Dalam dunia keselamatan gedung, sistem sprinkler ibarat garis pertahanan pertama ketika kebakaran melanda. Sprinkler dirancang untuk bereaksi otomatis saat suhu di ruangan mencapai ambang tertentu, sehingga harus langsung menyemburkan air guna menahan api agar tidak meluas.
Namun, tidak sedikit insiden kebakaran di mana sistem pemadam otomatis ini justru gagal berfungsi dan akibatnya bisa fatal.
Kegagalan sistem sprinkler bukan hanya masalah teknis, tapi juga bisa menjadi indikator adanya kesalagan dalam manajemen keselamatan bangunan. Salah satu contoh terkini yang menyorot perhatian publik terjadi di BIG Mall Samarinda, salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Kalimantan Timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebakaran yang melanda BIG Mall Samarinda pada Selasa dini hari, 3 Juni 2025, menjadi sorotan publik, terutama karena sistem pemadam kebakaran otomatis (sprinkler) di lantai 1 dilaporkan tidak berfungsi saat insiden terjadi.
Kegagalan sistem ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai efektivitas dan pemeliharaan sistem keselamatan di pusat perbelanjaan tersebut.
Kasus seperti ini bukan yang pertama dan bukan yang terakhir. Lalu, apa sebenarnya yang bisa menyebabkan sistem pemadam otomatis seperti sprinkler gagal bekerja saat paling dibutuhkan?
Penyebab Kegagalan Sistem Sprinkler
Kegagalan sistem sprinkler dalam situasi darurat seperti kebakaran di BIG Mall Samarinda bisa terjadi karena banyak faktor.
Berikut beberapa penyebab umum yang dapat menjelaskan mengapa sistem pemadam otomatis ini bisa gagal berfungsi saat dibutuhkan.
1. Kurangnya Perawatan Rutin
Tanpa perawatan berkala, beberapa komponen sprinkler rentan mengalami kerusakan atau kegagalan fungsi, contohnya:
- Nozzle tersumbat oleh debu, kotoran, atau bahkan cat jika area sekitar sprinkler dicat ulang tanpa melindunginya.
- Valve (katup) bisa tertutup atau macet karena jarang diuji atau tidak pernah dibuka dalam jangka waktu lama.
- Indikator tekanan yang rusak dapat menyesatkan teknisi saat pengecekan, sehingga masalah tidak terdeteksi.
Menurut standar internasional seperti NFPA 25 (Standard for the Inspection, Testing, and Maintenance of Water-Based Fire Protection Systems), sistem sprinkler harus diperiksa secara berkala setiap bulan, diuji setiap kuartal, dan dilakukan flushing atau pembersihan berkala. Tanpa prosedur ini, sistem bisa tampak "siap pakai" tapi sebenarnya tidak bekerja.
2. Tekanan Air Tidak Memadai
Sprinkler hanya efektif jika tekanan air yang mengalir cukup besar untuk menyebar ke seluruh area yang terbakar. Jika tekanan air di jaringan rendah, maka sprinkler akan gagal menyemprotkan air secara maksimal.
- Beberapa penyebab tekanan rendah antara lain:
- Pompa booster tidak aktif atau mengalami kerusakan.
- Tangki air (reservoir) kosong atau volume airnya tidak mencukupi karena tidak pernah diisi ulang atau terjadi kebocoran.
- Pipa yang bocor atau penuh udara, membuat tekanan air melemah sebelum mencapai kepala sprinkler.
- Perlu dicatat bahwa tekanan air dalam sistem sprinkler biasanya dijaga oleh sistem pompa otomatis yang akan aktif ketika sensor panas memicu pelepasan air.
Jika sensor atau pemicu gagal mengenali suhu tinggi akibat korsleting atau kesalahan sistem kontrol, maka air tidak akan dipompa.
3. Korosi dan Endapan dalam Pipa
Pipa-pipa dalam sistem sprinkler terbuat dari logam dan bisa saja mengalami korosi dari dalam, terutama jika sistem menggunakan air biasa (non-treated water) atau jika lingkungan gedung memiliki kelembaban tinggi.
Efeknya antara lain:
- Pipa berkarat bisa menimbulkan endapan yang menyumbat aliran air.
- Fragmen korosi yang juga bisa menyumbat kepala sprinkler.
- Pipa bisa bocor dari dalam tanpa terlihat dari luar hingga suatu saat benar-benar gagal saat dibutuhkan.
Inilah sebabnya banyak sistem modern kini mulai menggunakan dry sprinkler system (dengan tekanan udara di dalam pipa) untuk menghindari risiko korosi akibat air diam di dalam sistem.
4. Desain Sprinkler Tidak Sesuai Layout Terbaru
Mal dan gedung sering kali mengalami renovasi, penggantian tata letak toko, pemasangan plafon tambahan, atau penempatan dinding sekat baru.
Jika perubahan ini tidak diikuti dengan evaluasi ulang sistem sprinkler, maka distribusi air saat kebakaran tidak akan merata.
Contoh kasusnya:
- Sprinkler tertutup plafon baru.
- Jarak antar nozzle terlalu jauh karena layout baru memperluas area tanpa menambah titik sprinkler.
- Kepala sprinkler dihalangi oleh rak tinggi, hiasan, atau bahkan lampu gantung besar.
Perubahan seperti ini harus diikuti oleh pengecekan ulang desain sistem pemadam. Sayangnya, tidak semua pemilik atau pengelola gedung melakukan audit setelah renovasi.
5. Kesalahan Instalasi atau Modifikasi Sistem
Ada pula kemungkinan sistem sprinkler sudah bermasalah sejak awal karena pemasangan tidak sesuai standar teknis, seperti:
- Penggunaan pipa yang tidak tahan tekanan tinggi.
- Pemasangan kepala sprinkler terlalu tinggi dari langit-langit, sehingga suhu panas tidak cukup cepat memicunya.
- Sensor panas rusak atau tidak tersambung dengan sistem alarm kebakaran.
Jika sistem ini kemudian dimodifikasi atau disambung ke sistem lain tanpa perhitungan teknis yang tepat (misalnya digabung dengan hydrant atau pipa air biasa), maka performa sprinkler bisa sangat terganggu.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Sprinkler Mati Saat Kebakaran?
Berikut langkah-langkah penting yang harus segera dilakukan jika sprinkler tidak menyala saat terjadi kebakaran.
1. Segera Aktifkan Sistem Pemadam Api Manual
Hampir semua bangunan publik seperti mal, kantor, atau apartemen dilengkapi dengan hydrant atau alat pemadam api ringan (APAR).
Jika sprinkler gagal menyala, segera manfaatkan APAR yang tersedia untuk memadamkan api kecil. Pastikan orang yang bertugas sudah terlatih menggunakan alat tersebut.
2. Hubungi Pemadam Kebakaran Secepatnya
Jangan tunggu api membesar. Hubungi dinas pemadam kebakaran (Damkar) setempat segera setelah api terdeteksi, bahkan jika detikers masih mencoba memadamkannya secara manual.
3. Lakukan Evakuasi
Jika api sulit dikendalikan, prioritaskan evakuasi semua orang dari gedung secara tertib dan sesuai jalur evakuasi yang telah ditentukan. Hindari penggunaan lift, dan arahkan semua penghuni ke titik kumpul yang aman.
4. Matikan Sumber Listrik Jika Aman
Jika memungkinkan dan aman, matikan aliran listrik utama untuk mencegah risiko kebakaran semakin parah akibat korsleting atau ledakan.
5. Informasikan Tim Teknis atau Pengelola Gedung
Tim teknis gedung harus segera memeriksa panel kontrol sprinkler, pompa air, dan sistem tekanan, untuk mencari tahu apakah terjadi kerusakan teknis atau kendala tekanan yang menyebabkan sprinkler tidak aktif. Jika ditemukan kerusakan, perlu dilakukan investigasi menyeluruh pascakejadian.
Itu dia penyebab sistem pemadam otomatis sprinkler gagal bekerja beserta langkah yang harus dilakukan saat sprinkler tidak menyala sewaktu terjadi kebakaran. Semoga bermanfaat.
(des/des)