Sebanyak 16 orang siswa dan seorang guru SDN 12 Benua Kayong mengalami keracunan. Mereka mengeluh sesak napas dan muntah-muntah usai menyantap makanan siang program MBG pada Selasa (23/9/2025). Mereka masih menjalani perawatan di RSUD dr Agoesdjam Ketapang.
Kasus ini bukan sekali dua kali terjadi, bahkan di Kabupaten Bandung Barat Jawa Barat kasus keracunan MBG menimpa 300 lebih siswa, hingga ditetapkan sebagai kejadian luar biasa. Kasus keracunan usai menyantap MBG pun pernah terjadi di beberapa daerah lainnya. Desakan evaluasi dan penghentian MBG pun menyeruak.
Badan Gizi Nasional (BGN) berjanji bakal melakukan evaluasi ketat agar kejadian keracunan yang berkaitan dengan menu makan bergizi gratis (MBG) tidak terulang. Kepala BGN, Dadan Hindayana menyadari kejadian keracunan yang berulang mungkin dapat membuat anak trauma atau orang tua menjadi waswas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sadari betul, di setiap kejadian pasti ada yang mengalami. Makanya saya selalu waswas dengan kejadian-kejadian seperti ini, karena tiap kejadian maka ada anak yang tersakiti atau penerima manfaat yang tersakiti, kepercayaan publik yang tergores, dan kemudian juga ada orang tua waswas," ujar Dadan dalam konferensi pers, Senin (22/9/2025).
"Makanya kami akan berusaha sebaik mungkin agar kejadian itu tidak terulang, dan target kita adalah nol kejadian," sambungnya.
Dadan mengungkapkan dirinya akan menghormati keputusan orang tua atau anak yang tidak ingin mengonsumsi menu MBG karena trauma. Ia memastikan pihaknya akan memperketat pengamanan.
Apabila kembali ditemukan kasus keracunan, maka Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang terlibat akan dihentikan sementara selama dilakukan evaluasi dan penyesuaian. Selain itu, anak-anak yang mengalami trauma akibat kejadian juga mendapat perhatian khusus untuk recovery.
"Bagi anak yang tidak ingin menerima untuk sementara waktu kita harus hormati," ujar Dadan.
Meski begitu, ia mengatakan anak-anak yang trauma dengan menu MBG jumlahnya sangat kecil jika dibandingkan anak-anak yang ingin mendapatkan MBG. Menurutnya, ada banyak anak yang menerima manfaat besar dari program ini.
Ia menyebut total BGN sudah memproduksi lebih dari 1 miliar porsi makan bergizi gratis untuk masyarakat.
"Tapi banyak kasus kejadian anak-anak itu ingin kembali mengonsumsi makanan-makanan bergizi. Jadi hanya sebagian kecil yang trauma," tandas Dadan.
Di kesempatan berbeda, Dadan juga merespons soal adanya desakan agar program MBG dihentikan usai kasus siswa keracunan. Dadan menyebut menunggu arahan Presiden Prabowo Subianto.
"Saya ikut arahan Presiden, tidak berani mendahului," ujar Dadan kepada wartawan, Rabu (24/9/2025).
Dadan belum bisa memastikan kapan pihaknya akan membahas MBG bersama Presiden Prabowo Subianto. Dia mengaku masih menunggu kabar.
"Menunggu arahan presiden," kata Dadan.
(aau/aau)