Fenomena 'Rojali-Rohana' yang Ogah Belanja tapi Bikin Mal Padat

Fenomena 'Rojali-Rohana' yang Ogah Belanja tapi Bikin Mal Padat

Amanda Christabel - detikKalimantan
Kamis, 24 Jul 2025 21:30 WIB
Sejumlah pemain akrobatik asal Rusia menunjukan kebolehannya dalam pertunjukan Flying Trapeze di pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (24/6/2025).
Foto: Andhika Prasetia
Balikpapan -

Fenomena rojali atau rombongan jarang beli merebak di masyarakat. Bukan cuma rojali, ada juga rohana, atau rombongan hanya nanya. Kedua rombongan ini kerap bikin mal padat, tapi omzet mall nyatanya bakal tetap menurun.

Dikutip dari detikFinance, rojali hadir tidak cuma dari kalangan kelas menengah ke bawah, tapi ada juga dari kalangan menengah ke atas. Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonsus Widjaja menyampaikan ada perbedaan faktor yang melatarbelakangi kelas menengah ke bawah dan ke atas ini masuk dalam segmentasi rojali atau rohana.

Orang kaya cenderung ngerem belanja karena kondisi ekonomi global yang tidak menentu, sedangkan kelas menengah ke bawah karena ada penurunan daya beli.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau yang di kelas menengah atas, penyebabnya misalkan mereka lebih ke hati-hati dalam berbelanja. Apalagi kalau ada pengaruh makroekonomi, mikroekonomi dari global. Sehingga mereka (memilih) belanja atau investasi? 'Kan itu juga terjadi," ujar Alphonsus.

Alphonsus bilang, fenomena rojali sudah ada sejak momen Ramadan tahun lalu. Ditandai dengan adanya daya beli yang menurun pada Ramadan 2024, dan makin terasa saat momen Idul Fitri usai.

Sementara kalangan rohana juga menjadi salah satu faktor turunnya omzet pusat perbelanjaan di Indonesia. Alphonsus mengatakan salah satu fungsi dari pusat perbelanjaan adalah hadirnya konsumen untuk melakukan interaksi antara penjual dengan pembeli.

"Saya kira di pusat perbelanjaan itu 'kan sifatnya adalah offline. Kalau offline itu 'kan pasti terjadi interaksi, tawar-menawar, tanya harga dan sebagainya. Saya kira itu umum, hal-hal yang wajar lah, dan juga fenomena rojali ini juga karena salah satunya faktor daripada fungsi pusat belanja," ucap dia.

Alphonsus bilang, fungsi pusat belanja bukan sekadar untuk belanja. Namun, ada faktor lain yang melengkapi fungsi pusat perbelanjaan, misalnya sebagai tempat hiburan dan edukasi.

"Jadi, inilah yang menyebabkan kenapa selalu ada fenomena ini dari waktu ke waktu. Karena fungsi pusat belanja bukan hanya sekedar belanja. Cuma memang di waktu-waktu tertentu, intensitasnya naik. Seperti sekarang naik, tapi saya kira itu karena lebih dari karena daya beli," kata Alphonsus.

Di sisi lain, meskipun Alphonsus bilang wajar saja bila rohana dan rojali menggandrungi mal, tetapi rupanya omzet pusat perbelanjaan terpantau mengalami penurunan. Hal ini nampak dari pola belanja konsumen yang cenderung membeli produk-produk murah.

"Pasti (omzet turun), karena sekarang masyarakat kelas menengah-bawah cenderung beli barang produk yang harga satuannya unit price-nya murah. Itu terjadi penurunan. Karena 'kan belinya cenderung produk-produk yang harganya satuannya murah," ucapnya.




(aau/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads