Pilu Warga Krayan Timur Meninggal Saat Rintis Jalan Baru ke Wa Yagung

Pilu Warga Krayan Timur Meninggal Saat Rintis Jalan Baru ke Wa Yagung

Oktavian Balang - detikKalimantan
Rabu, 30 Apr 2025 17:30 WIB
Seorang warga Krayan Timur meninggal saat buka akses jalan baru
Seorang warga Krayan Timur meninggal saat buka akses jalan baru (Foto: Dok warga Krayan Timur)
Nunukan -

Perjuangan warga Pa Rayeh, Kecamatan Krayan Timur, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, untuk membuka akses jalan baru menuju Wa Yagung berakhir dengan duka mendalam. Royan, seorang petani, meninggal dunia setelah jatuh sakit di tengah hutan lebat saat merintis jalur baru pada Senin (28/4).

Elin Noviantoni, warga yang terlibat dalam proses evakuasi, menceritakan kisah pilu ini kepada detikcom, Rabu (30/4/2025). Peristiwa itu bermula pada Kamis (24/4/2025), rombongan beranggotakan empat orang, dipimpin Regian, memulai ekspedisi merintis jalan baru dari Pa Rayeh ke Wa Yagung.

Tujuannya, menggantikan jalur tani sebelumnya yang sulit dilalui karena menanjak gunung tinggi dan memakan waktu satu hari penuh berjalan kaki.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jalan tani ke Wa Yagung itu naik gunung tinggi, susah banget. Makanya, ada inisiatif dari perusahaan setempat untuk buka jalan baru yang lebih mudah," ujar Elin.

Namun, perjalanan ini jauh dari mudah. Rombongan menghabiskan empat hari di hutan lebat, mencari jalur dengan sedikit tanjakan. Mereka melewati medan terjal, menaiki tebing dari Long Umung, menyeberangi sungai deras, dan tidur di hutan belantara.

"Taruhan nyawa kalau bawa motor. Jalan kaki pun satu hari penuh baru tembus," tambahnya.

Pada hari kedua, Royan tiba-tiba jatuh sakit dengan gejala sakit perut, muntah-muntah, dan tak bisa bergerak."Dia sakit dua hari di hutan, belum sampai Wa Yagung, masih di pertengahan jalan," ungkap Elin.

Proses evakuasi pun dimulai pada Minggu (27/4/2025). Salah satu anggota rombongan kembali ke Pa Rayeh untuk meminta bantuan. Sekitar pukul 12.00 WITA, tiga warga berangkat ke lokasi Royan dan tiba sekitar pukul 15.00 WITA. Dengan tandu sederhana dari kayu dan kain, mereka membawa Royan melintasi sungai deras menggunakan perahu, dibantu warga Pa Rayeh lainnya.

"Perahu harus dipegang banyak orang, takut hanyut," kenang Elin.

Royan tiba di Pa Rayeh pada pukul 19.00 WITA, lalu dilarikan ke Puskesmas Long Bawan menggunakan mobil dari Long Umung.

Ia tiba di puskesmas sekitar pukul 02.00 WITA, Senin (28/4/2025) dini hari. Namun, upaya penyelamatan tak membuahkan hasil. Royan meninggal dunia pada Senin malam sekitar pukul 20.00 WITA.

Sebelum sakit, rombongan sempat mendengar teriakan misterius dan melihat api di seberang sungai pada malam hari, yang mereka kira berasal dari warga lain.

"Kami pikir itu tim evakuasi, ternyata kosong. Mungkin itu tanda-tanda," ujar Elin, merujuk pada kepercayaan lokal tentang pertanda kematian.

Royan, seorang petani, meninggalkan tiga anak yang masih kecil, berusia sekolah dasar. Elin menyoroti buruknya akses jalan di wilayah ini, yang kerap menyulitkan evakuasi medis.

"Jalan ke Pa Rayeh-Wa Yagung ini tidak layak. Kalau orang sakit, susah banget. Mungkin Royan terlambat ditangani," katanya.

Ia memohon pemerintah segera membangun jalan yang layak untuk mencegah tragedi serupa."Banyak warga luka-luka karena medan berat. Jalan baru harus cepat dibuka," tegasnya.

Jenazah Royan dimakamkan pada Selasa (29/4/2025) sore sekitar pukul 17.00 WITA. Kisah ini menjadi pengingat akan tantangan infrastruktur di pelosok Krayan Timur, tempat warga masih bertaruh nyawa demi secercah harapan akan akses yang lebih baik.




(mud/mud)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads