Lewat Sungai Ngeri-ngeri Sedap, Warga Bahau Hulu Minta Akses Jalur Darat

Lewat Sungai Ngeri-ngeri Sedap, Warga Bahau Hulu Minta Akses Jalur Darat

Oktavian Balang - detikKalimantan
Minggu, 17 Agu 2025 22:00 WIB
Dalam video yang diunggah, tampak luapan air Sungai Giram Bahau yang deras dan berbahaya. Sungai itu menjadi jalur utama yang dilalui warga untuk mengangkut penumpang, bahan material, hingga kebutuhan pokok. Namun, medan sungai yang ekstrem, ditambah munculnya jeram baru akibat longsor, membuat perjalanan semakin berisiko.
Jalur Sungai Giram Bahau yang ekstrem/Foto: Istimewa
Malinau -

Di tengah perayaan HUT ke-80 RI, warga Desa Long Alango, Kecamatan Bahau Hulu, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara (Kaltara), masih menghadapi tantangan serius soal infrastruktur dan transportasi.

Melalui akun media sosial @AnakAlamUjungNegeri, kreator lokal Roni Manan mengungkapkan keresahannya soal kondisi jalur sungai yang menjadi satu-satunya akses bagi warga perbatasan menuju Kecamatan Bahau.

Dalam video yang diunggah, tampak luapan air Sungai Giram Bahau yang deras dan berbahaya. Sungai itu menjadi jalur utama yang dilalui warga untuk mengangkut penumpang, bahan material, hingga kebutuhan pokok. Namun, medan sungai yang ekstrem, ditambah munculnya jeram baru akibat longsor, membuat perjalanan semakin berisiko.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Konon, sungai ini sudah memakan banyak korban karena keganasannya," tulis Roni dalam unggahannya.

Roni yang dikenal sebagai tokoh pemuda Bahau Hulu, menyampaikan aspirasi warga melalui kontennya. "Indonesia sudah 80 tahun merdeka, tapi kami masih melewati jalur ini. Merdeka itu kalau Pancasila, khususnya sila kelima, sudah diterapkan," ujarnya, Minggu (18/8/2025).

Ia menegaskan ungkapan tersebut merupakan pendapat pribadinya. Namun mencerminkan kekecewaan atas kondisi infrastruktur yang masih jauh dari kata memadai.

Menurut Roni, jalur sungai yang berbahaya tidak hanya menyulitkan mobilitas warga, tetapi juga memakan biaya besar. "Di Hari Ulang Tahun Indonesia ke-80 ini, kami masih terkendala infrastruktur. Akses menuju tempat kami masih mengandalkan jalur sungai yang sangat berbahaya, apalagi dengan adanya jeram baru akibat longsor," imbuhnya

Harapan warga, menurut Roni, pemerintah segera membangun akses jalan darat. "Semoga pemerintah bisa membuat jalan darat agar kami tidak lagi harus melalui jalur sungai yang penuh risiko," tambahnya.

Jalur Sungai Biaya Mahal

Menurut Roni, biaya transportasi melalui sungai sangat mahal karena medan yang sulit dan biaya pengangkutan yang besar.

"Bahan pokok seperti BBM dan kebutuhan dari kota harganya serba mahal. Apalagi saat musim kemarau, ketika debit sungai kecil, harga barang naik menyesuaikan kondisi alam," jelasnya.

Akses internet di Long Alango juga menjadi kendala besar. Roni mengungkapkan meskipun ada tower Telkomsel, fasilitas tersebut tidak berfungsi optimal karena keterbatasan pasokan listrik.

"Internet di sini hanya mengandalkan WiFi Bakti Aksi yang tersedia di beberapa titik, seperti kantor desa dan sekolah," katanya.

Tantangan Layanan Kesehatan

Dalam bidang kesehatan, setiap desa di Kecamatan Bahau Hulu telah memiliki Pos Pelayanan Terpadu (Pustu), dan di ibu kota kecamatan terdapat Puskesmas. Namun, Roni menyoroti kekurangan tenaga medis dan perlengkapan kesehatan.

"Tidak ada dokter di Puskesmas. Kalau ada pasien darurat atau perlu rujukan, kami harus membawa pasien ke rumah sakit di Malinau atau Tarakan," ungkapnya.

Proses rujukan pasien pun penuh risiko. Bandara Long Alango, yang hanya memiliki landasan pendek dan kecil, tidak dapat didarati pesawat MAF (Mission Aviation Fellowship) yang biasanya digunakan untuk keperluan medis. Akibatnya, pasien harus dibawa melalui jalur sungai ke Bandara Pujungan di kecamatan tetangga, yang berjarak dua jam perjalanan melewati jeram berbahaya.

"Semua akses ke ibu kota Kalimantan Utara masih melalui sungai ini. Sangat berisiko," tegas Roni.

Roni menyampaikan aspirasi warga agar pemerintah segera membangun akses jalan darat untuk menggantikan ketergantungan pada jalur sungai. Menurutnya, pembangunan infrastruktur jalan akan sangat membantu warga dalam hal transportasi, ekonomi, dan akses layanan kesehatan.

"Kami berharap ada jalan darat supaya tidak lagi melalui sungai yang mahal dan berbahaya," ujarnya.




(sun/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads