Ortu Siswi Semarang yang Viral Sekolah Lewat Sungai Kini Diminta Pergi Warga

Ortu Siswi Semarang yang Viral Sekolah Lewat Sungai Kini Diminta Pergi Warga

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Senin, 04 Agu 2025 19:47 WIB
Warga memasang spanduk ke pagar arah masuk tempat tinggal keluarga Juladi Siagian (54) di Lamongan, Bendan Ngisor, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Senin (4/8/2025).
Warga memasang spanduk ke pagar arah masuk tempat tinggal keluarga Juladi Siagian (54) di Lamongan, Bendan Ngisor, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Senin (4/8/2025). (Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng)
Semarang -

Orang tua dari siswi SD yang sempat viral karena berangkat sekolah lewat sungai di Semarang kini diminta warga untuk meninggalkan tempat tinggal mereka saat ini. Warga memasang spanduk ke pagar arah masuk tempat tinggal keluarga Juladi Siagian (54) di Lamongan, Bendan Ngisor, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, itu.

Spanduk tersebut bertuliskan 'Warga RT07/RW01 Kelurahan Bendan Ngisor menolak warga atas nama Juladi Boga Siagian. Warga mengimbau untuk yang bersangkutan dapat segera pindah dari RT07/RW01 Kelurahan Bendan Ngisor'.

Ketua RT setempat, Sugito, membenarkan spanduk itu dipasang oleh warga. Dia mengatakan sebelumnya memang ada keresahan warga atas perilaku Juladi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Iya itu kehendak warga, ada petisi juga," kata Sugito ditemui di rumahnya, Senin (4/8/2025).

Ada beberapa yang diresahkan warga antara lain soal sejumlah anjing peliharaan yang dilepasliarkan. Kemudian ada sampah yang dijejer di pinggir jalan. Untuk diketahui Juladi adalah pengepul rosok.

ADVERTISEMENT

"Ada keresahan warga. Seperti memelihara anjing yang diliarkan dan soal sampah," ujarnya.

Selain beberapa anjing dilepas di lingkungan warga dan sampah dikeringkan, dalam petisi warga juga disebut beberapa hal antara lain Juladi pernah mengancam warga menggunakan celurit, kemudian anjingnya memakan peliharaan warga lain, sampah berbau, tidak mengikuti kegiatan di lingkungan.

Respons Juladi

Sementara itu Juladi mengaku terkejut dengan pemasangan spanduk itu. Ia menganggap seolah masalah hukumnya dihubungkan dengan konflik pribadi.

"Kenapa masalah personal digabungkan dengan masalah penyerobotan tanah. Memang penyerobotan tanah itu dari awal Sri Rejeki ini sudah melakukan intimidasi cuma digabung-gabungkan dengan orang-orang yang mungkin sentimen atau gimana ya namanya masyarakat ada yang pro dan kontra. Ada yang suka dan nggak suka dengan diri kita," ujar Juladi.

Dia juga menjelaskan soal anjing dan sampah. Dia menyebut anjing yang dikeluarkan dari tempat tinggalnya diawasi, kemudian untuk sampah yang dijemur dia menyebut itu kertas atau kardus yang basah dan setelah kering dibereskan.

"Saya jemur itu bukan sampah, itu kertas-kertas yang saya jemur ya kertas pokoknya semua kertas yang basah saya jemur setelah kering saya ambil saya bersihkan kembali. Itu pun terjadi bukan saya, warga lain pun ada yang pengepul juga jemur-jemur tapi mereka tidak meributkan entah saya kenapa," ujar Juladi.

"Itu anjing saya lepas itu saya jaga. Saya inikan, saya masukkan kalau malam. Jadi kalau keluar pun saya jaga. Cuma yang namanya kalau sudah fanatik sekali ya kami mau ngomong apa lagi. Jadi anjing itu kami masukkan kok sampai ada pintu. Jadi keluar itu kami pantau setelah itu baru kami masukkan," imbuhnya.

Dia juga menjelaskan soal dirinya yang tidak bersosialisasi dengan warga. Menurutnya dia cukup sibuk mencari rosok dan juga memilahnya.

"Saya itu dari subuh, pagi, siang, sore mencari nafkah untuk anak istri saya bertanggungjawab. Seperti inilah habis ini pulang nyari barang saya nyortir. Kalau yang namanya kita ikut arisan, saya tidak pernah tahu karena tidak pernah diundang. Pun kalau saya kumpul ternyata kalau saya kumpul itu ngomongin orang. Terus gengsi-gengsian, terus blok-blokan. Blok-blokan daripada saya nanti terkonfrontasi pikiran saya seperti sebegitu. Lebih baik saya fokus mencari nafkah untuk anak istri saya karena ya gimana hidup kami itu begini jadi saya harus fokus," ujarnya.

Ia pun berharap jika memang diusir dari tempat tinggalnya sekarang, warga memberikan solusi harus tinggal di mana. Karena dia kini harus menghidupi istri dan anak perempuannya yang masih kecil.

"Tolong kasih solusi saya tinggal di mana," tegasnya.

Diberitakan sebelumnya, anak Juladi yang merupakan siswi SD viral karena berangkat lewat sungai di belakang tempat tinggalnya usai akses keluar rumah ditutup seng. Warga sebenarnya iba dengan bocah tersebut karena terkena imbas permasalahan orang tuanya. Namun warga mengaku merasa resah dengan Juladi selama ini.

Sedangkan terkait penutupan akses itu, Juladi dianggap menyerobot tanah dan divonis 3 bulan penjara dengan masa percobaan 6 bulan. Seng itu dipasang sejak 24 Juli 2025.

Juladi mengaku membeli lahan dari pemilik bernama Zaenal tapi dia tidak memiliki dokumen resmi termasuk kuitansi. Dia membawa coretan peta dan ditandatangani orang bernama Zaenal.

Kini lahan itu milik Sri Rejeki, dan pengacaranya menjelaskan yang dipermasalahkan adalah lahan selebar 3,5 meter karena sisanya masuk bantaran sungai. Akses lahan yang ditempati Juladi sekarang masuk dalam lebar 3,5 meter itu. Mediasi sempat dilakukan terkait pembukaan akses itu, namun deadlock dan hingga hari ini belum dibuka.




(aku/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads