Benarkah Timun Bisa Sebabkan Keputihan? Ini 4 Faktanya

Benarkah Timun Bisa Sebabkan Keputihan? Ini 4 Faktanya

Ulvia Nur Azizah - detikJogja
Minggu, 15 Jun 2025 15:43 WIB
Ilustrasi Timun
Ilustrasi timun. Foto: Getty Images/iStockphoto
Jogja -

Keputihan merupakan salah satu gangguan organ reproduksi yang banyak dialami oleh wanita. Di masyarakat, beredar rumor bahwa salah satu penyebab gangguan ini adalah konsumsi timun yang kerap dimakan sebagai lalapan. Namun, benarkah timun bisa sebabkan keputihan?

Timun sendiri merupakan sayuran yang tinggi kadar airnya dan rendah kalori. Dikutip dari WebMD, dalam satu buah timun ukuran sedang (sekitar 200 gram), terdapat sekitar 30 kalori, 6 gram karbohidrat, 1 gram protein, dan 1 gram serat. Timun juga mengandung vitamin dan mineral penting seperti vitamin K (40% dari kebutuhan harian), vitamin C (6%), kalium (7%), dan magnesium (5%).

Kandungan air dan serat pada timun bermanfaat untuk melancarkan pencernaan dan mencegah sembelit. Vitamin K penting untuk pembekuan darah dan kesehatan tulang, sementara vitamin A dan C berperan dalam menjaga daya tahan tubuh, kesehatan mata, serta sebagai antioksidan untuk melawan radikal bebas. Selain dikonsumsi, timun juga kerap digunakan secara topikal untuk membantu meredakan iritasi kulit ringan, seperti mata bengkak dan kulit terbakar matahari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, benarkah timun bisa membuat keputihan pada organ kewanitaan? Mari kita cari tahu jawabannya!

Benarkah Timun Bisa Sebabkan Keputihan?

Faktanya, konsumsi timun bukanlah penyebab terjadinya keputihan. Untuk memahaminya, mari simak penjelasan lengkap berikut ini!

ADVERTISEMENT

1. Tidak Ada Bukti Ilmiah

Banyak anggapan yang berkembang di masyarakat bahwa mengonsumsi mentimun bisa menyebabkan keputihan pada perempuan. Namun, hingga saat ini belum ada penelitian ilmiah yang menunjukkan hubungan langsung antara konsumsi timun dan munculnya keputihan. Dalam buku Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Seksual pada Remaja Tunanetra karya Kurniaty Ulfah dan Wiwin Widayani, disebutkan bahwa keputihan adalah proses alami pada tubuh perempuan dan bukan disebabkan oleh makanan tertentu seperti mentimun.

Keputihan tetap bisa terjadi bahkan pada remaja yang jarang atau tidak mengonsumsi mentimun sama sekali. Oleh karena itu, menyalahkan timun sebagai penyebab utama keputihan tidak memiliki dasar medis yang valid. Penting untuk memahami bahwa keputihan adalah bagian dari sistem perlindungan alami vagina.

2. Keputihan Merupakan Mekanisme Alami Tubuh

Keputihan merupakan proses normal yang terjadi pada perempuan untuk menjaga kesehatan organ reproduksi. Cairan yang keluar dari vagina ini berfungsi membersihkan dan melindungi dari infeksi dan iritasi. Dalam buku Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Seksual pada Remaja Tunanetra, dijelaskan bahwa jumlah keputihan biasanya meningkat saat ovulasi atau kehamilan dan bukan karena makanan seperti timun.

Selama keputihan tidak berwarna mencolok, tidak berbau menyengat, dan tidak menimbulkan rasa gatal atau nyeri, maka kondisi tersebut termasuk normal. Edukasi tentang keputihan sangat penting agar remaja perempuan tidak mudah percaya pada mitos yang tidak berdasar, termasuk anggapan bahwa timun penyebab utama keputihan.

3. Timun Tidak Mengubah pH Vagina Secara Langsung

Meskipun timun dikenal sebagai makanan yang bersifat basa setelah dicerna, hal itu tidak serta-merta berdampak pada kondisi pH vagina. Dalam buku You Are What You Eat karya Yoyok Budi Pramono dkk, dijelaskan bahwa tubuh memiliki sistem regulasi pH yang sangat kompleks dan efisien. Organ seperti paru-paru dan ginjal, serta sistem buffer dalam darah, bekerja sama menjaga agar pH tubuh tetap seimbang.

Timun memang memiliki nilai Potential Renal Acid Load (PRAL) sebesar -0,8, yang menunjukkan sifat basanya. Namun, penting dipahami bahwa nilai PRAL tidak sama dengan pH makanan itu sendiri dan tidak berarti akan langsung memengaruhi organ reproduksi. Bahkan jika timun bersifat basa, tubuh tidak akan membiarkan pH-nya berubah drastis karena akan segera menyesuaikannya melalui mekanisme homeostasis.

Selain itu, vagina memiliki sistem pertahanan sendiri untuk menjaga pH-nya tetap asam, yaitu sekitar 3,8-4,5. Salah satu mekanismenya adalah produksi asam laktat oleh bakteri baik seperti Lactobacilli. pH yang asam ini penting untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme berbahaya. Dengan demikian, makan timun tidak berdampak nyata terhadap pH vagina, apalagi menjadi penyebab keputihan.

4. Timun Memiliki Banyak Manfaat Kesehatan

Selain tidak terbukti menyebabkan keputihan, timun justru mengandung berbagai nutrisi penting yang bermanfaat bagi tubuh. Dalam You Are What You Eat, dijelaskan bahwa timun mengandung vitamin A, C, K serta antioksidan yang melindungi tubuh dari kerusakan sel akibat radikal bebas.

Antioksidan pada timun, seperti flavonoid dan tanin, juga bermanfaat untuk kesehatan kulit dan membantu menurunkan peradangan. Bagi perempuan, konsumsi timun justru bisa membantu menjaga hidrasi tubuh karena kandungan airnya yang tinggi. Menjauhi timun hanya karena mitos tidak berdasar tentu akan merugikan dari segi kesehatan.

Penyebab Keputihan

Secara umum, keputihan yang normal berwarna bening hingga putih susu, tidak berbau menyengat, dan tidak menyebabkan rasa gatal atau nyeri. Namun, jika keputihan berubah warna, berbau tidak sedap, terasa gatal, atau keluar dalam jumlah yang tidak biasa, itu bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan, termasuk infeksi. Dikutip dari laman Cleveland Clinic, berikut ini adalah beberapa penyebab keputihan yang tidak normal.

1. Infeksi Jamur (Candidiasis)

Infeksi jamur, terutama oleh jamur Candida albicans, bisa menyebabkan keputihan yang kental, putih, dan menggumpal seperti susu basi. Kondisi ini biasanya juga disertai rasa gatal hebat, kemerahan, dan iritasi di area vagina.

Penyebab infeksi ini bisa berasal dari penggunaan antibiotik, kehamilan, sistem kekebalan tubuh yang lemah, atau kadar gula darah tinggi. Infeksi ini tidak menular lewat hubungan seksual dan bisa diatasi dengan obat antijamur.

2. Trikomoniasis (Trich)

Trikomoniasis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh parasit bernama Trichomonas vaginalis. Keputihan akibat infeksi ini biasanya berwarna hijau, kuning, atau abu-abu, dan tampak berbuih atau berbusa.

Selain keputihan, infeksi ini juga dapat menimbulkan rasa gatal, nyeri saat buang air kecil, dan bau tidak sedap dari vagina. Trikomoniasis dapat diobati dengan antibiotik khusus yang diresepkan oleh dokter.

3. Bakterial Vaginosis (BV)

Penyabab keputihan selanjutnya adalah bakterial vaginosis, yang terjadi karena ketidakseimbangan jumlah bakteri baik dan jahat di vagina. Ciri khasnya adalah keputihan berwarna putih keabu-abuan dengan bau amis atau bau ikan yang kuat, terutama setelah berhubungan seksual.

BV tidak selalu ditularkan melalui hubungan seksual dan dapat menyerang siapa saja, terutama wanita yang aktif secara seksual atau sering membersihkan vagina dengan cairan pembersih (douching). Pengobatan biasanya berupa antibiotik.

4. Gonore dan Klamidia

Gonore dan klamidia adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri. Keputihan akibat infeksi ini bisa berwarna kuning atau hijau, disertai rasa nyeri saat buang air kecil dan bahkan nyeri di bagian perut bawah jika sudah menyebar ke organ dalam.

Kedua infeksi ini bisa terjadi bersamaan dan sering tidak menimbulkan gejala pada awalnya, sehingga penting untuk melakukan pemeriksaan jika ada risiko atau gejala yang mencurigakan. Pengobatan memerlukan antibiotik dari dokter.

5. Benda Asing di Vagina

Kadang, keputihan tidak normal disebabkan oleh adanya benda asing yang tertinggal di dalam vagina, seperti tampon yang lupa dilepas. Kondisi ini bisa menimbulkan bau busuk yang sangat kuat, keputihan yang berwarna cokelat atau abu-abu, dan iritasi.

Benda asing yang tertinggal terlalu lama bisa menyebabkan infeksi serius. Jika hal ini terjadi, segera kunjungi tenaga medis untuk pemeriksaan dan penanganan.

6. Iritasi atau Reaksi Alergi

Beberapa produk seperti sabun, deterjen, tisu basah, pelumas, atau bahan kondom bisa menyebabkan iritasi atau reaksi alergi pada area kewanitaan. Keputihan akibat iritasi biasanya disertai rasa perih, gatal, dan kemerahan di sekitar vagina.

Penyebab ini bukan infeksi, tapi reaksi tubuh terhadap bahan kimia tertentu. Menghentikan pemakaian produk yang memicu reaksi biasanya cukup untuk meredakan gejala.

7. Vaginitis Atrofik

Setelah menopause, kadar estrogen dalam tubuh menurun, menyebabkan dinding vagina menjadi lebih tipis dan kering. Kondisi ini dikenal sebagai atrofi vagina dan dapat menimbulkan keputihan abnormal, nyeri saat berhubungan seksual, dan iritasi.

Keputihan pada kondisi ini biasanya ringan, tapi disertai rasa tidak nyaman yang mengganggu. Terapi estrogen lokal atau pelembab khusus vagina sering direkomendasikan sebagai pengobatan.

Demikian penjelasan lengkap mengenai timun yang faktanya tidak menyebabkan keputihan. Keputihan ternyata disebabkan oleh berbagai hal lain. Semoga bermanfaat!




(par/par)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads