Thailand dan Kamboja Rundingkan Gencatan Senjata di Malaysia

Internasional

Thailand dan Kamboja Rundingkan Gencatan Senjata di Malaysia

BBC Indonesia - detikKalimantan
Senin, 28 Jul 2025 12:30 WIB
A Thai military mobile unit fires towards Cambodias side after Thailand and Cambodia exchanged heavy artillery on Friday as their worst fighting in more than a decade stretched for a second day, in Surin, Thailand, July 25, 2025. REUTERS/Athit Perawongmetha     TPX IMAGES OF THE DAY
Konflik Thailand-Kamboja. Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha
Jakarta -

Konflik Thailand dan Kamboja yang memanas beberapa hari terakhir kini memasuki tahap negosiasi. Kedua negara sepakat berunding di Malaysia pada Senin (28/7).

Dikutip detikNews dari BBC Indonesia, dilaporkan sebanyak 33 orang tewas di wilayah Kamboja dan Thailand dalam kejadian ini. Ribuan warga lainnya juga diungsikan sejak konflik memanas di perbatasan mulai Kamis (24/7) lalu.

Lalu pada Sabtu (26/7), Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengambil peran dengan menghubungi pemimpin kedua belah pihak untuk melakukan gencatat senjata.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak lama kemudian, melalui platform Truth Social, Trump menyampaikan hasil komunikasinya dengan Thailand dan Kamboja. Dia menyebut kedua negara "telah sepakat untuk segera bertemu dan dengan cepat mencapai gencatan senjata dan, pada akhirnya, DAMAI!"

Perwakilan Thailand dan Kamboja pun menghadiri perundingan yang diputuskan digelar di Malaysia. Dari Thailand diwakili Pelaksana Tugas (Plt) Perdana Menteri Phumtham Wechayachai. Sementara dari Kamboja, Perdana Menteri Hum Manet akan hadir.

"Saya menjelaskan kepada (Trump) bahwa Kamboja setuju dengan proposal gencatan senjata segera dan tanpa syarat antara kedua angkatan bersenjata," kata Hun Manet setelah dihubungi Trump.

PM Thailand Phumtham Wechayachai juga menyatakan pihaknya setuju dengan usulan gencatan senjata. Namun, mereka masih perlu meninjau lebih jauh keseriusan pihak Kamboja terkait rencana ini.

"Thailand pada prinsipnya setuju untuk melakukan gencatan senjata. Namun, Thailand ingin melihat niat tulus dari pihak Kamboja," katanya dalam sebuah pernyataan.

Wacana gencatan senjata ini disambut oleh berbagai negara, terutama Malaysia sebagai negara tetangga dan yang memfasilitasi perundingan. Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengapresiasi langkah yang diambil kedua pemimpin negara ASEAN ini untuk berunding.

"Saya menyambut baik sinyal positif dan kesediaan yang ditunjukkan oleh Bangkok dan Phnom Penh untuk mempertimbangkan langkah ini ke depan," tulis Anwar di Facebook, Kamis (24/7) malam.

Baku tembak sendiri masih terjadi setelah Donald Trump menghubungi kedua negara pada Sabtu (26/7) malam. Sebelumnya, Phumtham Wechayachai khawatir konflik sengit ini dapat berkembang menjadi perang apabila tidak segera diselesaikan.

Adapun konflik perbatasan ini sudah berlangsung sejak lama dan pernah memicu bentrokan militer pada 2008 dan 2011. Pada 2025 ini, kedua negara mengklaim bahwa pihak seberang yang memulai pertempuran.

Kamboja menuding Thailand melanggar perjanjian sebelumnya dengan maju ke kuil dekat perbatasan dan memasnag kawat berduri di sekitar pangkalan militer. Sedangkan Thailand menuding militer Kamboja cari gara-gara dengan mengerahkan pesawat tanpa awak untuk mengawasi pasukan Thailand di dekat perbatasan.

Artikel ini sudah tayang di detikNews.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads