Ngerinya Karhutla di Tarakan Jika Dipicu Batu Bara Aktif

Ngerinya Karhutla di Tarakan Jika Dipicu Batu Bara Aktif

Oktavian Balang - detikKalimantan
Kamis, 24 Apr 2025 10:00 WIB
Ilustrasi kebakaran lahan pada malam hari
Ilustrasi kebakaran lahan pada malam hari/Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan
Tarakan -

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kota Tarakan, Kalimantan Utara tidak hanya dipicu kesalahan manusia. Sebab, bisa juga akibat batu bara aktif di sejumlah wilayah.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tarakan, Yonsep mengungkapkan batu bara aktif menjadi tantangan besar karena memerlukan teknologi tinggi dan biaya mahal untuk memadamkannya.

"Kebakaran akibat batu bara aktif terjadi di wilayah seperti Kampung Bugis dan Pasir Putih. Meski sudah berulang kali ditutup permukaannya, batu bara ini tetap berpotensi menyala. Contohnya, di Pasir Putih, dekat salah satu kafe, batu bara aktif masih ada. Jika tidak ada hujan selama seminggu, batu bara ini bisa memicu api," ujar Yonsep, Kamis (24/4/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Yonsep, upaya penutupan permukaan batu bara terus dilakukan bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Namun, kebakaran akibat batu bara jauh lebih sulit ditangani dibandingkan karhutla biasa.

"Batu bara berada di dalam tanah, sehingga meski disiram air, belum tentu padam. Kebutuhan air untuk memadamkan kebakaran di lahan dengan batu bara juga jauh lebih besar," jelasnya.

Mitigasi dan Sosialisasi

BPBD Tarakan telah melakukan berbagai langkah mitigasi untuk menekan angka Karhutla. Sosialisasi dilakukan hingga ke tingkat kecamatan dan kelurahan untuk mengedukasi masyarakat agar tidak membakar lahan di wilayah dengan potensi batu bara.

"Kami juga mengimbau masyarakat untuk berkomitmen menjaga kota dari kebakaran lahan. Jika membakar kebun, harus ada pembatas agar api tidak merembet," tambah Yonsep.

Selain itu, BPBD telah menyiapkan peralatan dan personel untuk menghadapi potensi cuaca ekstrem pada Juni mendatang. Koordinasi lintas sektor dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan dinas terkait juga terus ditingkatkan.

"Kami juga mendukung kolaborasi mandiri seperti kegiatan kolakar untuk sosialisasi pencegahan karhutla," ungkapnya.

Berdasarkan surat edaran yang ditandatangani Sekretaris Daerah (Sekda), upaya pencegahan karhutla telah dikoordinasikan hingga akhir tahun ini.

Wilayah yang rawan karhutla meliputi Kecamatan Tarakan Utara, Tarakan Tengah, dan Tarakan Timur. "Kebanyakan kebakaran terjadi akibat pembukaan lahan dengan cara dibakar, yang kemudian merembet," tutur Yonsep.

Kondisi Hutan Tarakan Memprihatinkan

Yonsep juga menyoroti kondisi hutan di Tarakan yang semakin memprihatinkan. "Hutan lindung dan hutan kota mulai habis.

"Regulasi pemerintah tidak mengizinkan pembukaan lahan seluas satu hektare di Tarakan karena ini kota pulau, berbeda dengan kabupaten seperti Bulungan atau Nunukan," katanya.

Pada 2024, Karhutla di Tarakan lebih tinggi dibandingkan 2025 karena cuaca basah. Namun, Yonsep mengingatkan cuaca ekstrem bisa datang lebih awal, sehingga kewaspadaan tetap diperlukan.

"Kami tidak bisa memprediksi pasti, tapi antisipasi harus dilakukan," tegasnya.

Dampak Asap dan Imbauan

Asap Karhutla, seperti yang terjadi pada 2023, pernah mengganggu jarak pandang, kesehatan, dan penerbangan di Tarakan. Asap tersebut sebagian besar merupakan kiriman dari Sumatra dan provinsi lain di Kalimantan.

"Jika kebakaran merembet ke hutan lindung atau hutan kota, kualitas air baku juga akan terdampak. Ini akan mengganggu kehidupan masyarakat," ujar Yonsep.

Ia mengimbau masyarakat untuk saling menjaga ekosistem Pulau Tarakan. Jika terjadi kebakaran lahan, masyarakat diminta segera menghubungi BPBD melalui call center 112 atau saluran telepon yang tertera di media sosial BPBD Tarakan.

"Mari kita jaga Tarakan dari kebakaran. Semangat kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah sangat penting untuk menjaga ekosistem kita," pungkasnya.




(sun/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads