Tim dokter RS Bhayangkara Polda Kalimantan Selatan (Kalsel) telah berhasil mengidentifikasi sebagian korban jatuhnya helikopter BK117-D3 di Tanah Bumbu (Tanbu), Kalsel. Para korban teridentifikasi itu merupakan warga negara asing (WNA). Masih ada 5 jenazah warga negara Indonesia (WNI) yang menunggu untuk dipastikan identitasnya.
Melihat ada sejumlah jenazah yang kondisinya sudah sulit untuk dikenali, identifikasi pun terkendala. Tim dokter membuka kemungkinan identifikasi melalui tes DNA yang memakan waktu lebih lama. Berikut sejumlah fakta proses identifikasi korban heli jatuh di Kalsel, dihimpun detikKalimantan.
Tim Dokter Terima 6 Kantong Jenazah
Helikopter BK117-DK mengangkut 8 orang ketika insiden terjadi. Para korban dievakuasi menggunakan 6 kantong jenazah. Rinciannya, lima kantong berisi masing-masing satu korban dan satu kantong berisi beberapa bagian tubuh korban lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada Jumat (5/9) dini hari kita menerima enam kantong jenazah, terdiri dari lima kantong jenazah utuh dan satu berisikan bagian tubuh dari tiga jenazah," papar Kepala Bidang Dokkes Polda Kalses Kombes M El Yandiko, Sabtu (6/9/2025) malam.
Tiga jenazah itulah yang membutuhkan waktu lebih lama untuk diidentifikasi karena hanya tersisa tulang belulang dan abu.
Identifikasi dengan Gigi
Tiga jenazah yang telah diidentifikasi itu diketahui melalui gigi yang kondisinya masih cukup berbentuk. El Yandiko menjelaskan pihaknya mencocokkan data post mortem korban dengan data ante mortem ketika masih hidup, seperti sidik jari dan catatan rekam medis.
"Diidentifikasi dari gigi, karena perlu diketahui gigi ini termasuk bagian tubuh yang cukup tahan panas. Sehingga bisa diidentifikasi dari gigi itu," jelas El Yandiko.
Kasubdit ODSIK Polri drg. Astiti Handayani menambahkan bahwa gigi menjadi salah satu bagian tubuh yang paling sering diperiksa jika tubuh korban dalam keadaan luka parah atau rusak berat akibat terbakar. Gigi merupakan bagian tubuh yang tidak hancur meski terkena api.
"Karena gigi meskipun terbakar tidak gampang untuk hancur, jadi dari situ proses identifikasi korban terbakar dilakukan," jelas Astiti.
Kemungkinan Tes DNA
Sementara itu, untuk korban WNI lebih sulit diidentifikasi dari gigi karena minimnya catatan rekam medis gigi mereka. Astiti mengatakan bahkan ada korban yang belum pernah ke dokter gigi.
"Dari lima jenazah ini, ada beberapa yang memang berdasarkan penuturan keluarga tidak pernah ke dokter gigi," kata Astiti.
Meski demikian, pihaknya juga mengupayakan mencari data rekam medis gigi para korban ke dokter gigi yang ada di sekitar kediaman korban.
"Barang kali dia pernah ke dokter gigi tapi tidak diketahui oleh keluarga," ucapnya.
El Yandiko menambahkan pihaknya kemungkinan akan melakukan tes DNA juga untuk memastikan identitas para korban. Hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama, tetapi dapat dilakukan untuk korban dengan kondisi tubuh tak lagi utuh.
"Kalau DNA membutuhkan waktu karena harus diperiksa sampai tingkat gennya menjadi petunjuk yang pasti, ini butuh waktu," kata El Yandiko.
Tiga Jenazah Teridentifikasi WNA
Dalam manifes, tercatat ada 3 WNA yang menumpang helikopter tersebut. Ketiga WNA inilah yang telah teridentifikasi lebih dulu. Mereka adalah Mark Werren alias MW (68), CPW (67), dan SKP (56).
Dengan teridentifikasinya ketiga jenazah tersebut, mereka sudah dapat dibawa pulang ke negara masing-masing. Adapun para korban berasal dari negara berbeda-beda, yakni Australia, India, dan Brasil. Pihak dokter masih menunggu konfirmasi keluarga mengenai jadwal pengambilan jenazah.
"Mulai sekarang jenazah boleh dibawa pulang oleh keluarga, dan bisa kembali ke negaranya," kata El Yandiko.
Sosok Direktur Senior yang Jadi Korban
Salah satu korban yakni Mark Werren merupakan direktur senior di perusahaan hutan tanaman industri (HTI) bernama APRIL Group. Penelusuran detikKalimantan, situs resmi APRIL Group menyebut Mark Werren merupakan Direktur Fiber untuk PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang kantornya berada di Provinsi Riau.
Mark Werren memiliki gelar BSc (Hons) Forestry dari University of Aberdeen, Skotlandia. Dia juga meraih gelar MSc Forestry dari University of Helsinki, Finlandia.
"Mark telah bekerja sebagai ahli kehutanan sejak tahun 1980, dengan fokus utama daerah tropis, khususnya di wilayah Tanzania, Vietnam, Indonesia, Australia, Finlandia dan Skotlandia dan telah banyak melakukan proyek jangka pendek di negara lain," demikian informasi dalam situs tersebut.
Disebutkan juga, Mark ahli dalam memanajemen perkebunan tropis berskala besar, termasuk persiapan dan pencapaian anggaran, desain, hingga manajemen pembibitan pohon modern.
"Beliau juga sukses menerapkan plantation technology transfer, penelitian terapan, audit operasi, pengembangan berkelanjutan dan komunikasi. Mark telah berkontribusi besar terhadap pengembangan hutan tanaman industri pulpwood di Indonesia sejak 1988," lanjut situs tersebut.
Simak Video "Hidangan Lezat yang Memanjakan Lidah di Penginapan Banjarmasin"
[Gambas:Video 20detik]
(des/des)