Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tinggal sebentar lagi. Di sepanjang tepi jalan Kota Tarakan, mulai terlihat banyak pedagang bendera mulai berjualan.
Meski sudah semangat '45, para pedagang bercerita bahwa mereka masih menanti antusiasme warga. Mereka mengaku lapaknya masih sepi, pembeli bendera merah putih dan umbul-umbul masih terbilang rendah sebab kebanyakan warga memilih untuk belanja mepet waktu.
Seperti dikeluhkan salah satu pedagang, Leo, yang menduga penjualan bendera baru ramai setelah tanggal 5 Agustus. Leo yang merupakan perantau dari Sulawesi, menuturkan bahwa dirinya mulai berjualan bendera sejak 29 Juli 2025.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk sekarang ini sih masih kurang antusiasmenya. Mungkin 1-2 hari ke depan atau setelah tanggal 5 Agustus agak lumayan," ujarnya kepada detikKalimantan, ditemui di tepi Jalan Yos Sudarso, Tarakan Barat.
Menurut Leo yang jadi penjual bendera musiman sejak tahun 2018, bendera berukuran sedang adalah yang paling diminati masyarakat.
"Mayoritas yang laku itu bendera ukuran sedang dan umbul-umbul," kata pria yang sudah tinggal di Tarakan sejak 2008 silam itu.
Harga bendera bervariasi, mulai dari Rp 35 ribu untuk ukuran 90 cm, Rp 45 ribu untuk ukuran 120 cm, hingga Rp 60 ribu untuk ukuran 100 meter dengan standar. Sementara umbul-umbul dijual seharga Rp 45 ribu, dan bandir (bendera besar) sekitar Rp 55 ribu.
![]() |
Meski musiman, Leo mengaku bangga berjualan bendera karena turut memupuk semangat patriotisme masyarakat. Ia pun berharap warga lebih antusias memasang bendera di momen kemerdekaan ini.
Seperti diketahui, Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) RI mengimbau seluruh pihak untuk memasang bendera Merah Putih mulai tanggal 1-31 Agustus 2025.
"Walaupun kita tidak ikut berjuang, kita sebagai warga yang merasakan kemerdekaan sekarang ini wajar kalau pasang bendera. Kalau bisa diwajibkan," ungkapnya.
Namun, Leo mencatat bahwa penjualan bendera tahun ini lebih sepi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Malahan, ia menjadi salah satu pedagang yang banjir cuan saat pandemi melanda.
Leo menduga penurunan ini karena faktor ekonomi atau kurangnya promosi. Tapi, Leo dan pedagang lainnya masih berharap penjualan bendera meningkat menjelang 17 Agustus.
"Kalau yang paling ramai itu waktu corona, orang pada beli bendera karena nggak bisa ke mana-mana. Tahun ini agak kurang," tuturnya.
"Harapan saya, masyarakat lebih antusias pasang bendera, dan penjualan tahun ini bisa lebih baik," harap dia.
Kebiasaan warga setempat membeli atau memasang bendera merah putih mendekati tanggal 17 Agustus saja, seolah terkonfirmasi oleh Sudarsoni (65). Warga Tarakan Tengah itu mengaku telat memasang bendera merah putih di rumahnya.
"Bendera yang biasa saya pasang tertinggal di rumah lama di Tanjung Selor. Saya baru dua minggu di Tarakan antar anak mantu pindahan," ujarnya.
Ia menambahkan, RT setempat sebetulnya telah mengimbau warga melalui grup WhatsApp untuk memasang bendera dan umbul-umbul. Meski terlambat pasang bendera, menurut Sudarsoni memasang bendera bukan sekadar seremoni, melainkan simbol penghormatan terhadap perjuangan pahlawan.
"Ini bentuk rasa hormat dan syukur atas kemerdekaan yang telah diraih," kata dia dengan penuh semangat.
(aau/aau)