Suhata dan Deby, sepasang suami istri di Palangka Raya, mengisi hari satu sama lain dengan caranya sendiri. Sehari-hari mereka bercengkerama dan bercanda tanpa suara, hening dengan bahasa isyarat.
Tuli tak menghalangi semangat mereka untuk menjalani hidup dan tetap menciptakan cinta. Mereka bekerja dan meneruskan hidup dengan keterampilannya.
Suhata sehari-hari bekerja sebagai teknisi bengkel sekaligus teknisi cafe Warkop Tuli 21, Jalan Kapten Piere Tendean nomor 21, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, tepat di samping Jembatan Kahayan. Warkop tersebut masih menjadi satu-satunya warkop yang mengakomodir teman-teman tuli di Palangka Raya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suhata bekerja di cafe milik salah satu teman Deby di komunitas tuli. Dengan tangan terampilnya, ia terbiasa memperbaiki segala peralatan warkop itu jika ada yang tidak bekerja dengan baik.
Kesan baik diceritakan oleh Ida Susilawati, ibu dari pemilik Warkop Tuli 21. Suhata telah dipercaya sebagai teknisi di warkop itu.
"Itu dia (Suhata) teknisi disini. Dulu dia yang pasang-pasang lampu, yang pasang furniture itu dia," ujar Ida pada detikKalimantan, Jumat (27/06/2025).
Selain itu, Suhata juga dipercaya untuk memaintenance (merawat) alat pencayahaan Warkop Tuli 21 agar tetap berfungsi dengan baik. "Kalo ada macet atau rusak, saya biasa panggil dia," terang Ida.
Melalui wawancara tertulis, Deby juga menceritakan bagaimana kesibukan suaminya sehari-sehari.
"Suamiku kerja di bengkel las. Biasanya dia juga membenahi lampu di Warkop Tuli," ujarnya.
Disisi lain, Deby sebagai istri juga memanfaatkan segala kemampuannya untuk membantu Suhata. Ia memanfaatkan waktu sehari-harinya dengan berjualan ayam geprek di rumahnya. Tak hanya itu, setiap Minggu pagi Deby dengan cerdas memanfaatkan momen Car Free Day (CFD) dengan berjualan es buah.
"Kalo setiap Minggu jualan es buah di CFD," ceritanya.
Keduanya nampak romantis dan kompak menjalani rumah tangga. Suhata dengan cekatan membantu Deby jualan es buah di CFD. Sedangkan Deby dengan setia menemani Suhata jika ada panggilan untuk mengecek furniture di Warkop Tuli.
Komunikasi antar mereka terbangun dengan baik, padahal mereka terlahir dari daerah yang berbeda. Deby merupakan warga Palangka Raya, sedangkan Suhata berasal dari Kebumen, Jawa Tengah.
"Aku asalnya Palangka Raya, suami Kebumen," ucap Deby.
Ia pun menceritakan awal mula pertemuan keduanya disebuah acara di Palangka Raya. Dari situlah benih-benih cinta mulai tumbuh, hingga akhirnya mereka menikah dan tinggal di Palangka Raya. Kini, keduanya telah dikaruniai seorang anak perempuan.
"Kami sangat bersyukur sekarang dikaruniai anak perempuan, sudah umur 11 tahun," kata Deby dengan tersenyum.
(aau/aau)