Tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda, momentum bersejarah lahirnya semangat persatuan bangsa Indonesia. Pada 1928, para pemuda dari berbagai daerah berkumpul dan menyatakan tiga ikrar penting untuk bertumpah darah satu tanah air, berbangsa satu bangsa, dan menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Ikrar tersebut menjadi tonggak awal kesadaran nasional dan dasar terbentuknya persatuan bangsa.
Hampir seabad berlalu, perjuangan melawan penjajah sudah selesai. Namun, semangat Sumpah Pemuda belum boleh padam. Di tengah tantangan zaman modern, generasi muda punya peran baru untuk menjaga persatuan, memperkuat karakter bangsa, dan membawa Indonesia tetap berdiri tegak di tengah arus globalisasi.
10 Implementasi Semangat Sumpah Pemuda
Berikut ini sepuluh cara sederhana untuk menerapkan semangat Sumpah Pemuda dalam dunia pendidikan dan kehidupan sehari-hari.
1. Menjaga Bahasa Indonesia Sebagai Identitas
Bahasa Indonesia adalah jantung dari Sumpah Pemuda. Di era digital, bahasa asing begitu mudah memengaruhi cara kita berbicara dan menulis. Tapi di situlah tantangannya, mampukah kita tetap menggunakan bahasa sendiri dengan bangga tanpa menutup diri dari dunia luar?
Menggunakan bahasa Indonesia yang baik bukan berarti menjadi kaku, melainkan tahu kapan dan di mana harus menempatkannya. Di ruang formal seperti sekolah, tulisan akademik, atau komunikasi publik, gunakan bahasa Indonesia yang jelas dan benar.
Di media sosial pun, kita bisa menunjukkan kecerdasan berbahasa tanpa harus meninggalkan keunikan gaya masing-masing.
Dengan menjaga bahasa, kita sedang menjaga jati diri. Sebab, bangsa tanpa bahasa yang hidup, pelan-pelan akan kehilangan suara dan karakternya sendiri.
2. Mengutamakan Produk Lokal dan Karya Anak Negeri
Kecintaan terhadap tanah air bisa terlihat dari cara kita memilih dan menghargai hasil karya sendiri. Banyak pemuda lebih bangga memakai merek luar negeri padahal kualitas produk dalam negeri kini sudah tak kalah bersaing, mulai dari makanan, pakaian, hingga teknologi.
Di lingkungan sekolah, hal ini bisa dimulai dari hal kecil seperti menggunakan seragam buatan lokal atau membeli jajanan hasil karya UMKM sekitar. Di dunia profesional nanti, kebiasaan ini bisa berkembang menjadi bentuk dukungan terhadap ekonomi nasional.
Membeli dan mempromosikan karya anak bangsa merupakan bentuk rasa percaya diri bahwa Indonesia mampu berdiri sejajar dengan negara lain lewat karyanya.
3. Menumbuhkan Sikap Toleransi di Tengah Perbedaan
Semangat utama Sumpah Pemuda adalah persatuan dalam keberagaman. Di sekolah, teman-teman datang dari suku, agama, dan budaya yang berbeda, tapi belajar duduk bersama tanpa merasa lebih unggul dari yang lain adalah bentuk nyata semangat 1928 yang masih hidup.
Toleransi bisa dimulai dari kebiasaan sederhana, contohnya tidak mengolok kepercayaan orang lain, menghargai hari besar agama yang berbeda, hingga bekerja sama dalam kegiatan lintas budaya. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap ini bisa meluas menjadi kebiasaan untuk mendengarkan, bukan menghakimi.
4. Menghargai Budaya dan Sejarah Bangsa
Setiap budaya entah itu berupa tarian, bahasa daerah, atau tradisi adat, tersimpan kisah panjang tentang jati diri bangsa. Namun di era serba cepat, banyak anak muda yang merasa budaya lokal tidak lagi relevan. Padahal, justru di situlah akar yang menumbuhkan karakter nasionalisme.
Melestarikan budaya tidak selalu berarti menari di panggung atau memakai pakaian adat. Bisa juga dengan mempelajari sejarah daerah, mendukung seniman lokal, atau sekadar bangga memperkenalkan tradisi adat lokal di media sosial.
Ketika generasi muda mengenali dan menghargai warisan bangsanya, mereka bukan hanya melestarikan masa lalu, tetapi juga menjaga sejarah demi masa depan yang berakar kuat.
5. Mengukir Prestasi dengan Semangat Nasionalisme
Dahulu, pemuda berjuang dengan bambu runcing. Kini, perjuangan hadir lewat prestasi dan inovasi. Setiap siswa yang tekun belajar, berani berkompetisi, dan menghasilkan karya bermanfaat sedang menghidupkan semangat Sumpah Pemuda dalam bentuk yang baru.
Prestasi tak selalu harus besar atau mendapat penghargaan. Hal kecil seperti menjadi panutan di kelas, memimpin kegiatan sosial, atau membantu teman yang kesulitan juga merupakan bentuk keberhasilan yang bermakna.
Ketika prestasi lahir dari semangat untuk membawa nama baik bangsa, maka setiap keberhasilan pribadi menjadi kemenangan Indonesia.
Simak Video "Video: Bahlil Incar Papua untuk Produksi Bahan Baku Etanol "
(aau/aau)