Menjelang Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah yang diperkirakan jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025, umat Islam memiliki kesempatan untuk memperbanyak amalan ibadah.
Salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan adalah puasa sunnah di bulan Dzulhijjah, yang memiliki keutamaan besar di sisi Allah SWT. Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua orang dianjurkan berpuasa Arafah, termasuk mereka yang sedang menunaikan ibadah haji. Mengapa demikian? Berikut penjelasan lengkapnya beserta jadwal puasa sunnah sebelum Idul Adha.
Jadwal Puasa Sunnah Sebelum Idul Adha 2025
Dalam banyak hadis shahih, Rasulullah SAW menyebut bahwa tidak ada hari-hari di mana amal saleh lebih dicintai oleh Allah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Ibadah yang dimaksud termasuk shalat, membaca Al-Qur'an, berzikir, bersedekah, dan berpuasa. Khususnya puasa, terdapat beberapa hari yang sangat dianjurkan untuk ditunaikan, diantaranya:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Puasa Dzulhijjah (1-7 Dzulhijjah / 28 Mei-3 Juni 2025)
Puasa ini dimulai sejak hari pertama bulan Dzulhijjah dan dilaksanakan selama tujuh hari berturut-turut. Meskipun tidak wajib, puasa ini sangat dianjurkan karena merupakan bentuk syukur dan kesiapan hati menyambut hari raya kurban. Rasulullah SAW sendiri disebutkan rutin berpuasa pada hari-hari ini.
2. Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah / 4 Juni 2025)
Hari Tarwiyah merupakan hari kedelapan bulan Dzulhijjah dan memiliki nilai spiritual tinggi dalam Islam. Menurut beberapa riwayat, orang yang berpuasa di hari Tarwiyah akan diampuni dosa setahun yang lalu. Puasa ini juga menjadi pemanasan spiritual menjelang puncak ibadah di Hari Arafah.
3. Puasa Arafah (9 Dzulhijjah / 5 Juni 2025)
Ini adalah puasa paling istimewa sebelum Idul Adha. Rasulullah SAW bersabda:
"Puasa pada hari Arafah, aku berharap kepada Allah bahwa ia dapat menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya."
(HR. Muslim)
Namun, puasa Arafah sendiri tidak disyariatkan bagi mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji, terutama saat wukuf di Padang Arafah.
Mengapa Jemaah Haji Tidak Dianjurkan Berpuasa Arafah?
Meski puasa Arafah memiliki keutamaan luar biasa, jemaah haji tidak dianjurkan menjalankan puasa ini, terutama pada hari wukuf di Arafah. Alasannya bukan karena dilarang, tetapi karena kondisi fisik dan fokus spiritual jemaah yang sedang menjalankan rukun haji paling penting: wukuf di Arafah.
Berikut beberapa alasan utamanya:
1. Wukuf Membutuhkan Stamina Fisik dan Konsentrasi Spiritual
Kegiatan wukuf berlangsung sejak siang hingga petang, di bawah cuaca yang panas, dengan ribuan orang berkumpul di satu tempat. Puasa dapat menyebabkan kelelahan, dehidrasi, dan bahkan pingsan bagi sebagian orang.
2. Teladan Rasulullah SAW
Dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Aisyah RA menyampaikan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak berpuasa ketika melaksanakan wukuf di Arafah. Bahkan ketika ada sahabat yang ragu, beliau menegaskan dengan tidak meminum air secara terang-terangan di hadapan para sahabat untuk menepis keraguan bahwa beliau tidak sedang puasa.
3. Mendahulukan Ibadah Wajib daripada Sunnah
Haji adalah ibadah yang berat, dan menuntut kesiapan lahir dan batin. Maka, dalam kondisi tertentu, menjaga kekuatan fisik agar dapat sempurna dalam berwukuf lebih utama daripada mengejar pahala puasa sunnah.
Karena alasan inilah, ulama sepakat bahwa puasa Arafah tidak dianjurkan bagi jemaah haji, namun tetap dianjurkan bagi kaum Muslimin di seluruh dunia yang tidak sedang berhaji.
Puasa sunnah sebelum Idul Adha merupakan amalan yang sangat dianjurkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih pahala yang besar. Bagi umat Islam yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji, melaksanakan puasa Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah dapat menjadi sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Semoga artikel ini bermanfaat dan yang melaksanakan ibadah haji dilancarkan.
(des/des)