Kasus keracunan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa puluhan siswa dan guru SDN 12 Benua Kayong, Kabupaten Ketapang, Kalbar menjadi momok bagi setiap orangtua. Alih-alih terbantu, banyak orangtua yang kini melarang anaknya menyantap MBG yang dibagikan di sekolah.
"Daripada berisiko, lebih baik anak saya bawa bekal dari rumah," kata Ratna (36), orang tua murid di Kecamatan Benua Kayong, Kamis (25/9/2025).
Susilo (53), wali murid di salah satu SD swasta di Ketapang, juga mengaku trauma setelah mendengar kabar keracunan yang terjadi di SDN 12 Benua Kayong. Akibatnya, banyaknya yang enggan menyentuh MBG.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hari ini lebih banyak siswa tidak berani makan MBG di sekolah. Kami juga sudah melarang anak kami. Risikonya lebih besar daripada manfaatnya," kata dia.
Kepala Sekolah SD Santa Monica, Yohanes Aliman, membenarkan bahwa sejak insiden itu konsumsi MBG di sekolahnya menurun drastis. Pihak sekolah akhirnya menawarkan makanan tersebut kepada pihak lain agar tidak terbuang percuma.
"Banyak anak tidak mengambil makanan MBG. Kalau pun ada, hanya sedikit yang disentuh. Biasanya habis, tapi hari ini banyak yang utuh, bahkan tidak dibuka dari wadahnya," ujar Aliman.
Kekhawatiran orang tua semakin besar karena sebelumnya sempat beredar isu penggunaan wadah makan berlapis minyak babi dalam program MBG di daerah lain. Meski kabar itu belum terbukti di Ketapang, isu tersebut ikut meruntuhkan kepercayaan orang tua.
"Kalau soal kebersihan saja belum jelas, apalagi ada isu bahan berbahaya di wadahnya. Nyawa anak-anak yang jadi taruhannya," cetus Deki (43), warga Kecamatan Delta Pawan.
Selain keamanan, sebagian wali murid turut mengeluhkan persoalan mubazir. Tidak semua menu yang disajikan sesuai selera anak, sehingga banyak makanan yang akhirnya terbuang.
"Anak-anak kadang tidak suka menunya. Akhirnya ditinggal atau dibawa pulang tapi tetap tidak dimakan. Mubazir sekali," ujar Sari (31).
Para orang tua mendesak pemerintah daerah segera melakukan evaluasi menyeluruh, mulai dari kualitas bahan, kebersihan dapur, hingga distribusi makanan.
"Kalau tidak ada perubahan serius, program ini bisa membahayakan nyawa anak-anak. Lebih baik anggaran MBG dialihkan untuk yang benar-benar membutuhkan," sarannya.
(des/des)