Skate Park Tarakan Jadi Tempat Mesum, Skater Sering Temukan Kondom Bekas

Skate Park Tarakan Jadi Tempat Mesum, Skater Sering Temukan Kondom Bekas

Oktavian Balang - detikKalimantan
Kamis, 24 Apr 2025 10:30 WIB
Skate park di Kota Tarakan, Kalimantan Utara yang seharusnya menjadi tempat olahraga dan kreativitas anak muda, kini tercoreng akibat minimnya penerangan.
Komunitas Skateboard Tarakan berlatih dengan penerangan seadanya/Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan
Tarakan -

Skate park di Kota Tarakan, Kalimantan Utara yang seharusnya menjadi tempat olahraga dan kreativitas anak muda, kini tercoreng akibat minimnya penerangan.

Komunitas skater setempat mengeluh karena sering menemukan botol minuman keras, kondom bekas, hingga aktivitas tak senonoh di area skate park. Bahkan, motor yang masuk ke arena turut merusak lantai fasilitas.

"Kami sering menemui botol miras, kondom di sudut-sudut, bahkan pernah mendapati pasangan muda-mudi berhubungan intim. Ini tempat olahraga, rumah buat kami belajar dan bertumbuh, tapi dirusak orang-orang tak bertanggung jawab," ujar Kiki, koordinator komunitas skater di Tarakan, Kamis (24/4/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Kiki, minimnya penerangan menjadi biang kerok masalah ini. Sejak 2022, komunitas skater telah meminta pemasangan lampu, namun hingga kini belum terwujud.

"Kami terpaksa pakai lampu motor untuk menerangi, itu pun pakai bensin sendiri. Kalau ada lampu, waktu bermain lebih lama, anak-anak bisa berkembang, trik baru bisa dicoba," keluhnya.

Dampak pada Komunitas dan Citra Skater

Kondisi ini tak hanya mengganggu aktivitas skater, tapi juga mencoreng citra mereka di mata masyarakat. "Kami sering disalahkan, padahal anak skate itu ramah, nggak melanggar norma. Tapi kalau ada botol atau kondom, orang luar langsung nuduh kami," ungkap Kiki.

Ia menegaskan komunitasnya berupaya menjaga skate park sebagai ruang positif. Bahkan memperbaiki lantai dan rel yang rusak dengan dana pribadi.

Skate park Tarakan menjadi tempat berkumpul sekitar 30-40 skater dari berbagai usia, dengan puncak keramaian di malam hari. Meski fasilitas terbatas, komunitas ini telah melahirkan atlet yang menjuarai kompetisi lokal hingga nasional.

"Kami bangga bawa nama Tarakan, tapi keadaan skate park bikin sulit berkembang," tambah Kiki.

Pagar Misterius dan Kebutuhan Mendesak

Selain penerangan, keberadaan pagar di skate park juga memicu tanda tanya. "Pagar ini entah dari mana, kami nggak dilibatkan. Kalau buat obstacle mungkin oke, tapi yang kami butuh lampu dulu," tegas Kiki.

Menurutnya, lampu lebih mendesak ketimbang pagar yang fungsinya tak jelas bagi skater. Komunitas juga mencatat dampak ekonomi potensial jika skate park terawat.

"Kalau ada lampu, UMKM seperti penjual makanan bisa ramai di sini. Sekarang gelap, mereka cepat pulang," ujar Kiki.

Ia berharap pemerintah segera bertindak, minimal memasang empat titik lampu untuk menerangi area.

Upaya Komunitas dan Harapan ke Depan

Meski kecewa, komunitas skater tetap menjaga kebersihan skate park. "Kami kumpulkan sampah, kadang bakar kalau perlu, karena kalau kotor, kami yang malu," kata Kiki.

Mereka juga terbuka untuk anak-anak yang ingin belajar skate, sebagai upaya regenerasi dan mencegah kenakalan remaja.

Kiki menyatakan kesiapan komunitas untuk beraudiensi dengan pemerintah. "Kami siap duduk bersama, sampaikan kebutuhan. Ini fasilitas umum, kami juga atlet, ingin Tarakan punya skate park yang layak," tegasnya.

Selain lampu, mereka berharap ada renovasi skate park dengan warna cerah dan fasilitas pendukung seperti tong sampah.




(sun/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads