Tak ada yang menyangka malam perayaan halloween di Itaewon pada Sabtu, 29 Oktober 2022 bakal berubah mencekam. Itaewon yang dikenal sebagai distrik hiburan di pusat Seoul, Korea Selatan menjadi saksi salah satu tragedi paling kelam dalam sejarah Negeri Ginseng.
Ribuan orang yang datang untuk merayakan pesta Halloween pertama setelah pelonggaran pandemi COVID, terjebak dalam kerumunan maut di jalan sempit. Ratusan orang di antaranya kehilangan nyawa.
Dilansir dari detikNews, tragedi ini terjadi sekitar pukul 22.20 waktu setempat, di sebuah gang curam selebar empat meter yang terletak di belakang Hotel Hamilton, jantung Itaewon. Di sanalah puluhan ribu orang berkumpul, jumlahnya terlalu banyak untuk ruang sekecil itu. Dalam hitungan menit, suasana pesta berubah menjadi kepanikan massal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kronologi Tragedi Halloween Itaewon
A family member of a victim who died from the Halloween crowd crush a year ago, mourns at a group memorial for the victims at Seoul City Hall Plaza in Seoul, South Korea, October 29, 2023. REUTERS/Kim Soo-hyeon Foto: REUTERS/SOO-HYEON KIM |
Awalnya tidak ada yang tampak aneh. Malam Halloween 2022 menjadi pesta besar pertama di Itaewon setelah tiga tahun pandemi. Jalanan dipenuhi sekitar 100.000 orang di mana sebagian besar anak muda, turis, dan mahasiswa asing yang datang mengenakan kostum khas. Musik berdentum dari bar-bar kecil, aroma makanan jalanan bercampur dengan tawa pengunjung.
Namun, menjelang tengah malam, situasi mulai berubah. Massa yang semakin menumpuk di satu lorong sempit membuat jalur pergerakan terhenti. Orang-orang di depan tidak bisa maju, sementara dari belakang terus mendorong tanpa tahu apa yang terjadi di depan.
Menurut kesaksian warga bernama Moon Ju-young (21) yang dikutip detikNews, suasana sebelum tragedi memang sudah kacau. Polisi tampak kewalahan menghadapi lautan manusia yang berdesakan di gang sempit itu. "Keramaiannya mungkin sepuluh kali lipat dari biasanya," ujarnya.
Tak lama kemudian, ratusan orang mulai terjatuh dan terinjak. Banyak yang mengalami sesak napas dan henti jantung (cardiac arrest) di tempat. Beberapa saksi mengatakan mereka mendengar jeritan minta tolong, namun sayang tidak ada ruang untuk bergerak atau menolong.
Saksi lain, Park Jung-hoon (21), menggambarkan situasi tersebut kepada Reuters (30/10/2022) sebagai 'adegan film perang'.
"Orang-orang berjatuhan, mereka melakukan CPR di mana-mana, semua di luar kendali," katanya.
Petugas pemadam kebakaran, paramedis, dan relawan segera berdatangan, tapi akses yang sempit membuat upaya penyelamatan sulit. Di tengah hiruk-pikuk itu, korban terus bertambah.
Overcrowded Jadi Penyebab Tragedi
An investigator inspects the scene of a stampede that happened during Halloween festivities, in Seoul, South Korea October 31, 2022. REUTERS/Kim Hong-Ji Foto: Reuters/Kim Hong-Ji |
Dari hasil investigasi awal, tragedi Itaewon disebabkan oleh penumpukan ekstrem di gang sempit. Ribuan orang saling mendorong ke satu arah. Menurut Kepala Dinas Pemadam Yongsan-gu, Choi Seong-bum, sebagian besar korban meninggal akibat terinjak dan sesak napas.
Petugas medis melakukan CPR massal di jalanan, warga setempat pun turut membantu menyelamatkan korban. Beberapa laporan juga menyebut adanya kericuhan kecil sebelum peristiwa terjadi, bahkan diduga sebagian pengunjung di lokasi mengonsumsi narkoba, meski hal itu belum dikonfirmasi secara resmi.
Faktor utama tetap pada overcrowded tanpa pengendalian lalu lintas manusia. Kawasan Itaewon memang dikenal sebagai distrik muda mudi di kalangan turis. Namun, tahun 2022 menjadi yang paling ramai sejak pandemi berakhir. Sayangnya, perayaan halloween saat itu tanpa koordinasi keamanan yang memadai.
Ratusan Orang Tewas, Ratusan Lain Dilaporkan Hilang
Setidaknya 151 orang dinyatakan meninggal dunia dalam tragedi Pesta Halloween di Itaewon, Korea Selatan. Banyaknya korban membuat tim evakuasi harus antre ke lokasi kejadian. Foto: Reuters/Kim Hong-ji |
Sehari setelah kejadian, suasana Itaewon berubah total. Jalanan yang sebelumnya dipenuhi tawa kini dipenuhi karangan bunga dan lilin. Menurut laporan detikNews, jumlah korban tewas mencapai 151 orang, sementara 82 lainnya luka-luka. Sebagian besar korban adalah remaja dan dewasa muda berusia 20-an, termasuk pelajar dan warga asing dari lebih dari 20 negara.
Selain korban meninggal, tercatat 355 laporan orang hilang disampaikan ke pusat layanan masyarakat Hannam-dong, seperti dikutip dari Koreaboo. Banyak keluarga berkeliling dari rumah sakit ke rumah sakit, berharap menemukan anggota keluarganya masih hidup.
Respons Pemerintah Korea Selatan dan Langkah Pasca Tragedi
Saat Para Pejabat Korsel Membungkuk Minta Maaf Atas Tragedi Itaewon Foto: AFP/Reuters |
Dalam waktu kurang dari 12 jam setelah kejadian, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol langsung mengadakan rapat darurat. Seperti dikutip dari detikNews, Yoon mengumumkan masa berkabung nasional tanpa batas waktu, serta memerintahkan seluruh lembaga pemerintahan untuk memusatkan perhatian pada penanganan tragedi Itaewon.
Ia menegaskan bahwa pemerintah akan memprioritaskan upaya pemulihan dan penyelidikan, termasuk meninjau ulang sistem pengamanan di acara publik agar insiden serupa tak terulang lagi.
Pasca tragedi Itaewon, pemerintah Korea Selatan melakukan evaluasi besar-besaran terhadap sistem manajemen kerumunan dan keselamatan publik. Pada awal 2023, Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan (MOIS) menerbitkan Pedoman Nasional Pengelolaan Kerumunan yang mewajibkan setiap acara publik dihadiri lebih dari 1.000 orang untuk memiliki rencana pengendalian massa, jalur evakuasi, serta petugas pengawas keselamatan bersertifikat.
Selain itu, Undang-Undang Keselamatan Bencana direvisi untuk memperluas tanggung jawab pemerintah daerah dalam mencegah insiden serupa. Setiap kota kini diwajibkan memiliki sistem pemantauan real-time untuk acara besar melalui kamera CCTV dan pusat kontrol terpadu.
Pemerintah juga meluncurkan Sistem Peringatan Dini Kerumunan (Crowd Density Alert System) berbasis kecerdasan buatan di beberapa distrik padat seperti Itaewon dan Myeongdong. Sistem ini mendeteksi kepadatan manusia menggunakan data ponsel dan kamera, lalu mengirim peringatan otomatis kepada pihak kepolisian bila situasi dianggap berisiko.
Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen Korea Selatan untuk memperkuat keamanan publik dan memastikan tragedi seperti malam Halloween 2022 tidak pernah terulang kembali.
Dunia internasional pun turut berduka. Landmark di berbagai negara menyalakan lampu berwarna putih dan hitam sebagai simbol belasungkawa. Di media sosial, tagar #PrayForItaewon menjadi trending. Warga Korea Selatan yang masih trauma akibat pandemi dan tragedi Sewol Ferry 2014, kembali diselimuti kesedihan.
Dari malam yang seharusnya penuh cahaya dan warna, Itaewon berubah menjadi tempat orang datang untuk berdoa dan mengenang. Tetapi saat ini, wajah Itaewon telah berangsur membaik dan kembali menjadi tujuan para turis.




