Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Raudhatul Islamiyah Rohana menangis haru setelah mendapat bantuan dana dari Bupati Kubu Raya Sujiwo. Sebelumnya dia sempat ditegur Bupati karena kasus perundungan murid yang menunggak.
Secara langsung Sujiwo menyerahkan bantuan dana sebesar Rp 15.900.000 kepada Rohana di MTs yang terletak di Pal 9, Kecamatan Sungai Kakap, Rabu (23/7). Dana pribadi dari Sujiwo itu untuk melunasi total jumlah tunggakan pembayaran murid di sekolah swasta tersebut.
"Alhamdulillah, mungkin ini hikmah di balik permasalahan yang kita selesaikan ini. Terima kasih atas bantuan Pak Bupati untuk melunasi tunggakan dari semua murid kami," ucap Rohana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, Sujiwo adalah bupati kedua yang mendatangi sekolah yang berdiri sejak 1987 itu. Jauh sebelumnya, sekolah swasta ini pernah dikunjungi Cornelis Kimha, Bupati Mempawah periode 1999-2004.
"Pak Sujiwo adalah bupati kedua yang ke sekolah kami. Mungkin ini jalan Allah untuk membuat Pak Bupati datang ke sekolah kami. Semoga rezeki Pak Bupati terus mengalir," ucapnya.
Rohana juga meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia atas kegaduhan yang terjadi di sekolahnya. Permasalahan yang terjadi antara pihak sekolah dengan orang tua salah satu murid sudah tersebar hingga ke nasional.
"Saya memohon maaf sebesar-besarnya kepada rakyat Indonesia terutama kepada Pak Bupati yang dibuat repot dengan viralnya video murid menangis. Sebagai pemimpin di sini saya meminta maaf. Itu adalah kekhilafan saya dalam memimpin," lanjutnya.
Ia dan mewakili seluruh dewan guru di MTs ini mengaku menyesal atas kejadian tersebut. Menurut dia, permasalahan antara wali kelas yang bernama Yanti dengan orang tua salah satu murid ini karena adanya miskomunikasi mengenai pembayaran buku Lembar Kerja Siswa (LKS).
"Murid kami ada 106 orang. Diantaranya, masih banyak yang belum melunasi pembayaran. Jumlahnya masing-masing berbeda. Maka dari itu, bantuan Pak Bupati ini kami gunakan untuk pelunasan total semua tunggakan murid, biar adil dan merata," kata Rohana.
Sujiwo mengatakan MTs Al-Raudhatul Islamiyah adalah lembaga pendidikan swasta dan mandiri. Meski begitu, Pemerintah Kabupaten Kubu Raya tetap memiliki tanggung jawab moral karena murid-muridnya adalah anak daerah setempat.
"Kami menyadari bahwa sekolah swasta, khususnya madrasah, itu mandiri. Pemerintah Kabupaten Kubu Raya hukumnya sunnah untuk mengurus madrasah, sedangkan yang wajib adalah sekolah negeri. Tapi ingat, yang sekolah itu anak Kubu Raya, maka saya harus hadir," jelasnya.
Sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan kepeduliannya terhadap siswa yang terdampak, Sujiwo menyatakan siap menanggung biaya murid-murid yang kesulitan secara ekonomi menggunakan dana pribadi. Dia menyadari pembiayaan MTs Al-Raudhatul Islamiyah ini mengandalkan dari iuran atau pembayaran dari murid-muridnya.
"Dengan pertimbangan itu, anak-anak yang menunggak di sini akan saya bantu, akan saya bayar pakai dana pribadi. Anggap ini sedekah pribadi saya. Termasuk anak ini, sudah dipindahkan ke pondok pesantren dan saya yang akan bertanggung jawab untuk biayanya," katanya.
Ia berharap kejadian ini bisa membuka pikiran dan hati semua pihak bagaimana bisa menciptakan dunia pendidikan yang berjalan dengan baik dan lancar di Kubu Raya. Tidak ada lagi bullying akibat siswa telat membayar.
"Kepada semua pendidik di Kubu Raya. Guru itu bukan hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai pengasuh. Anak-anak didiknya harus diasuh sebagaimana seperti anak-anaknya sendiri. Ketika muncul rasa kasih sayang, cinta, menjadikan seperti anak-anaknya, maka tidak akan terjadi hal yang tidak diinginkan," imbaunya.
Simak Video "Mencoba Permainan Barongsai yang Seru di Pontianak "
[Gambas:Video 20detik]
(des/des)