Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Tarakann M Sulam Khilmi menyampaikan peringatan penting kepada masyarakat Kalimantan Utara (Kaltara) terkait ancaman cuaca ekstrem menjelang Hari Raya Nyepi dan Idulfitri.
Dalam sepekan ini, 24-30 Maret 2025, wilayah ini diperkirakan akan menghadapi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Kondisi itu dapat memicu bencana hidrometeorologi.
Tak hanya itu, posisi bulan yang mendekati bumi pada 29 Maret 2025 juga meningkatkan risiko kenaikan air pasang, khususnya di kawasan pesisir. Menurut Sulam, Kaltara termasuk dalam kategori Hujan Sepanjang Tahun (HST), sehingga peluang hujan di wilayah ini, termasuk Kota Tarakan, selalu tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada tanggal 24 Maret, seluruh kabupaten dan kota di Kaltara, seperti Tarakan, Bulungan, Nunukan, Malinau, dan Tanah Tidung berpotensi dilanda hujan lebat," katanya.
Cuaca ekstrem ini membawa risiko banjir, terutama jika curah hujan mencapai ambang batas tertentu. Sulam menyebut banjir dapat terjadi jika curah hujan dalam 24 jam mencapai 50 mm.
Namun, hujan dengan intensitas 20 mm dalam durasi kurang dari satu jam pun bisa menyebabkan genangan. Sebab, volume air yang besar tidak mampu diserap oleh permukaan tanah.
Selain itu, hujan lebat yang berlangsung tiga malam berturut-turut dapat memicu tanah longsor. Sementara itu, angin kencang yang menyertai awal hujan masif menjadi ancaman tambahan.
"Angin kencang ini bisa merusak apa saja yang dilewatinya," tegas Sulam.
Menjelang Nyepi dan Idulfitri, BMKG juga menyoroti posisi bulan yang berada paling terdekat dengan bumi (perigee) pada 29 Maret 2025. Kondisi ini akan meningkatkan ketinggian air pasang di wilayah pesisir Kaltara.
"Dalam 24 jam, air pasang terjadi dua kali, yakni dini hari hingga pagi dan sekitar pukul 19.00 hingga 21.00. Pada 29 Maret, air pasang bisa mencapai titik maksimum," ungkap Sulam.
Jika hujan lebat terjadi bersamaan dengan pasang maksimum ini, risiko banjir rob genangan akibat luapan air laut ke daratan akan semakin besar. BMKG Tarakan mengimbau masyarakat, khususnya di wilayah pesisir, untuk waspada dan mempersiapkan langkah mitigasi menghadapi potensi bencana.
"Kondisi ini bisa sangat mengganggu masyarakat pesisir, terutama jika drainase tidak mampu mengalirkan air kembali ke laut," tambahnya.
BMKG Tarakan mengimbau masyarakat, khususnya di wilayah pesisir, untuk waspada dan mempersiapkan langkah mitigasi menghadapi potensi bencana. Berdasarkan data historis BMKG Tarakan, pola hujan dan dampaknya terus dipantau untuk memberikan prediksi yang akurat.
"Kami selalu mencatat intensitas dan durasi hujan untuk memahami kapan banjir bisa terjadi," jelas Sulam.
(des/des)