Kabupaten Sleman menyandang predikat sebagai wilayah lumbung pangan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman pun fokus mengembangkan program Sleman Kawasan Pertanian Sehat.
Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Suparmono, menjelaskan bahwa komitmen tersebut dilaksanakan seiring dengan pesatnya pertumbuhan industri pariwisata Sleman yang selaras dengan tingginya kebutuhan pasokan bahan-bahan makanan yang sehat.
Menanggapi hal tersebut, Pemkab Sleman kemudian mengeluarkan Instruksi Bupati Sleman Nomor 19/Instr/2023 tentang Sleman Kawasan Pertanian Sehat. Regulasi ini dinilai semakin memperkuat komitmen pemerintah daerah untuk menyejahterakan petani sekaligus melindungi konsumen.
"Isu utama kami, Bupati menugaskan kepada kami, masyarakat Sleman butuh menjadi masyarakat sehat. Kemudian industri pariwisata tumbuh bagus, itu pasti butuh bahan makanan sehat," kata Suparmono dalam keterangan tertulisnya, Jumat (15/3/2024).
"Maka Bupati mengeluarkan Instruksi Bupati tahun ini tentang Sleman Kawasan Pertanian Sehat. Jadi Sleman berkomitmen untuk menyejahterakan petani sekaligus melindungi konsumen," sambungnya.
Pertanian sehat sendiri dikembangkan melalui sistem budi daya tanaman sehat (BTS), yang mengganti penggunaan pestisida dengan pupuk organik. Para petani juga selalu diberikan pelatihan dan pembinaan oleh Dinas Pertanian Sleman melalui kegiatan sekolah lapang.
Dalam setahun, Dinas Pertanian Sleman diketahui sudah mengadakan hampir 700 pelatihan bagi para petani. Selain dilatih, mereka juga diberikan bantuan alat-alat pertanian serta sarana prasarana lainnya.
"Jumlah pelatihannya 695 jadi hampir 700 pelatihannya. Jadi setiap hari kami melatih dalam setahun, bisa double. Kemudian tidak hanya dilatih, mereka kan butuh alat-alat pertanian sarana dan prasarana, tahun ini Bupati memberi mereka Rp 18,6 miliar," terangnya.
"Maka tadi saya bilang sektor ini sektor primer yang mendukung sektor lain. Kalau nggak digarap bener, mesti sektor lain terganggu," sambung Suparmono.
Ia menambahkan, Dinas Pertanian Sleman sendiri sudah mengampu 124 komoditas. Namun saat ini pihaknya tengah fokus mengoptimalkan tiga jenis komoditas strategis, yaitu padi untuk komoditas tanaman pangan, cabai untuk komoditas hortikultura, dan telur untuk komoditas peternakan.
"Jadi untuk tahun ini, untuk tahap ini yang kita garap duluan adalah tiga komoditas strategis, beras, telur, dan cabai," tutur Suparmono.
Ketiga komoditas tersebut dipilih karena selalu mengalami surplus setiap tahunnya. Tercatat, dalam setahun komoditas padi di Sleman bisa mengalami surplus hingga 80 ribu ton lebih, komoditas cabai surplus hingga 5 ribu ton lebih, sementara komoditas telur surplus hingga 6 ribu ton lebih.
"Kita bilang strategis karena tiga komoditas ini, beras ini selalu surplus. Setahun surplusnya 80 ribu ton lebih, dan sumbangan kita ke DIY 20-an persen. Kemudian cabai kita juga surplus 5 ribu ton lebih setahun surplusnya, share kita ke DIY sekitar 32 persen. Begitu juga telur kita selalu surplus, tahun terakhir 6 ribu ton lebih, share kita ke DIY juga di atas 25 persen," jelas Suparmono.
Keadaan ini, kata Suparmono, tentu berpengaruh pada inflasi. Sehingga DP3 Kabupaten Sleman senantiasa berusaha membidik ceruk pasar khusus, yang meliputi toko modern dan sejenisnya di wilayah Sleman.
Sebab, ceruk pasar inilah yang kemudian memasarkan hasil produksi Pertanian Sehat dengan harga lebih tinggi tapi tidak berpengaruh terhadap inflasi.
"Makanya kalau beras naik sedikit, kan pemerintah gimana supaya harga beras turun nggak berpengaruh inflasi. Karena kalau inflasi naik pasti kemiskinan dan seterusnya. Padahal di sisi lain kami harus menyejahterakan petani kami," ungkapnya.
"Makanya kemudian kami dengan konsep Sleman Kawasan Pertanian Sehat ini, kita ambil ceruk pasar khusus, yaitu pasar toko modern dan sebagainya. Sehingga harga produk pertanian sehat ini lebih tinggi tapi tidak berpengaruh ke inflasi, idenya seperti itu," imbuhnya.
Menanggapi permasalahan semakin sempitnya lahan di Sleman sebagai lumbung pangan DIY, DP3 Kabupaten Sleman juga menekankan kolaborasi antara penggunaan teknologi dengan pelaku pertanian. Generasi muda dari umur 19-30 tahun didorong untuk ikut berpartisipasi dan bertindak sebagai petani milenial yang melek teknologi.
"Memupuk pakai drone, terus kalau yang green house dia nyiramnya pakai aplikasi, itu sudah banyak di Sleman. Itu yang kita dorong, Ibu Bupati konsen sekali untuk mendorong anak-anak muda untuk terjun di pertanian," jelas Suparmono.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa hortikultura kini menjadi jenis pertanian yang paling banyak digandrungi generasi milenial. Sedangkan untuk lokasinya sendiri, dapat dikatakan hampir semua wilayah Sleman bisa menjadi tempat untuk bertani.
Wilayah Sleman Timur, Sleman Tengah, dan Sleman Utara sebagai kawasan pertanian hortikultura. Sementara wilayah Sleman Barat sebagai kawasan pertanian pangan, khususnya padi.
Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Sleman akan terus memfasilitasi para petani milenial agar bisa menjadi petani modern. Pasalnya, keberadaan petani milenial dinilai sangat fundamental bagi kelangsungan sektor pertanian di Sleman.
"Anak-anak muda ayo turun di sektor yang paling menjanjikan, sektor pertanian. Sangat terbuka luas kesempatan usaha untuk panjenengan. Pemerintah komitmen untuk memfasilitasi panjenengan menjadi petani modern, dan itu sangat memungkinkan di lakukan di Sleman," ajaknya.
Simak Video "Video: Tampang 'Mas-mas Pelayaran' yang Bentak Driver di Godean"
(rih/dil)