudah tidak ada, memisahkan benua Eropa dan Amerika sepenuhnya.

Rybczynski juga menyatakan penemuan ini mengubah cara pandang manusia terhadap daratan Arktik. Arktik yang sekarang berbeda dengan yang dulu dan masih banyak kisah kehidupan masa lalu yang mungkin belum dieksplorasi.

"Setiap fosil memberi kita cerita tentang masa lalu, dan membantu kita memahami masa depan," kata Dr. Rybczynski.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads