Sulitnya Warga Mahulu, Harga Beras Tembus Rp 1 Juta Per Karung

Sulitnya Warga Mahulu, Harga Beras Tembus Rp 1 Juta Per Karung

Tim detikKalimantan - detikKalimantan
Sabtu, 09 Agu 2025 16:45 WIB
Masyarakat di sana hanya mengandalkan longboat, speedboat, dan ketinting untuk mengakses kecamatan lain dan ke tiga desa terujungnya. Sehingga untuk mendapatkan bahan pokok, mereka harus bertarung dengan jeram sungai dan penggunaan BBM yang terbatas.
Kehidupan di Mahakam Hulu. Foto: Istimewa (dok. Martina Wau)
Mahakam Hulu -

Kabar tak enak datang dari Mahakam Hulu (Mahulu), Kalimantan Timur (Kaltim). Warga di pedalaman mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok karena harga beras menembus Rp 1 juta per karung 25 kg.

Tak cuma soal harga, mereka juga harus bertaruh nyawa ketika melewati derasnya Sungai Mahakam. Keterbatasan akses membuat mereka hanya mengandalkan transportasi sungai.

Warga Memasak Bubur untuk Berhemat

Hal tersebut disampaikan Martina Wau, Sekretaris Komisi III DPRD Mahulu yang mendatangi satu kecamatan terujung di Mahulu, yakni Long Apari. Martina mendengar keluhan warga yang terpaksa memasak bubur demi menghemat beras.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Betul, saat saya melakukan reses ada warga yang menyampaikan dia bersama keluarganya sudah 4 hari hanya bisa makan bubur, karena mau beli beras di toko tidak ada yang menjual, adapun dijual harganya sangat mahal. Sebab harga (25 kg) beras di sana tembus Rp 1 juta," ujar Martina saat dihubungi detikKalimantan, Senin (4/8/2025).

Tak hanya beras yang mahal. Gas elpiji dijual mulai dari Rp 300 ribu untuk tabung 3 kilogram dan Rp 800 ribu untuk tabung 12 kilogram.

Akses Terbatas Jadi Penyebabnya

Politikus Partai Gerindra ini mengungkap penyebab mahalnya biaya hidup di Long Apari, yaitu keterbatasan akses. Akses menuju desa tersebut hanya mengandalkan jalur Sungai Mahakam.

"Jadi harganya mahal itu karena kelangkaannya. Langka itu sebab distribusinya terhambat kalau musim kemarau atau saat sungai meluap, akhirnya gak ada yang berani lewat," terangnya.

Masyarakat di sana hanya mengandalkan longboat, speedboat, dan ketinting untuk mengakses kecamatan lain dan ke tiga desa terujungnya. Sehingga untuk mendapatkan bahan pokok, mereka harus bertarung dengan jeram sungai dan penggunaan BBM yang terbatas.

"Di sana jalan benar-benar terputus, kalau terpaksa dan kondisi banjir masyarakatnya harus membuat jembatan penyeberangan sementara. Jadi melewati sungai itu memang akses utamanya, sedangkan untuk melewati sungai harus melalui riam terderasnya itu di Long Pahangai. Belum lagi BBM yang terbatas," jelasnya.

Martina yang juga besar di Mahulu menyebut kondisi ini sudah dirasakan masyarakat Long Apari selama puluhan tahun. Setiap tahunnya di waktu kemarau dan musim hujan, harga kebutuhan pokok pasti melonjak.

"Terutama saat musim kemarau melanda. Ini belum terlalu parah, pernah di tahun 2019 saat musim kemarau panjang lebih parah, gas elpiji 12 kg tembus di harga Rp 1 juta per tabung," ungkapnya.




(bai/bai)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads