Hasil autopsi tim forensik Brasil terhadap jenazah pendaki Juliana Marins telah diumumkan. Tim dokter menyebut ada jeda waktu yang cukup panjang antara jatuh pertama dan jatuh kedua. Jika ditarik dari jatuh pertama kali, Juliana diperkirakan masih bertahan hidup hingga 32 jam. Namun, keadaan menjadi sangat fatal setelah ia terjatuh kedua kali dan diperkirakan hanya bertahan selama 15 menit.
Dilansir detikHealth, dokter forensik Kepolisian Sipil Rio de Janeiro Reginaldo Franklin mengatakan Juliana diduga meninggal 32 jam setelah jatuh yang pertama. Perkiraan waktu kematiannya pada tengah hari tanggal 22 Juni 2025.
Juliana sendiri pertama kali jatuh pada 20 Juni dengan kedalaman 220 meter. Kemudian dia terperosok lagi hingga terjebak di kedalaman 650 meter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reginaldo Franklin menjelaskan metode yang digunakan tim untuk memperkirakan waktu kematian pendaki usia 26 tahun tersebut. Mereka melihat dari ukuran larva yang ditemukan dalam tubuh korban.
"Larva ditemukan di kulit kepala dan dada Juliana. Kami berkonsultasi dengan dokter forensik yang menjadi rujukan dalam studi kasus ini dan, berdasarkan biologi serangga dan waktu yang dibutuhkan serangga tersebut untuk mencapai ukuran tersebut, kami menghitung waktu secara retroaktif," jelas Franklin dilansir O Globo, Sabtu (12/7/2025).
Franklin menambahkan bahwa setelah bertahan 32 jam usai jatuh pertama, Juliana terjatuh lagi untuk kedua kali. Pada momen ini, Juliana hanya bertahan dalam hitungan menit karena benturan yang lebih kuat.
"Beginilah cara kami memperkirakan waktu kematian, yang kemungkinan terjadi tengah hari tanggal 22 Juni, waktu Indonesia. Setelah terjatuh terakhir yang lebih kuat, ia meninggal dalam waktu 15 menit," sambungnya.
Para ahli mengonfirmasi penyebab kematian Juliana, yakni pendarahan internal akibat cedera multiorgan yang timbul dari beberapa trauma, sesuai dengan benturan berenergi kinetik tinggi. Kondisi ini umum terjadi dalam kasus jatuh dari ketinggian.
Jenazah Juliana juga kembali difoto rontgen. Tampak fraktur pada tulang rusuk serta tulang paha dan panggul, yang menyebabkan pendarahan hebat. Pukulan lateral mengenai organ dalam dan menimbulkan memar pada ginjal serta laserasi hati. Ditemukan juga memar di dada, paru-paru tertusuk tulang rusuk, dan pendarahan di dasar tengkorak.
"Kami melihat tanda-tanda tarikan, yang menunjukkan arah luncuran. Hingga saat itu, tidak ada gangguan pada saluran pernapasan internal. Cedera yang menyebabkan kematian disebabkan oleh benturan kinetik tinggi. Hal ini terlihat dari hebatnya cedera tersebut," papar Franklin.
Dokumen Brasil juga mengesampingkan kemungkinan Juliana bertahan hidup lebih lama setelah benturan keras. Penilaian koroner IML menunjukkan Juliana bertahan hidup maksimal 15 menit setelah jatuh.
Laporan forensik di Indonesia memperkirakan kematian perempuan Brasil tersebut terjadi antara pukul 01.15 tanggal 23 Juni dan 01.15 tanggal 24 Juni. Jenazahnya baru ditemukan pada malam tanggal 24 Juni oleh relawan Basarnas-Badan SAR Nasional Indonesia, sekitar 600 meter di bawah jejak awal.
Artikel ini telah tayang di detikHealth.
(des/des)