Baju Kuning yang Jadi Sasaran Saat Jumat Kelabu

Round Up

Baju Kuning yang Jadi Sasaran Saat Jumat Kelabu

Nadhifa Aurellia Wirawan, Khairun Nisa - detikKalimantan
Sabtu, 24 Mei 2025 08:01 WIB
Aksi simbolik peringatan Jumat Kelabu di Banjarmasin.
Peringatan Jumat Kelabu di Banjarmasin. Foto: Khairun Nisa/detikKalimantan
Banjarmain -

Tragedi Jumat Kelabu di Banjarmasin mungkin sudah berlalu 28 tahun. Namun, saksi mata masih mengingat kengeriannya. Salah satunya Misnawati yang saat itu nyaris menjadi korban dalam kerusuhan 23 Mei 1997.

Diketahui, Kota Banjarmasin pernah dilanda kerusuhan massal yang dipicu oleh ketegangan politik menjelang Pemilu 1997. Tiap 23 Mei, warga Banua (sebutan untuk masyarakat Kalimantan Selatan) masih mengingat peristiwa itu, terutama mereka yang kehilangan keluarga, sahabat, bahkan tempat tinggal.

Baju Kuning dan Kerusuhan

Misnawati masih mengingat ketika dirinya hendak menuju ke kota untuk mengikuti kampanye akbar di Taman Kamboja. Mengikuti nasihat sang ayah, diaberangkat setelah salat Jumat. Dia tidak menyangka setelah itu terjadi kerusuhan di tengah kota.

Informasi yang diterima Misnawati, siapa pun yang berpakaian kuning akan menjadi sasaran massa aksi. Misnawati yang awalnya sudah dalam perjalanan ke kota pun memutuskan putar balik dan pulang sebelum bertemu massa.

"Saat itu saya tahu mendengar kabar bahwa siapa saja yang mengenakan pakaian kuning disuruh lepas, saya tidak jadi turun saya pulang," tuturnya kepada detikKalimantan, Jumat (23/5/2025).

Di perjalanan pulang, Misnawati melepaskan pakaian kuningnya dan membuangnya ke sembarang tempat. Beruntung saat itu dia mengenakan kaus dobelan, sehingga tetap aman berpakaian. Menurut Misnawati, banyak juga yang akhirnya terpaksa telanjang demi menyelamatkan diri.

Misnawati juga menjadi saksi penjarahan di Mall Mitra Plaza. Barang elektronik hingga baju raib dibawa penjarah. Tak berselang lama, mal itu terbakar. Mereka yang terjebak dalam mal meninggal dunia.

Kamera Saksi Bisu Peristiwa

Pengalaman mendebarkan juga dialami Faisal alias Ichal (50). Sama seperti Misnawati, awalnya dia juga berniat menghadiri kampanye akbar sebuah partai nuansa kuning dan mengabadikan momen. Karena itu, sejak awal Ichal sudah membawa kamera.

"Semua waktu itu berjalan normal, tidak menyangka juga akan ada kerusuhan itu. Karena emang niatnya mau ke Kamboja mengabadikan momen kedatangan tokoh nasional," cerita Ichal.

Bukannya memotret kampanye yang dihadiri para tokoh dan selebritas, kamera pocket Fuji MDL-5 miliknya itu malah merekam momen-momen kerusuhan yang pecah di berbagai titik di Banjarmasin.

"Saat itu kerusuhan terjadi, gedung Golkar dibakar massa aksi. Di mana-mana sudah rusuh, massa terus memanas dan jalanan mulai ditutup," sambungnya.

Ichal ingat ketika hari beranjak malam, kondisi kian memanas. Dia sempat diberhentikan massa aksi di Jalan MT Haryono dan dipukuli dengan rotan. Kaca sepeda motor Astrea Grand yang dikendarainya hancur terkena benda tumpul.

Di tengah situasi chaos tersebut, Ichal berusaha menyelamatkan kamera yang menjadi saksi bisu kerusuhan. Untunglah kamera pocket Fuji MDL-5 miliknya masih selamat.

"Kejadiannya berlalu sangat cepat, saya dipukuli dengan rotan hingga punggung saya luka dan dirawat di rumah sakit," beber Ichal.

Dokumentasi yang didapatkannya 28 tahun lalu masih tersimpan sampai hari ini dan menjadi pengingat akan tragedi kelam tersebut. Ichal berharap kejadian serupa tidak terulang.

Dampak Kerusuhan

Kerusuhan Jumat KelabuBanjarmasin mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka. Menurut data resmi yang dikutip dari studi Kekerasan Bernuansa Agama di Indonesia dan Konsekuensi Pilihan Materi Pendidikan Agama oleh Khoirun Ni'am, sebanyak 123 orang tewas dalam insiden ini.

Banyak korban ditemukan hangus terbakar di dalam ruko yang dijarah dan kemudian dibakar oleh massa. Ironisnya, banyak dari mereka yang terjebak di dalam karena tidak sempat menyelamatkan diri ketika api mulai membesar.

Selain korban tewas, ratusan orang mengalami luka-luka, baik karena terkena lemparan batu, luka bakar, maupun terinjak saat berusaha menyelamatkan diri. Korban berasal dari berbagai latar belakang: anak-anak, perempuan, lansia, hingga pekerja yang sedang berada di lokasi kejadian.

Rumah, toko, tempat ibadah, kendaraan, dan kantor pemerintah menjadi puing. Total kerugian diperkirakan mencapai puluhan miliar rupiah, belum termasuk trauma psikologis yang ditinggalkan kepada para korban.

Upaya Merawat Ingatan

Kejadian tersebut mungkin tak dirasakan langsung oleh generasi masa kini, hanya didengar lewat cerita. Namun, generasi muda berupaya agar cerita tragedi itu tidak hilang begitu saja dan terus diingat oleh warga Banjarmasin.

Badan Eksekutif Mahasiswa se-Kalimantan Selatan (Kalsel) menggelar aksi simbolik peringatan Jumat Kelabu 23 Mei 1997. Aksi itu digelar di depan Hotel Arum Banjarmasin, yang menjadi salah satu lokasi terjadinya kerusuhan 1997.

"Kami ingin masyarakat Banjarmasin terus mengingat luka lama yang pernah terjadi dan berupaya agar peristiwa seperti ini tidak terulang," ujar Koordinator Aksi, Dimas Bara Saputra, Jumat (23/5/2025).

Aksi itu turut diisi dengan berbagai macam kegiatan. Mulai dari mimbar bebas, pembacaan puisi, pertunjukan teatrikal, hingga penaburan bunga sebagai simbol duka cita. Tak lupa, pembagian bunga mawar kepada pengendara yang lewat serta menaruh bunga di atas keranda sebagai tanda penghormatan kepada korban.




(des/des)
Hide Ads