Sejarah Hari Pramuka 14 Agustus: Jejak Panjang Gerakan Kepanduan di Indonesia

Sejarah Hari Pramuka 14 Agustus: Jejak Panjang Gerakan Kepanduan di Indonesia

Nadhifa Aurellia Wirawan - detikKalimantan
Selasa, 05 Agu 2025 22:01 WIB
ilustrasi Pramuka
Ilustrasi pramuka. Foto: Unsplash @warungkangabuy1970
Samarinda -

Tanggal 14 Agustus diperingati sebagai Hari Pramuka di Indonesia. Tahukah detikers? Di balik penetapan tanggal ini tersimpan sejarah panjang dan perjuangan besar dalam menyatukan semangat kepanduan di Indonesia.

Gerakan Pramuka lahir dari semangat bangsa untuk menciptakan organisasi kepanduan yang benar-benar sesuai dengan cita-cita kemerdekaan dan nilai-nilai luhur Pancasila. Penetapan 14 Agustus sebagai Hari Pramuka juga tak lepas dari peran besar Presiden Soekarno dalam meresmikan satu-satunya gerakan kepanduan di Indonesia pada tahun 1961.

Awal Mula Gerakan Kepanduan di Indonesia

Gerakan kepanduan pertama kali masuk ke Indonesia pada masa penjajahan Belanda, sekitar tahun 1912. Inspirasi ini berasal dari gerakan Boy Scouts yang didirikan oleh Lord Baden Powell di Inggris pada tahun 1907. Seiring waktu, semangat kepanduan mulai menyebar di kalangan pemuda Indonesia sebagai bentuk pendidikan karakter dan kebangsaan, terutama untuk melawan penjajahan secara kultural.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gerakan kepanduan pada saat itu tidak hanya menjadi tempat pembinaan karakter, tetapi juga bagian dari perlawanan non-kekerasan terhadap penjajahan.

Pada tahun 1916, organisasi kepanduan yang awalnya dikenal sebagai Padvinder di Hindia Belanda resmi berganti nama menjadi Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV). Di tahun yang sama, tonggak sejarah baru dimulai ketika Sri Paduka Mangkunegara VII mendirikan organisasi kepanduan lokal pertama di Indonesia dengan nama Javaansche Padvinder Organisatie (JPO). Menurut catatan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud), berdirinya JPO menjadi pemicu bagi organisasi-organisasi nasional lainnya untuk turut membentuk gerakan serupa.

Beberapa organisasi kepanduan nasional yang lahir setelah JPO antara lain adalah Hizbul Wathan (HW) yang didirikan pada 1918 oleh Muhammadiyah, lalu Jong Java Padvinderij (JJP) pada 1923, Nationale Padvinders (NP), Nationaal Indonesische Padvinderij (NATIPIJ), Sarekat Islam Afdeling Pandu (SIAP), hingga Pandoe Pemoeda Sumatra (PPS).

Seiring waktu, kebutuhan akan persatuan mulai terasa. Pada 1926, dua organisasi besar yaitu Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) dan Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO) melebur menjadi satu organisasi baru bernama Indonesische Padvinderij Organisatie (INPO).

Namun, langkah ini mendapat respons represif dari pemerintah kolonial Belanda. Menghadapi maraknya organisasi kepanduan milik bumiputra, Belanda melarang kelompok-kelompok ini menggunakan istilah "Padvinder" yang dianggap sebagai hak eksklusif milik mereka. Menanggapi hal ini, KH Agus Salim, seorang tokoh pergerakan nasional, memperkenalkan istilah "Pandu" atau "Kepanduan" sebagai padanan dalam bahasa Indonesia.

Langkah strategis untuk membangun solidaritas antarorganisasi kepanduan kemudian dilakukan melalui pembentukan Persaudaraan Antar Pandu Indonesia (PAPI) pada 23 Mei 1928. Anggotanya terdiri dari INPO, SIAP, NATIPIJ, dan PPS, yang seluruhnya merupakan organisasi kepanduan independen dari berbagai daerah.

Setelah kemerdekaan Indonesia, usaha untuk menyatukan gerakan kepanduan semakin menguat. Pada tanggal 27 hingga 29 Desember 1945, digelar Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia di Surakarta. Dalam kongres tersebut disepakati berdirinya Pandu Rakyat Indonesia, yang diharapkan menjadi satu-satunya organisasi kepanduan nasional.

Namun, harapan itu tidak sepenuhnya berjalan mulus. Ketika Agresi Militer Belanda II terjadi pada tahun 1948, wilayah-wilayah yang kembali diduduki Belanda melarang aktivitas Pandu Rakyat Indonesia. Hal ini melahirkan kembali organisasi-organisasi baru seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), dan Kepanduan Indonesia Muda (KIM) sebagai bentuk perlawanan dan eksistensi gerakan kepanduan Indonesia.

Proses Penyatuan Banyak Organisasi

Setelah Indonesia merdeka pada 1945, muncul keinginan kuat untuk menyatukan semua organisasi kepanduan yang tersebar di berbagai daerah. Hal ini karena perpecahan organisasi dianggap tidak efisien dalam membina generasi muda bangsa.

Puncaknya terjadi pada 9 Maret 1961, ketika Presiden Soekarno mengundang perwakilan dari berbagai organisasi kepanduan dan membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Hasilnya, pada 14 Agustus 1961, Presiden Soekarno secara resmi melantik Gerakan Pramuka Indonesia dalam sebuah upacara besar Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) di Istana Negara dan mengukuhkannya sebagai satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia.

Pada saat peresmian tersebut, Soekarno menyerahkan Panji Gerakan Pramuka kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX selaku Ketua Kwartir Nasional pertama. Momen historis inilah yang hingga kini dikenang sebagai hari lahir Pramuka.

Arti Kata "Pramuka" dan Lambangnya

Kata "Pramuka" merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang berarti jiwa muda yang suka berkarya. Filosofi ini sejalan dengan tujuan utama gerakan Pramuka, yaitu mendidik dan membina generasi muda Indonesia agar menjadi manusia yang beriman, bertanggung jawab, disiplin, dan berguna bagi bangsa serta negara.

Lambang Gerakan Pramuka berupa tunas kelapa juga memiliki makna filosofis yang mendalam. Tunas kelapa dipilih karena seluruh bagian pohon kelapa memiliki manfaat, mencerminkan bahwa setiap anggota Pramuka diharapkan menjadi individu yang bermanfaat di mana pun berada.

Dasar Hukum dan Keppres

Gerakan Pramuka secara resmi diatur oleh Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 238 Tahun 1961 yang menetapkan Pramuka sebagai wadah edukasi kepanduan nasional. Selain itu, Keppres Nomor 448 Tahun 1961 menjadi payung hukum atas Penyerahan Panji Pramuka, serta pengesahan Sri Sultan HB IX sebagai tokoh utama (Bapak Pramuka) Indonesia.

Pemilihan Sri Sultan HB IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia bukan tanpa alasan. Beliau dikenal sebagai sosok penting dalam penyatuan kepramukaan nasional. Ia menjadi Ketua Kwartir Nasional sekaligus mendirikan dan mempopulerkan Tri Satya dan Dasa Darma Pramuka yang sampai sekarang jadi pedoman anggota Gerakan Pramuka Indonesia.

Itulah dia sejarah Hari Pramuka Indonesia yang akan dirayakan 14 Agustus mendatang. Dari akar sejarahnya yang panjang sejak zaman penjajahan hingga penyatuannya oleh Presiden Soekarno, Pramuka telah tumbuh menjadi wadah yang kuat dalam menanamkan jiwa kepemimpinan dan cinta tanah air.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Worth to Know: Sejarah Masuknya Pramuka ke Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]
(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads