Guru Besar Ilmu Manajemen Sumberdaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Ir Djumanto, mengungkapkan populasi ikan wader terancam punah. Sebab, habitatnya di perairan sungai atau air tawar banyak menerima limbah. Berikut fakta-faktanya.
Suka di Perairan Dangkal
Djumanto mengatakan ikan wader termasuk kelompok ikan dari keluarga siprinide/cyprinidae yang habitatnya di perairan sungai atau perairan tawar.
"Ikan wader lebih suka di perairan berpasir atau berkerikil yang relatif dangkal kurang dari satu meter," kata Djumanto saat dihubungi detikJogja, Jumat (4/10/2024).
Populasi Terancam Punah
Menurut Djumanto, populasi wader terancam punah karena habitatnya banyak menerima limbah buangan.
"Hal ini menyebabkan penurunan kualitas air. Misal limbah organik rumah tangga seperti kapur, ini bisa menurunkan parameter kimia perairan," jelasnya.
Berdasarkan pengamatannya pada komunitas ikan di beberapa lokasi, Djumanto berujar, terlihat ada penurunan populasi ikan wader. Penurunan populasi ikan wader tidak secara masif, namun gradual selama beberapa tahun terakhir.
"Saya tidak mengamati populasi ikan wader secara runtut waktu pada satu lokasi. Namun dari hasil pengamatan komunitas ikan di beberapa lokasi menunjukkan adanya penurunan," papar Djumanto.
Limbah dan Berkurangnya Oksigen
Djumanto mengatakan, penurunan populasi wader itu akibat alih fungsi lahan serta pencemaran sungai oleh limbah rumah tangga. Faktor lainnya, karena berkurangnya kadar oksigen saat musim kemarau.
"Lalu di musim kemarau ini hujan masih jarang dan oksigen masih sangat rendah. Itu bisa menyebabkan anoksia atau kondisi oksigen sangat berkurang," kata dia.
"Oksigen berkurang dan banyak bahan organik ini menyebabkan kandungan amonia cukup tinggi, apalagi amonia ini beracun dan bisa mematikan organisme termasuk ikan," imbuh Djumanto.
Penangkapan Nonselektif Bikin Induk Berkurang
Djumanto turut menyinggung soal penangkapan nonselektif yang menggunakan alat-alat tak ramah lingkungan.
"Penangkapan yang seringkali nonselektif, dalam hal ini ada beberapa alat tangkap yang saya masih sering temui itu tidak ramah lingkungan. Saya tidak bisa jelaskan alat-alat apa yang digunakan. Tapi dia menangkap ikan-ikan dari ukuran kecil ke besar dan ini menyebabkan berkurangnya induk-induk ikan," kata Djumanto.
"Kalau induk berkurang maka pemijahan (berkembang biak) ikan akan mengalami penurunan," tegas dia.
Faktor Alih Fungsi Lahan
Faktor terakhir yang menyebabkan penurunan populasi ikan wader adalah alih fungsi lahan. Semakin bertambahnya populasi manusia menyebabkan alih fungsi lahan seperti danau atau waduk menjadi pemukiman.
"Alih fungsi lahan seperti perubahan kolam menjadi bangunan yang menyebabkan volume air berkurang. Apalagi di musim kemarau itu seringkali sungai-sungai di Jawa kekeringan. Kalau air tidak ada bagaimana ikan bisa hidup," ucap Djumanto.
Andil Masyarakat Kelola Limbah
Djumanto mengimbau masyarakat turut andil dalam menjaga populasi ikan wader agar tidak punah.
"Masyarakat harus andil dalam mengelola limbah. Sejak dari rumah, limbah harus diperlakukan dengan tepat misal dipisah atau dengan menerapkan 3R (reduce, reuse, recycle)," kata Djumanto, kemarin.
Jika kondisi perairan terus tercemar, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan ikan wader bisa punah.
"Kalau dalam waktu 10 tahun kondisi air rusak, jangankan ikan, kita juga nggak bisa hidup. Kalau diprediksi berapa lama tergantung kita, apakah kita membiarkan kualitas air menurun. Terjadinya kepunahan sangat tergantung dengan perilaku kita," jelas Djumanto.
Bersihkan Sungai-Buat Tempat Pemijahan
Menurut Djumanto, sebagian masyarakat kini mulai sadar akan isu lingkungan dengan melakukan gerakan membersihkan sungai. Selain itu, pembuatan tempat pemijahan ikan juga sudah mulai ada.
"Beberapa sekelompok masyarakat sudah menjaga lingkungannya seperti membersihkan sungai dan limbah-limbah. Dengan begitu, ikan-ikan dengan sendirinya datang. Karena ikan itu akan mencari tempat yang cocok untuk dia," kata dia.
"Memperbaiki tempat-tempat pemijahan bagi ikan-ikan. Kalau dibuat tempat pemijahan tentu secara alami rekrutmen atau bertambahnya anakan cukup tinggi. Ini bisa menggerakkan masyarakat untuk peduli lingkungan dan bisa membuatkan rumah bagi ikan-ikan untuk tumbuh dan berkembang biak," sambung Djumanto.
Lebih lanjut, jika di daerah-daerah tertentu sudah tidak ada populasi ikan wader, maka bisa dilakukan penebaran kembali bibit ikan wader dari tempat lain. Ikan wader sendiri termasuk cepat dalam berkembang biak.
"Pada daerah-daerah yang sudah habis atau populasi ikan tidak ada lagi bisa dilakukan dengan penebaran kembali. Karena perkembangbiakan ikan wader itu tergolong cepat," ujar Djumanto.
Simak Video "Anugerah Program Pendidikan Unggul"
(dil/dil)