Bandara Supadio yang menjadi pintu gerbang utama menuju Kalimantan Barat, menyimpan banyak fakta menarik. Terletak sekitar 17 kilometer dari pusat Kota Pontianak, bandara ini bukan hanya sekadar tempat hilir-mudik pesawat.
Nama 'Supadio' bahkan memiliki makna mendalam dan berkaitan erat dengan sejarah perjuangan TNI Angkatan Udara. Di balik penggunaan nama 'Supadio', ada kisah gugurnya sang perwira.
Mengenal Bandara Supadio Pontianak
Bandar Udara Supadio Pontianak berlokasi di Jl Arteri Supadio Km.17, Limbung, Kec. Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Bandara Supadio kini adalah bandara domestik, yang sebelumnya dikenal dengan nama Bandar Udara Sei Durian atau Sungai Durian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, pengelolaan bandara berada di bawah PT Angkasa Pura II (sekarang bernama InJourney Airports) dengan total luas area mencapai 528 hektare. Selain melayani penerbangan sipil, bandara ini juga berfungsi sebagai pangkalan militer TNI AU tipe B dan menjadi markas Skuadron Udara 1 yang mengoperasikan 18 unit pesawat tempur Hawk 109/209.
Dikutip dari beragam sumber dan laman Koopsud TNI AU, bandara ini mulanya adalah lapangan udara militer yang dibangun pada awal 1940-an dengan nama Lapangan Terbang Sungai Durian. Pangkalan TNI Angkatan Udara Supadio memiliki sejarah panjang yang berawal dari sebuah kawasan yang dulunya masih berupa hutan lebat.
Seiring waktu, aktivitas ekonomi masyarakat di sekitar Kampung Sungai Durian khususnya di area Pelabuhan Motor Sungai Durian, mulai menunjukkan perkembangan yang signifikan. Pertumbuhan ini berdampak pada meningkatnya lalu lintas transportasi di sepanjang Sungai Kapuas.
Situasi semakin padat setelah dibukanya akses jalan raya yang menghubungkan simpang tiga ke Pontianak, sehingga lalu lintas, baik di jalur sungai maupun darat, menjadi semakin ramai. Melihat kondisi kepadatan lalu lintas yang kian meningkat di kawasan Sungai Durian, Pemerintah Belanda mulai mencari solusi alternatif untuk mengurangi beban transportasi, khususnya di Sungai Kapuas.
Salah satu upaya yang direncanakan adalah pembangunan lapangan terbang di wilayah Sungai Durian. Untuk mendukung proses ini, para insinyur dari Belanda didatangkan langsung guna melakukan kajian teknis sebelum pembangunan dimulai.
Penerbangan internasional dari bandara ini dimulai pada 1970-an ke Kuching, Malaysia oleh Merpati Nusantara Airlines. Kemudian diikuti dengan rute ke Singapura oleh Garuda Indonesia di tahun 1980-an dan ke Pontianak dari Kuching oleh Malaysia Airlines pada 1989.
Pada dekade 1980-an, namanya resmi diubah menjadi Bandara Supadio. Dalam catatan Kemenhub, kini Bandara Supadio melayani 18 rute penerbangan dan memiliki setidaknya 6 fasilitas umum.
Di Balik Penamaan Supadio
![]() |
Nama 'Supadio' diberikan sebagai bentuk penghormatan kepada Letnan Kolonel Supadio, seorang perwira TNI AU yang pernah bertugas di Pangkowilud II Banjarmasin dan memiliki tanggung jawab atas Pangkalan Udara Sungai Durian. Supadio gugur dalam kecelakaan pesawat bersama Kolonel Nurtanio Pringgoadisuryo di Bandung pada tahun 1966.
Pada buku Sejarah TNI AU Indonesia, disebut Supadio adalah perwira kelahiran Patrang, Jember, Jawa Timur pada 30 Agustus 1927. Awalnya ia bergabung dengan Angkatan Darat, sebelum beralih ke AURI dan mengikuti pendidikan penerbang di Kalijati pada 1953.
Pada Maret 1966, saat menjabat sebagai Pangkorud II, Supadio mengunjungi Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (Lapip) di Bandung. Ia menunjukkan minat besar terhadap pesawat angkut ringan hasil modifikasi Nurtanio untuk mendukung operasi di wilayah perbatasan Kalimantan.
Bersama Nurtanio, Supadio melakukan uji coba terbang pesawat Super Aero-45. Namun, pesawat mengalami kegagalan mesin saat mengudara.
Meskipun Nurtanio berusaha mengarahkan pesawat untuk pendaratan darurat, mereka gagal mendarat dengan selamat dan pesawat terbakar setelah menabrak bangunan. Kedua tokoh tersebut gugur dalam kejadian tersebut dan dikenang sebagai pahlawan bangsa.
Target Bandara Supadio Berstatus Internasional Lagi
Bandara Supadio pernah berstatus internasional karena dinilai mempermudah akses masyarakat untuk bepergian dan berbelanja ke luar negeri. Selain itu, warga Kalimantan Barat, khususnya yang rutin berobat ke Malaysia (Kuching, Sarawak), sangat terbantu dengan layanan penerbangan internasional tersebut.
Namun, beberapa catatan pernah mewarnai Bandara Supadio. Kabar teranyar, bandara yang sudah berubah hanya melayani penerbangan domestik ini digadang-gadang jadi bandara internasional lagi.
Seperti diketahui, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah menetapkan Keputusan Menteri (KM) Nomor 31 Tahun 2024 yang mengubah status Bandara Supadio di Pontianak, Kalimantan Barat dari bandara internasional menjadi bandara domestik.
Penetapan itu menuai banyak kekecewaan, salah satunya disampaikan langsung oleh Penjabat Gubernur Kalimantan Barat saat itu, Harisson. Dalam catatan detikcom, ia mengatakan Bandara Supadio bukan cuma gerbang bagi banyaknya turis yang datang ke Kalbar, tapi juga untuk warga Kalimantan yang banyak bekerja, wisata, hingga berobat ke negeri tetangga.
Belakangan ini, muncul rencana untuk mengembalikan status Bandara Supadio sebagai bandara internasional. Sejumlah pihak mendukung upaya ini, termasuk Kantor Imigrasi Kelas I TPI Pontianak.
Kepala Kantor Imigrasi Kelas I TPI Pontianak, Sam Fernando menyatakan pihaknya telah mengajukan data perlintasan penumpang kepada Direktorat Jenderal Imigrasi yang kemudian diteruskan ke Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas). Langkah ini merupakan bagian dari dukungan untuk mempercepat pemulihan status internasional bandara tersebut.
Ia menilai provinsi ini memiliki potensi wisata yang besar. Dengan kembalinya status internasional, diharapkan kunjungan wisatawan meningkat dan berdampak positif pada penerimaan daerah serta devisa negara.
Head of Safety Risk and Quality Control Bandara Supadio, Idham Rahadian juga mengaku secara infrastruktur dan kesiapan operasional, Bandara Supadio mampu kembali melayani penerbangan internasional jika status tersebut dikembalikan. Berdasarkan data yang dipaparkan Mei 2025, jumlah penumpang internasional yang datang dan pergi mencapai 220 ribu orang per tahun.
Menindaklanjuti hal ini, Gubernur Kalimantan Barat Ria Norsan telah merespons permintaan Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus dengan mengirimkan surat resmi untuk mengajukan pengaktifan kembali status internasional Bandara Supadio. Komisi V, yang membidangi sektor infrastruktur dan transportasi, menyebut bahwa proses pengembalian status tinggal menyelesaikan satu tahapan lagi di tingkat daerah.
Jika status bandara kembali diresmikan, setidaknya tiga maskapai telah menyatakan kesiapannya untuk membuka rute penerbangan internasional.
Catatan Kecelakaan yang Pernah Terjadi di Bandara Supadio
Meski dikenal sebagai salah satu bandara utama di Kalimantan Barat dengan tingkat aktivitas penerbangan yang tinggi, sejumlah insiden pernah terjadi di Bandara Supadio Pontianak.
Dalam catatan detikcom ada tiga kecelakaan yang pernah terjadi di sana. Beruntung tak pernah ada korban jiwa dalam rentetan catatan tersebut.
Berikut adalah rangkuman beberapa peristiwa kecelakaan yang pernah terjadi di Bandara Supadio, dan menjadi bagian dari dinamika perjalanan bandara ini.
1. Pesawat Lion Air Tergelincir 2010
Pesawat Boeing 737-400 milik Lion Air tergelincir di Bandara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. Perisiwa ini terjadi pada pukul 11.25 WIB, pada Selasa (2/11/2010) silam.
Pesawat Lion Air Boeing 737-400 PK-LIQ JT-712 Rute Jakarta-Pontianak tergelincir di ujung runway 33 Bandara Supadio. Dalam catatan detikcom, diketahui seluruh penumpang selamat.
2. Pesawat Sriwijaya Air Tergelincir 2012
Pada 1 Juni 2012, pesawat Sriwijaya Air SJ 188 jenis Boeing 737-400 Reg PKCJV tergelincir saat landing di Bandara Supadio, Pontianak. Pesawat tergelincir saat hujan lebat dan angin kencang.
Sriwijaya tergelincir sekitar pukul 12.35 WIB. Dari arah runway 15, pesawat tergelincir ke sisi kiri runway. Di dalam pesawat, ada 163 penumpang yang diantaranya ada 2 anak-anak dan 1 bayi.
Beruntung semua penumpang selamat, termasuk kru pesawat terdiri dari 4 pramugari dan 2 pramugara. Pesawat tergelincir saat mendarat dalam keadaan hujan sangat deras.
3. Pesawat Lion Air Tergelincir 2019
Pesawat Lion Air Boeing 737-800 PK-LPS JT-714 Rute Jakarta-Pontianak tergelincir saat mendarat di Bandara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. Pesawat yang lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta tersebut tergelincir pada Sabtu (16/2/2019) sekitar pukul 15.10 WIB.
Saat peristiwa itu terjadi, kondisi di Bandara Supadio sedang diguyur hujan. Beruntung, ada korban akibat peristiwa tersebut.
Dirjen Perhubungan Udara, Polana Banguningsih Pramesti saat dimintai konfirmasi, mengatakan pesawat tergelincir di runway 33 Bandara Supadio.
Pesawat over run satu meter dari ujung runway. Sementara pihak Lion Air menyebut ada 7 kru, 180 penumpang dewasa, dan 2 bayi di dalam pesawat yang tergelincir itu. Mereka kemudian dievakuasi ke terminal bandara.
Nah, itulah tadi fakta-fakta tentang Bandara Supadio Pontianak, Kalimantan Barat. Semoga menambah pengetahuanmu, ya!
(des/des)