Pengelola Dapur Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar), menanggapi dugaan makanan basi yang dikeluhkan orang tua murid. Pengelola menyebut, makanan bisa basi jika proses pendistribusian dari pihak sekolah terlalu lama.
Hidayat, salah satunya dari Pengelola Dapur MBG Desa Kapur di Kecamatan Sungai Raya, menjelaskan bahwa makanan berpotensi basi jika terlalu lama dibiarkan. Sebagian anak tidak memakan langsung di sekolah melainkan membawa pulang makanan tersebut. Faktor lainnya, pendistribusian dari pihak sekolah memakan waktu.
"Makanan yang sudah kami antar, dibagikan beberapa waktu kemudian. Lalu, ada anak yang bawa makanan pulang. Itu penyebabnya," jelas Hidayat, Jumat (5/9/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hidayat menyebut pihaknya sudah membawa makanan di titik-titik penerima manfaat pada pukul 07.30 WIB setiap harinya. Rentang waktu pendistribusian yang tepat seharusnya pada pukul 09.00 WIB atau satu setengah jam setelah pengantaran. Jika itu dilakukan sesuai pada waktunya, maka makanan tidak akan basi.
"Ini supaya makanan itu tidak beraroma basi atau apalah. Tetapi sampai saat ini yang kami temukan tidak ada makanan basi di pengantaran pagi. Siang hari itu kami mendistribusikan pukul 12.00 WIB, ternyata dari pihak sekolah mendistribusikan kepada murid yaitu 14.30 WIB, jadi makanan yang kami antar itu sudah lama dibiarkan di sekolahan," bebernya.
Hidayat tidak menampik adanya keluhan makanan bau tak sedap bahkan sampai basi jika dibiarkan terlalu lama. Seperti salah satunya yang terjadi pada pekan lalu.
Dia menyebut bihun yang menjadi salah satu menu lauk MBG memang ditemukan nyaris basi. Hal tersebut diduga karena pengap sehingga menyebabkan bihun jadi masam dan tidak layak untuk dikonsumsi.
"Jadi sebenarnya bihun itu tidak basi, jadi kan kalau bihun itu lama-lama didiamkan di tempat pengap dan lama didistribusikan hawa tidak keluar, itu yang menyebabkan masam. Sebenarnya sebelum barang itu keluar sudah kita teliti bersama dengan ahli gizi bahwa menyatakan ini tidak basi," katanya.
Hidayat menegaskan makanan seharusnya didistribusikan tepat waktu agar makanan tersebut tidak basi. Maka dari itu, ia berharap pihak sekolah untuk menjaga komitmen yang sudah dibangun.
"Kalau siang kami mendistribusikan pukul 12.00 WIB maka kami mohon pukul 13.00 WIB makanan sudah harus didistribusikan, supaya dampaknya tidak basi. Dari ahli gizi kami bilang, jika masak pukul 02.00 WIB (dini hari) kemudian didistribusikan pukul 12.00 WIB (siang) itu belum berpotensi basi, masih bisa dimakan, tapi kalau sudah dibawa pulang tutupnya masih rapat itu pasti basi," katanya.
Dia juga meminta agar ada penegasan dari pihak sekolah yang melarang anak-anak didiknya membawa rantang dari rumah. Karena, kata dia, jika makanan sudah dibawa pulang maka akan berpotensi basi.
"Yang artinya begini, apabila sudah dicicipi satu atau dua sendok ke tempat lain maka akan berpotensi basi. Saya berharap kami sebagai pengelola makanan kami didistribusikan tepat pada waktunya," harapnya.
Hidayat mengatakan, setiap harinya Dapur MBG Desa Kapur memproduksi kurang lebih 3.000 porsi makanan yang akan didistribusikan ke delapan titik penerima manfaat: lima lembaga pendidikan, kelompok ibu hamil dan ibu menyusui serta balita.
"Yang masak kami bagi menjadi dua shift, yang pagi dan yang untuk mendistribusikan di siang hari. Untuk pengantaran dilakukan dua kali dalam sehari. Lokasi dapur kami juga tidak jauh dari sekolahan," tegasnya.
Sebelumnya, ada orang tua murid di Desa Kapur yang mengeluhkan makanan yang diterima anaknya basi dan berbau tak sedap. Hal ini kemudian ramai dibahas oleh publik sampai menjadi sorotan Gubernur Kalbar Ria Norsan.
Simak Video "Video: Temuan BPOM soal Kasus Keracunan Makan Gratis di 10 Provinsi"
[Gambas:Video 20detik]
(des/des)