Status tanggap darurat ditetapkan di Nunukan mengantisipasi banjir dan longsor yang semakin parah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan menyebut kondisi ini disebabkan sejumlah faktor. Salah satunya 'kiriman' dari negeri jiran.
Kepala BPBD Nunukan Arief Budiman mengungkapkan 80 persen banjir di Nunukan saat ini merupakan imbas dari hujan di Malaysia. Hal ini diperparah oleh cuaca ekstrem dengan intensitas hujan tinggi di Nunukan sendiri.
"Banjir ini dipicu hujan di wilayah Malaysia yang mengalir ke sungai-sungai di Nunukan, seperti Sungai Sembakung. Kami imbau warga, terutama di daerah rawan, untuk tetap waspada," katanya, Jumat (23/5/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief menyebut pemerintah daerah telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi, termasuk evakuasi warga. Dikhawatirkan air akan naik terutama pada malam hari.
"Kami khawatirkan banjir memburuk di Sembakung dan Sembakung Atulai karena bertepatan dengan air pasang. Warga diminta cari aman dan siap dievakuasi jika diperlukan," tegas Arief.
BPBD Nunukan juga terus berkoordinasi dengan PU Provinsi untuk perbaikan jalan dan jembatan yang rusak. Diketahui sejumlah jalan mengalami longsor sehingga akses jalan terputus, salah satunya Jalan Lingkar Krayan Tengah.
Dana Siap Pakai (DSP) dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga akan diusulkan untuk mendukung penanganan darurat. Dengan syarat, status tanggap darurat telah ditetapkan.
"Kami juga akan melaporkan perkembangan situasi secara berkala," tutup Arief.
Status tanggap darurat berlaku selama 14 hari, mulai 23 Mei hingga 5 Juni 2025, menyusul banjir dan longsor yang melanda wilayah tersebut. Status ini diharapkan dapat mempercepat penanganan bencana dan pemulihan infrastruktur serta kehidupan warga di wilayah terdampak.
(des/des)