Perputaran uang judi online (judol) selama Januari-Maret 2025 atau kuartal pertama 2025 diungkap Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Jumlahnya mencapai Rp 47 triliun. Angka ini disebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
Dilansir detikNews, Kepala PPATK Ivan Yustiavandana menyampaikan angka tersebut didapatkan dari pengumpulan data dari sistem yang terkoneksi dengan PPATK.
"Jadi ada ratusan bank, ada ribuan payment gateway, dan segala macam mereka punya sistem, dan sistem itu kemudian terkoneksi dengan PPATK," kata Kepala PPATK Ivan Yustiavandana kepada wartawan di Mabes Polri, Rabu (7/5/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ivan menyebut nilai perputaran dana mencapai Rp 47 triliun. Namun, dia menegaskan angka tersebut merupakan perputaran dananya, bukan jumlah uang secara fisik.
"Karena data menyebutkan bahwa di kuartal pertama saja, 2025 ini, nilai perputaran dananya Rp 47 triliun. Perputaran dananya, ini perputaran dana ya, bukan dana yang ada itu Rp 47 triliun, ini perputaran dana," lanjutnya.
Menurut Ivan, angka tersebut menurun signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada kuartal pertama 2024, PPATK mencatat perputaran uang judi online mencapai Rp 90 triliun.
"Jadi tahun 2024 di bulan Januari sampai bulan Maret itu, perputaran dananya itu Rp 90 triliun. Sekarang berhasil kita tekan sampai kurang dari Rp 50 triliun," jelasnya.
"PPATK bisa membuktikan kerja keras dari teman-teman penyidik dan kolaborasi yang ada itu, data menyatakan ada hasilnya. Jumlah transaksi pun menunjukkan penurunan yang luar biasa signifikan. Jadi, jika kita lihat dibandingkan dengan tahun lalu, turunnya itu jauh," sambungnya.
Ivan kembali mengingatkan dampak buruk judi online terhadap kondisi keluarga pemain. PPATK mencatat ada 1 juta orang bertransaksi judi online (judol) di awal tahun ini. Sebanyak 71% merupakan masyarakat dengan penghasilan di bawah Rp 5 juta.
"Di situ ada adik-adik kita tidak bisa bayar sekolah, lalu ada bunuh diri gara-gara terjerat pinjol, akibat dari kekalahan judol, lalu tidak punya pilihan lain, bercerai, karut-marut rumah tangga, tidak bisa makan, dan apa pun yang bisa kita bayangkan terkait dengan penderitaan saudara-saudara kita di luar sana," pungkasnya.
(des/des)