Komika Pandji Pragiwaksono menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada masyarakat Toraja atas materi stand up comedy tentang adat Rambu Solo. Permintaan maaf tersebut disampaikan melalui akun Instagramnya. Pandji juga menyatakan kesediaan untuk bertemu dengan perwakilan adat didampingi fasilitator.
Dilansir detikHot, materi stand up comedy Pandji menjadi sorotan karena mengangkat tentang pemakaman di adat Toraja. Perwakilan masyarakat Toraja sempat menyatakan kekecewaannya dan menuntut Pandji minta maaf, serta ada kemungkinan pemberian hukuman adat bagi Pandji.
Pandji pun mengakui kesalahannya dalam materi yang disampaikan. Ia menjelaskan bahwa materi tersebut disampaikan pada 2013 lalu dalam acara "Mesakke Bangsaku". Meski sudah berlangsung bertahun-tahun lalu, Pandji mengakui kesalahannya dan mengungkapkan penyesalan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selamat pagi, Indonesia. Terutama untuk masyarakat Toraja yang saya hormati. Dalam beberapa hari terakhir, saya menerima banyak protes dan kemarahan dari masyarakat Toraja terkait sebuah joke dalam pertunjukan Mesakke Bangsaku tahun 2013. Saya membaca dan menerima semua protes serta surat yang ditujukan kepada saya," tulis Pandji di Instagram dilihat detikcom, Selasa (4/11/2025).
Pandji mengatakan telah berkomunikasi dengan Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Rukka Sombolinggi terkait masalah ini. Dari dialog tersebut, Pandji menyadari seberapa penting dan dalamnya makna dan nilai budaya Toraja yang telah ia jadikan sebagai bahan komedi.
"Dari obrolan itu, saya menyadari bahwa joke yang saya buat memang ignorant, dan untuk itu saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat Toraja yang tersinggung dan merasa dilukai," sambungnya.
Kemudian Pandji menyinggung tentang adanya dua proses hukum yang berjalan, yakni hukum negara dan hukum adat. Pandji menyatakan siap menghadapi keduanya dan bertemu dengan perwakilan adat Toraja.
"Berdasarkan pembicaraan dengan Ibu Rukka, penyelesaian secara adat hanya dapat dilakukan di Toraja. Ibu Rukka bersedia menjadi fasilitator pertemuan antara saya dengan perwakilan dari 32 wilayah adat Toraja. Saya akan berusaha mengambil langkah itu. Namun, bila secara waktu tidak memungkinkan, saya akan menghormati dan menjalani proses hukum negara yang berlaku," katanya.
Pada akhir pernyataannya, Pandji menyampaikan agar kejadian ini bisa menjadi pelajaran penting bagi dirinya sendiri maupun para komika lain. Ia berharap agar komika tidak berhenti mengangkat keragaman budaya, tetapi harus dengan pendekatan yang lebih bijak dan berhati-hati.
"Yang penting bukan berhenti membicarakan SARA, tapi bagaimana membicarakannya tanpa merendahkan atau menjelek-jelekkan," tutupnya.
Artikel ini telah tayang di detikHot.
(des/des)
